Pisau Keempat Belas

1.9K 31 0
                                    

Menyaksikan pertarungan ini, Jit-jit jadi ngeri dan khawatir, batinnya, "Siapa bilang kungfu Lian Thian-hun sudah susut? Jika lwekangnya sekarang cuma tiga bagian daripada kemampuannya dulu, bukankah sekali pukulannya bisa menewaskan seorang kosen.... Mungkin Kim Bu-bong percaya omongan orang dan salah tafsir, kalau satu lawan saja tak mampu dikalahkan dia, belum lagi empat orang yang menunggu giliran."

Maklum, watak Cu Jit-jit memang agak ekstrem, maka sering dia melakukan perbuatan tak dapat dilakukan orang lain, apa itu adat istiadat, apa itu peraturan, dia tidak peduli. Jika dia baik dengan seorang, maka dia harap orang itu akan menang, tentang benar atau salah, baik atau jahat sama sekali tidak dipikirnya.

Demikian pula sekarang, tentu saja dia harap Kim Bu-bong dapat memukul mampus Lian Thian-hun, soal Lian Thian-hun orang baik atau jahat, hakikatnya tak terpikir olehnya.

Tapi Kim Bu-bong justru terdesak di bawah angin, keruan Jit-jit gelisah.

Dia tidak tahu bahwa lwekang Lian Thian-hun sudah jauh berkurang, kekuatannya sekarang paling-paling hanya tiga bagian saja dari kepandaiannya waktu puncaknya dulu. Dasar Lian Thian-hun berwatak berangasan, sekali bergebrak, dia keluarkan seluruh sisa tenaganya itu tanpa pikirkan keselamatan sendiri.

Betapa luas dan pengalaman tempur Kim Bu-bong, sejak mula dia sudah melihat titik kelemahan lawan, maka dia tidak mau adu jiwa, tujuannya hanya menguras tenaga lawan.

Beberapa jurus lagi, serangan Lian Thian-hun mulai kendur. Keringat sudah membasahi jidatnya. Sebaliknya serangan Kim Bu-bong semakin kuat, lambat laun dia mulai berada di atas angin.

Mendadak kedua kepalan Lian Thian-hun menghantam sekaligus, jurus ini dinamakan Ciak-boh-thian-king (Batu Pecah Langit Terkejut), dengan dahsyat menghantam dada Kim Bu-bong.

Pada saat itulah Li Tiang-ceng berkata perlahan, "Inilah jurus ketiga delapan."

Leng Toa mengangguk, seluruh perhatian tercurah ke tengah kalangan pertempuran. Tertampak Kim Bu-bong menyurut mundur miring, agaknya dia tidak mau melawan kekerasan serangan Lian Thian-hun, meski kaki melangkah mundur, tapi dia masih menyimpan tenaga susulan untuk menanti pukulan Lian Thian-hun selanjutnya.

Tak terduga Lian Thian-hun juga mundur selangkah dan berdiri tegak di tengah, bentaknya, "Berhenti!"

Bentakan menggelegar ini membuat kuping Cu Jit-jit mendengung, untuk sekian lama dia tak bisa mendengar suara apa pun.

Kim Bu-bong langsung mengalami akibatnya, terasa seperti ada arus hawa yang memukul dadanya, tanpa kuasa tubuhnya tergeliat, tapi sedapatnya ia bertahan pada posisinya dan siap serang lagi.

Pada saat itulah sesosok bayangan kurus meluncur tiba dan menyelinap di tengah mereka berdua.

Kiranya bentakan Lian Thian-hun tadi adalah salah satu ilmu simpanannya yang lihai, yaitu Ci-te-tui (Palu Bawah Lidah) yang kuat tapi tak berbentuk.

Lian Thian-hun bergelar Khi-tun-to-gu (Bila Marah Menelan Jagat), ini menunjukkan khikangnya teramat hebat, waktu kekuatannya masih utuh dulu sekali dia menghardik dengan Ci-te-tui lawan bisa tergetar putus urat sarafnya dan menjadi linglung.

Sayang sekali khikangnya sekarang tidak sekuat dulu, maka Kim Bu-bong hanya terkejut tak tidak terpengaruh oleh gertakannya.

Lian Thian-hun juga tahu kekuatan Ci-te-tui sekarang jauh lebih lemah dibanding dulu, namun wataknya tidak mau kalah, bila terdesak dan keadaan cukup gawat tanpa sadar dia lantas melancarkan ilmu ini.

Li Tiang-ceng adalah saudara angkatnya sejak muda, sudah diduganya Lian Thian-hun pasti akan melancarkan ilmunya ini. Maka begitu dia menggertak dengan Ci-te-tui, segera Leng Toa menyelinap masuk arena.

Pendekar Baja / A Fanciful Tale of the Fighting World  (Wu Lin Wai Shi)Where stories live. Discover now