Hagia 4 - Job Seeker

Start from the beginning
                                    

Sejak pagi, Yoga mendadak jadi anak yang pendiam dan murung. Tidak ada wajah ceria dan riang seperti biasanya. Terlihat sekali kalau si sulung sedang banyak pikiran. Itu wajar, kejadian ini memang mengangetkan banyak pihak. Maka dari itu, setelah sampai rumah, Ibu langsung membuatkan teh hangat untuk Yoga.

"Di minum tehnya, Mas." kata Ibunya seraya duduk dipinggir kasur Yoga. "Istirahatkan badanmu. Jangan mikir apa-apa dulu. Tenangkan dirimu. Memang banyak yang harus kamu pikirkan dan lalukan. Ini akan sangat melelahkan, Mas. Maka, istirahatlah sejenak lalu selesaikan satu-satu."

"Maaf ya, Bu, Yoga udah buat Bapak dan Ibu malu."

"Bagus kalau kamu sadar akan hal itu, Mas." katanya sambil tersenyum. "Setelah ini, tolong tebus kesalahanmu dengan rasa tanggung jawab yang besar pada Andien. Tebus semua kesalahanmu melalui Andien. Sayangi dan jaga dia seperti orang tuanya menjaganya. Lindungi dia dan anak dalam kandungannya. Ya, Mas?"

"Iya, Bu. Yoga pasti akan melakukan itu semua."

Melihat tingkah Yoga sekarang tak kuasa membuat air mata Ibunya ingin turun lagi. Sebelum Yoga melihatnya, Ibu segera menghapus air matanya. Melihatnya menangis hanya akan membuat beban untuk anaknya. Ibu tidak mau semakin membebani Yoga.

**

Yoga langsung menuju ke rumah Wisnu setelah Marsel mengatakan sedang pada ngumpul di sana. Jarak dari kampus ke rumah Wisnu tidak terlalu jauh. Jadi, hanya beberapa menit saja Yoga sudah sampai di rumah Wisnu. Begitu sampai, teman-temannya sedang ngumpul di ruang tengah rumah Wisnu sambil bermain PS dan makan. Bertemu dengan teman-temannya, sejenak bisa membuatnya lupa akan masalah yang ada.

Berbeda dengan yang lainnya, Marsel malah sibuk dengan laptopnya mengerjakan skripsi. Langsung saja, Yoga mengusilinya. "Yee.. ambis banget lo! Lagi ngumpul malah ngerjain skripsi!"

"Pala lo ngerjain! Lagi nyari judul ini gue gak nemu-nemu daritadi!"

Yoga, Marsel dan kawan-kawan sekarang memang sedang berada di semester akhir. Lagi pusing nyusun skripsi. Sebelum ke rumah Wisnu pun, Yoga mampir dulu ke kampus untuk mengambil surat tugas pebimbing yang katanya sudah keluar. Kebetulan, pebimbingnya dengan Marsel sama. Makanya, begitu melihat Marsel mengerjakan skripsi langsung dia usilin. Maksudnya, biar Marsel gak jadi ngerjain. Bareng aja ngerjainnya nanti hehehe...

"Pebimbing lo siapa, Yo?"

"Bu Yesi. Sama kayak Marsel. Lo?" tanya Yoga pada Dimas.

"Sama kayak Ben. Bu Nandang."

Semuanya langsung ketawa ngakak. Pasalnya, Bu Nandang adalah dosen serba cepat. Berdasarkan pengalaman senior-seniornya di kampus, kalau pebimbingnya Bu Nandang, pasti deh, ngerasa kayak dikejar-kerjar setan. Doi selalu ngeburu-buruin mahasiswanya untuk segera menyelesaikan skripsi mereka. Yaa, tapi gimana mau cepet selesai skripsinya kalau tiap bimbingan ada aja yang salah! Walaupun kalau dari segi waktu, Bu Nandang adalah dosen yang paling fleksibel waktunya dan selalu ada di kampus. Jadi, mahasiswa gak perlu ngejar ke ujung dunia kayak dosen lain. Tapi, tapi, kalau modelan mahasiswanya kayak Ben dan Dimas sih tetep aja ngerjain skripsi bakal lama!

Sebaliknya dari Bu Nandang, pebimbingnya Bu Yesi justru ramah sekali kalau jadi pebimbing. Jadi dosen aja asik apalagi jadi pebimbing. Mengerti mahasiswanya dan gak ngeburu-buruin. Santai, selow yang penting selesai tepat waktu. Kendalanya, doi sibuk banget. Jarang ada di kampus pula. Sebentar-sebentar keluar kota. Minggu ini di kota A. Minggu ini di kota B. Tapi dijamin lulus sih!

"Lo udah nemu judul, Yo?" tanya Marsel, penasaran.

"Boro-boro!" sahutnya. "Ada yang lebih penting yang harus gue pikirin."

"Gaya lo!" decak Ben.

"Serius! Gue bawa berita besar nih."

Marsel berpaling dari layar laptopnya dan menatap Yoga. Dimas, Ben, Ditto serta Wisnu yang ada di sana juga melakukan hal yang sama. Ketika seluruh perhatian sudah mengarah padanya, barulah Yoga mengumumkan berita besarnya.

"Gue mau nikah sama Andien!"

"HAH??!"

"Bercanda lo!" sahut Ditto.

"Ngapain gue bercanda sih! Gue serius! Gue mau nikah minggu depan sama Andien." Karena mereka adalah teman-teman Yoga yang sudah dia anggap seperti saudara, maka, akan Yoga beritahu pula alasan sebenarnya kenapa mendadak dia ingin menikah dengan Andien. "Andien hamil anak gue!"

"Shit!"

"Anjrit! Serius, Yo?" tanya Ben, tidak menyangka.

Pasalnya, diantara mereka memang cuma Yoga yang paling religius. Ya, gak jadi patokan juga sih. Kalau 'lagi mau' yaa mana bisa tahan sih?! Walau alasannya gak bisa dibenarkan juga.

"Kenapa sih setiap gue kasih tau orang-orang pada gak percaya! Gue tuh serius!" dengusnya sebal.

"Kapan lo buatnya?" pertanyaan itu datangnya dari Ditto. Sama dengan teman-temannya, Ditto juga masih shock mendengar berita ini.

"Jangan bilang abis dari partynya Bagus?" tebak Dimas.

"Sayangnya, tebakan lo bener, Dim!"

"Malem itu, Andien emang hot banget sih!" aku Dimas, jujur. Tentu saja mendengarnya Yoga langsung emosi. Gimanapun juga, sekarang Andien calon istrinya! Langsung saja Yoga menimpuk Dimas dengan bantal. "Sorry, sorry.." kata Dimas sambil cengengesan.

"Terus sekarang gimana kondisinya?"

"Gak gimana-gimana! Minggu depan gue nikah sama Andien! Orang tua kita juga udah pada tau juga. Tapi sekarang ada yang gue bingungin." tukasnya. "Setelah gue menikah, gak mungkin gue gak ngasih nafkah ke Andien. Sedangkan, sekarang aja gue gak kerja. Makanya, gue mau minta tolong ke kalian. Kalau punya lowongan, please banget kabarin ke gue. Gue butuh banget. Kerja apaan aja yang penting halal deh!"

Melihatnya, teman-temannya jadi iba. Mereka masih tidak menyangka kalau Yoga yang selama ini mereka kenal bisa melakukan hal seperti itu. Banyak yang menyayangkan tapi mau gimana lagi! Nasi sudah jadi bubur. Sekarang yang bisa mereka lakukan adalah memberikan support untuk Yoga dan Andien serta membantu Yoga untuk secepatnya mendapat pekerjaan.

"Nanti gue tanya Marez. Kalau di kantornya lagi buka loker, langsung gue kabarin."

"Thanks ya." ucapnya tulus.

**

HAGIAWhere stories live. Discover now