Hilang

1.1K 177 14
                                    

  Lalu .... apa artinya?

  Apa artinya ia selama ini?

  Apa hanya sebuah degupan jantung yang membuatnya gugup? Atau mungkin takut? Atau ... itu semua tidak ada artinya?

  Yein tidak percaya. Hanya satu kata yang meliputi rasa sakitnya sekarang.

  "Kau hanya menganggapku teman tak lebih. Jadi mungkin, degupan jantung itu hanya refleks karena kau takut padaku." Jawab Jungkook dengan tenang.

  wah, Yein seterpuruk itu ya?

  Kenapa jantungnya terasa sesak sekarang?

  "Mungkin sunbae benar." Gadis itu mengulum senyum paksanya.

  "Kalau begitu Yein ingin tidur dulu ya sunbae." Jungkook mengangkat kedua alisnya.

  "Bukannya kau baru saja bangun? Lalu kenapa ingin tidur lagi?" Yein menggeleng pelan.

  "Tidak tahu. Yein ingin tidur saja, hehe." Gadis itu tertawa kecil membuat Jungkook gemas.

  "Yasudah. Tidurlah." Yein merebahkan tubuhnya. Tanpa memikirkan apapun, Yein tersenyum ke arah Jungkook.

  Lalu Jungkook terdiam sebentar menatap mata teduh gadis itu. Gerakan selanjutnya,

Chup
 
  Mata Yein sedikit membelak. Menyadarkan bahwa Jungkook mencium kening cukup lama.

  "Semoga cepat sembuh Jeong Ye In." Sebelum keluar dari kamar gadis itu, Jungkook tersenyum.

  "Selamat tidur, Nona Jeong."

   Yein mengulum senyum lalu menahan tangisnya.
   
   "Jungkook sunbae," suaranya terdengar bergetar. Membuat Jungkook tersenyum penuh pengertian ke arahnya.

   "Kenapa Yein?" Gadis itu menggeleng lalu air matanya jatuh.

   "Kau kenapa?" Jungkook meraih gadis itu ke pelukannya.

    "Tidak tahu kenapa. Tapi mau menangis saja ..." Yein bingung ada apa dengannya.

   "Yein cuma merasa sakit di bagian sini." Ia memukul dadanya pelan.

   "Selebihnya Yein tidak tahu kenapa saat Jungkook sunbae mengatakan bahwa semuanya tidak apa - apa, Yein justru tidak terima."

   Jungkook melepaskan pelukannya lalu menatap mata gadis itu.

   "Yein percaya kalau degupan jantung itu bukan karena Yein takut pada sunbae." Gadis itu terisak. Lalu menatap Jungkook lekat.

   "Pasti ada hal lain selain itu."

 

  Jungkook menutup pintu Yein lalu bersandar di pintu itu.

  "Sama Yein. Jantungku juga berdetak." Ia memegang dada bagian jantungnya.

  "Kalau sebenarnya itu tanda bahwa kau menyukaiku bagaimana?" Jungkook menghela nafas panjang.

  "Jungkook?" Jungkook menoleh lalu mendongak menatap pria paruh baya yang tengah menatapnya.

  "Ayah..."

-***-

"Kau sudah tahu semuanya?" Jungkook mengangguk lalu menghela nafas panjang.

  "Kenapa Ayah tidak menceritakannya padaku?" Tanya Jungkook. Jungwook merauo banyak udara lalu menghela nafas.

  "Ayah begitu mencintai Ibumu. Hingga bagaimanapun rasa kehilangan itu sangat sulit Ayah rasakan."

  "Dan berakhir dengan melampiaskannya padamu." Ujarnya.

  "Maafkan aku Jungkook. Seharusnya aku tak perlu seperti ini. Seharusnya aku tak melampiaskannya padamu."

  "Tidak apa - apa." Jungkook berujar dengan tenang.

  "Tidak masalah. Aku sudah lumayan banyak belajar dari Yein." Ujarnya. Jungwook tertawa sekilas lalu menatal anak semata wayangnya yang sudah tumbuh dewasa itu.

  "Kau menyukai Yein?" Tanya Jungwook jahil. Seketika anaknya itu menggeleng cepat dengan wajah yang memerah.

  "Hahahaha! Astaga! Kau persis seperti Ibumu!"

  "Mengaku sajalah!" Jungwook memukul pelan bahu Jungkook sehingga membuat anaknya mengehela nafas pasrah.

  "Ya ... kalau benar bagaimana? Ayah akan memarahiku?" Ucapnya pelan. Jungwook masih mendengar ucapan Jungkook lalu sedetik kemudian ia tersenyum.

  "Tidak, justru aku senang."

  "Senang ... karena?"

  "Karena kau jatuh pada orang yang tepat." Jawabnya dengan wajah sumringah.

   "Dulu aku dengan Ayah Yein menginginkan istri kami melahirkan sepasang anak. Dan ternyata yang beruntung itu Yewon dan Yoo Ra. Lalu sebelum itu, Yewon menginginkan anak keduanya itu seorang berkelamin perempuan agar ia bisa memasangkannya denganmu. Namun saat Yein lahir, semua tidak sesuai rencana." Jungkook mendengarkan dengan seksama.

  "Yewon kecelakaan dan saat itu Yoo Ra sedang mengandung Yein, Ibumu membantu Yoo Ra sedangkan aku menemani Yewon."

  "Salah satu rekan kami mengatakan bahwa Yewon telah meninggal dunia. Dan karena isu itu, Yoo Ra stres berat. Padahal kenyataanya tak seperti itu."

  "Yein tidak mengenal Ayahnya sama sekali. Dan aku dengar, salah satu suruhan Yewon mengikuti gadis itu dan mengatakan bahwa gadis itu nyaris gila karena ingin mengetahui siapa Ayahnya."

  "Dan selanjutnya, dia ditemukan kecelakaan di daerah Myeondong. Dan kekurangan darah. Dan Yewon tahu hal itu menimpa putrinya dan sesegera mungkin memberi darahnya untuk Yein."

  "Sebenarnya Ayah Yein sakit apa?"

   "Ayah Yein terkena serangan jantung. Lalu saat kondisinya lumayan membaik, ia mendengar bahwa putrinya kecelakaan dan ia sesegera mungkin mendonorkan darahnya pada anaknya dan berakhir drop."

  "Ya .. kira - kira seperti itu ceritanya. Cukup menyedihkan mengetahui bahwa seorang Yein terlalu malang."
Jungwook menghela nafas.

  "Tapi aku yakin Yein kuat menghadapi masalahnya." Senyum itu terukir jelas dj wajah Jungkook.

  "Jaga Yein, jika dia takdirmu, kemanapun kau, akhirnya kau akan bersamanya. Percayalah."

   Jungkook tersenyum.

"Baiklah."

.

.

.

.

.
.

Makin singkat makin syg euy.

 

  

Baby Pink.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang