Tuan Jeon

1.1K 181 8
                                    

Yein merapikan buku - bukunya lalu memasukkannya ke dalam tas berwarna putihnya. Ia mengulum senyum sambil keluar dari kelasnya.

Waktu pulang sekolah adalah hal yang terindah bagi Yein. Bukan hanya Yein, namun semua murid.

"Yein, kau pulang sendiri ya, aku ada kerja kelompok dengan yang lain." Ujar Eunbi. Yein mengangguk. Yah, harus berakhir sendiri lagi.

"Yasudah. Tidak apa - apa. Kalau begitu aku duluan ya Eunbi!" Yein melambaikan tangannya sambil berlari menuju luar kelas.

Yein kesal. Berkali - kali temannya pulang duluan atau kerja kelompok dan sebagainya. Membuatnya harus sendiri lagi. Yein muak harus sendiri lagi.

"Chanwoo Oppa dimana ya?" Yein mengecek ponselnya lalu menghubungi kakak kesayangannya itu.

"Tidak bisa menjemput Yein ya? Yasudah kalau begitu." Yein memutuskan sambungan teleponnya lalu melanjutkan perjalanannya.

Jadwal Yein dan Chanwoo tidak pernah sama. Chanwoo biasanya akan menjemput Yein saat awal - awal masuk sekolah. Namun berhubung jadwal mereka yang bertabrakan, Yein jarang sekali bisa pulang dengan Chanwoo.

"Ingin kopi.." gumamnya. Ia berlari menuju kafe kecil bernuansa kayu coklat unik.

Byur!

Ups. Yein tidak sengaja.

"Ma-maaf Paman! Maaf!" Ujar Yein sambil membungkuk berkali - kali. yang jelas membuat pria dengan jasnya yang basah itu hanya menghela nafas menanggapi perminta maafan Yein.

"Tidak apa - apa." Ujarnya. Ia ingin berlalu lalu kemudian Yein berlari memesan kopi dan berlari lagi menuju pria itu.

"Paman! Paman!" Panggilnya. Pria paruh baya itu menoleh ke arahnya.

"Ini kopinya, Yein tanggung jawab." Ujarnya. Pria itu sedikit terkejut lalu melirik name tag yang ada di seragam gadis itu.

Seketika matanya membelak.

"Jeong Ye In?"

---

Jungkook mendengus menatap jalanan Seoul yang dingin. Angin Seoul yang menusuk dirinya di abaikan hingga sesekali lelaki bermarga Jeon itu mengigil karena kedinginnya.

Oh, satu permintaan Jungkook hingga sekarang yang belum dipenuhi.

Apartement di Chaedamdong. Karena itu Jungkook tinggal di hotel milik Ayahnya beberapa hari belakangan ini.

Lalu kemudian ponsel nya berbunyi.

Ia mengerutkan keningnya saat nama Ayahnya tertera disana.

---

"O-oh, jadi Paman kenal aku?" Tanya Yein. Pria itu mengangguk.

Mereka cukup lama berbincang di kafe itu. Dan Yein dengan mudahnya percaya dan asyik terlarut dalam obrolan hangat dari seorang pria paruh baya yang tak sengaja kopinya dijatuhkan Yein.

"Aku teman Ayahmu dulu. Sebelum kau lahir." Yein mengangguk kecil mengerti.

"Namaku Jeon Jungwook. Kau bisa memanggilku Paman saja, atau Paman Jung." Ujarnya. Yein lagi - lagi hanya tersenyum.

"Jeon? Wah! Nama Paman seperti nama temanku!" Jungwook terkekeh kecil lalu menatap lamat gadis lugu yang tengah berbicara dengannya.

"Siapa nama temanmu itu Yein?"tanyanya.

"Jeon Jungkook." Ucapnya yang jelas saja membuat pria baruh baya bermarga Jeon itu lagi - lagi terkejut.

"Kau kenal Jungkook?" Gadis itu mengangguk ceria.

"Teman--sunbae nya Yein, Paman." Jungwook tertawa kecil.

"Jungkook itu memang anakku. Aku tak menyangka Jungkook akan dekat denganmu." Ujarnya dengan wajah berbinar.

Yein mendengus.

"Paman tidak merawat Jungkook dengan baik ya?" Tanya Yein dengan lugu. Jungwook mengerutkan keningnya.

"Kenapa kau bilang begitu?"

"Jungkook sunbae terlalu tertutup pada semua orang. Bahkan ia tak ingin aku menjadi temannya waktu itu. Dia selalu menghindar dan mengatakan bahwa dia jahat. Padahal tidak." Yein menarik nafas.

"Lalu sore itu Jungkook sunbae datang dengan wajah yang lebam. Aku tidak tahu kenapa wajahnya bisa begitu. Ia hanya menangis. Itu petama kalinya Yein melihat dia menangis!" Ia mendengus lalu menatap sebal tuan Jeon yang dihadapannya.

"Aku yakin Paman yang tidak baik menjaga Jungkook sunbae." Jungwook hanya diam dan menatap Yein heran.

"Manamungkin Jungkook sunbae melakukan hal yang tidak baik untuk dirinya. Aku yakin ia tak ingin melakukannya namun terpaksa." Yein menatap Jungwook dengan seksama.

"Paman seharus bisa mengerti tatapan terluka Jungkook sunbae pada semua orang."

Yein yang polos tidak ada lagi disini.

"Aku selalu melihat tatapan dingin itu yang menyiratkan bahwa ia terluka. Apa Paman tak melihat itu?"

"Apa Paman tak bisa merasakan bahwa ia terluka setiap saat? Apa Paman tak merasakan bahwa ia lelah melakukan hal yang begitu? Apa Paman tidak memerhatikan luka yang tersembunyi di dirinya?"

Yein tidak menyangka bahwa ia akan berbicara sebanyak itu hanya karena tatapan Jungkook. Yein juga tidak menyangka bahwa ia memerhatikan Jungkook begitu dalam.

"Aku tahu perasaan nya karena aku juga seperti itu. Aku mengalami luka yang selalu disembunyikan sampai akhirnya aku tahu aku dibodohi."

Yein mengingat semuanya. Tanpa ada yang mengetahui gadis itu sudah pulih dari amnesia panjangnya.

"Maka dari itu--" Yein meraup oksigen disekitarnya.

"Jangan buat Jungkook sunbae memendam semuanya sendirian. Dia butuh seseorang untuk memerhatikannya." Ujar Yein akhirnya. Jungwook hanya menatap gadis itu lamat lalu tersenyum getir.

"Terima kasih karena telah mengingatkanku pada anak itu."

"Aku memang bukan Ayah yang baik." Ujarnya. Yein menggeleng.

"Seluruh Ayah baik didunia ini. Tidak ada yang buruk. Namun cara mengasihinya mungkin berbeda." Yein menghela nafas.

"Tapi Paman--" Yein mengingat persis bagaimana ia dulu. Menjadi gila saat ingin mencari Ayahnya.

"Apa Paman Jung tahu dimana Ayahku?" Tanya Yein. Pria itu membelakkan mata saat Yein bertanya hal itu.

"Ayahmu?" Yein mengangguk. Ia tersenyum miris lalu menghela nafas.

"Aku tidak tahu bagaimana wajah Ayahku, apa pekerjaannya dan--"

"Dimana dia?" Pertanyaan itu lolos dari bibir kecil Yein. Dan tentu membuat pria paruh baya bermarga Jeon itu terkejut.

"Yoo Ra sama sekali tidak menceritakannya padamu?" Yein menggeleng.

"Maka dari itu aku bertanya pada Paman. Dan aku harap Paman bisa menjawab seluruh pertanyaanku." Ia menghela nafas.

"Aku lelah harus mencari orang tuaku dan berakhir begini." Ujarnya dengan helaan nafas putus asa.

Jungwook belum siap. Namun bagaimanapun caranya Yein harus tahu bagaimana dan siapa Ayahnya yang sebenarnya. Yein harus tahu siapa Yewon, siapa ia dan apa hubungannya mereka disini.

Yein sudah mengijak umur 16 tahun. Gadis itu wajib mengetahui ini.

"Yein,"Jungwook menarik nafas dalam meraup oksigen sebanyak mungkin dan mengumpulkannya nyalinya.

"Ayahmu---"

"Dia masih hidup."

.

.

.

.

.

.

.

.

.
.
.

Malming haha. Hepi malming dei! Wkwk

Baby Pink.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora