IPA & IPS - 1

1.3M 38.7K 1.5K
                                    

Udah lama yaa gaketemuu hehehe. Kalian kangen sama Rifqi Michelle gakk?? Ini aku mau revisi IPA & IPS. semoga makin baper yaa kalian.

***

Michelle memulai hari pertama masuk sekolah dengan perasaan gembira. Ia baru pindah dari Jakarta ke Bandung karena pekerjaan ayahnya. Setelah sekian lama, akhirnya Michelle berkunjung lagi ke kota kelahirannya. Sudah beberapa kali Michelle berpindahpindah karena pekerjaan ayahnya, tapi tidak masalah, berpindah-pindah adalah hal yang menyenangkan untuknya.

Michelle sempat tinggal di Bandung selama beberapa tahun. Dulu, keadaan Bandung tidak seramai sekarang. Kota kelahirannya itu semakin indah untuk dilihat.

Hari pertama sekolah, Michelle sudah telat. Gerbang sekolah sudah ditutup, tidak ada sekuriti yang berjaga.
Tapi untungnya, hari ini yang telat bukan hanya dia.

“Hei,” sapa seorang laki-laki tinggi yang berada di sampingnya.

“Hai.”

“Lo murid baru?” tanyanya. Michelle mengangguk.

“Oh, lo Michelle Laurencia Hermawan yah?” tebaknya, tepat sekali.

“Lo kenal gue?”

“Enggak, kan kita belum kenalan,” ucapnya.

“Maksud gue, lo kenal gue sebelumnya?” tanya Michelle memastikan, bisa saja dia teman lama Michelle yang Michelle lupakan. Cowok itu menggelengkan kepalanya.

“Salken, gue Aldino,” Aldino mengulurkan tangannya, mereka pun bersalaman.

“Kelas mana?” tanya Aldino.

“12 IPA 3,” jawab Michelle singkat tanpa bertanya balik. “Oh, sekelas dong kita.”

Tak lama kemudian, seorang murid membukakan gerbang. Murid yang telat pun langsung masuk ke dalam sekolah. Michelle dan Aldino berjalan berdampingan memasuki sekolah. Michelle melihat ke sekeliling, sekolah lamanya dan sekolah barunya tidak terlalu berbeda.

Michelle dan Aldino melewati kelas demi kelas. Bisa Michelle rasakan tiap kelas mempunyai suasana yang berbeda-beda. Kelas Michelle dan Aldino berada di paling pojok.

Suasana kelas mereka sangatlah ribut. Di sekolah lamanya, kelas IPA tidak akan seheboh ini.
Ketika Michelle dan Aldino masuk kelas, suasananya tetap ribut.

Aldino langsung bergabung dengan temannya, sedangkan Michelle mencari bangku yang kosong. Terlihat bangku kosong di belakang, di samping murid perempuan yang sedang membaca novel. Michelle menghampirinya.

“Hai, di sini kosong?” tanya Michelle sopan.

“Eh, hai! Iya kosong, duduk aja,” jawabnya ramah. Michelle pun duduk di sampingnya, lalu mempersiapkan alat-alat tulis di atas meja.

“Murid baru ya?”

“Iya, salken gue Michelle,” Michelle mengulurkan tangannya, lalu dibalas olehnya.

“Rara.”

Tak lama kemudian, seorang guru masuk ke dalam kelas. Suasana pun langsung hening seketika, murid-murid yang berkumpul kini kembali ke bangku masing-masing. Guru tersebut menatap Michelle.

“Kalian bisa liat, ada yang baru di sini, maju ke depan dan perkenalkan dirimu,” perintah Bu Diah, wali kelas mereka.

Michelle bangkit dari kursinya, lalu berjalan ke depan kelas. Kini, semua mata tertuju padanya. Berbagai macam ekspresi yang mereka tunjukan. Ada yang sedang bergosip sambil melihat Michelle. Ada pula yang melamun.

“Hai, nama gue Michelle Laurencia Hermawan, gue pindahan dari Jakarta, semoga gue bisa berteman dengan baik dengan kalian.”

Tiba-tiba, seorang cowok mengangkat tangannya, hendak bertanya.

“Jomblo? Kalo iya gue boleh ngisi gak?” Pertanyaan itu sukses membuat suasana kelas kembali riuh. Semuanya menyoraki cowok itu.

“Sudah, sesi pertanyaannya nanti saja pas istirahat, ntar jam ibu abis sama sesi tanya jawab, Michelle silahkan kembali ke tempat duduknya,” ucap Bu Diah.

Michelle mengangguk dan kembali ke tempat duduknya.

***

Rifqi Attila Pratama, cowok eksis di International High, kelas 12 IPS2. Tampangnya bisa membuat para wanita langsung jatuh cinta. Tatapan mata tajamnya bisa membuat para wanita deg-degan. Rifqi adalah ketua OSIS yang sebentar lagi akan melepas jabatannya karena harus fokus ujian nasional.

Rifqi selalu seperti ini, berada di kantin terlebih dahulu dari pada yang lainnya. Terbiasa membolos pelajaran tiga puluh menit sebelum istirahat. Hingga tak lama kemudian bel pun berbunyi, kantin mendadak menjadi ramai, temanteman Rifqi pun langsung menghampiri, lalu duduk mengitari meja yang sama.

“Mabal lagi lu?” tanya  Davin, kelas 12 Bahasa3.

“Lagi males gue belajar Geogra,” Rifqi mengeluh.

“Dasarnya juga lu mah udah males belajar kali, Rif,” sindir Rifa, teman sekelasnya.

“Bacot lu,” ucap Rifqi.

“Di kelas gue ada murid baru.” Aldino tiba-tiba berkata.

“Cewek?” tanya Rifqi singkat.

“Yoa.”

“Yang tadi telat sama lu, bukan?” tanya  Rifqi lagi.

Aldino mengangguk.

“Iya, lu gak jadiin dia target?”
Dari dulu Rifqi suka menargetkan cewek sebagai pacarnya. Kadang, cinta yang dia berikan kepada para targetnya tidak tulus.

“Gue males pacaran sama anak IPA, tar pas pacaran ngomongin biologi lah, matematika lah, ya kayak si Arin aja,” ucap Rifqi. Arin adalah salah satu mantannya Rifqi, siswi nomor satu di International High.

“Emang yang mana sih Michelle?” tanya Nadhif, teman sekelasnya Davin.

“Ada lah ke kelas gue aja kalo mau tau,” saran Aldino.

“Gue males ke kelas IPA, membosankan,” ketus Nadhif.

Bel masuk pun berbunyi, seluruh siswa masuk ke dalam kelas. Rifqi kembali ke kelasnya dengan malas. Namun matanya terus memperhatikan gadis itu, entah mengapa di mata Rifqi dia sangatlah berbeda dari yang lain.

*

IPA & IPS (TERBIT & SUDAH DISERIESKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang