Investigation

1.2K 179 33
                                    

Author Pov

Di sebuah ruangan, duduk seorang namja berkulit pucat. Sebelah tangannya di borgol. Belenggu itu membatasi gerak-gerik nya, bahkan untuk bernafas saja, ia merasa berat. Namja itu, sudah duduk di sana selama hampir dua jam. Beberapa pasang mata mengamatinya dari kaca pembalik yang ada di ruangan tersebut. Mereka berada di seberang ruangan.

Min Yoongi, untuk kedua kalinya, ia berada di situasi yang sama. Ia menjadi tersangka lagi atas kematian seseorang. Kali ini, ia memilih bersikap tenang. Bahkan sepasang matanya dengan santai menatap refleksi dirinya sendiri. Ia tahu, di balik cermin itu ada banyak orang yang menatap ke arahnya.

Yoongi mengepalkan tangannya yang bebas. Ia bosan, ini terlalu lama. Lebih baik segera ada yang masuk dan ia akan menyelasaikan segalanya dengan cepat. Yoongi memejamkan matanya, membuat orang di seberang ruang mulai membicarakannya lagi.

"Ini sangat aneh. Dia sangat tenang," kata seorang polisi. Yang lain mengangguk setuju. "Bukankah dulu ia berteriak dan tidak terima karena tuduhan yang dilimpahkan padanya?"

"Ya, ini tidak masuk akal. Seolah dia sudah terbiasa dengan keadaan ini," sahut yang lain.

"Haruskah kita masuk sekarang?" tanya polisi wanita. "Atau kita perlu melihat reaksinya lebih jauh?"

Yoongi melirik ke arah pintu tunggal yang ada di ruangan itu. Ia mendengar langkah samar mendekat. Nafas berat terhembus dari mulut namja itu. Mereka datang. Mata Yoongi menatap sesosok namja yang telah ia hafal wajah dan suaranya. Ia merasa kesal dalam hati, harus berurusan dengan polisi seperti ini.

"Min Yoongi ssi, kita bertemu lagi," kata Kim Namjoon. Ia duduk di seberang meja dan meletakkan berkas-berkas di atas meja. Tangannya dengan cekatan membuka laptop dan ujung jemarinya mulai mengetuk keyboard. "Aku sama sekali tidak menyangka akan bertemu seperti ini lagi. Kau, terlihat lebih tenang dibandingkan kasus sebelumnya,"

"Haha..." tawa Yoongi terdengar di seluruh ruangan. Ia menundukkan kepalanya dan terus tertawa. Beberapa saat, ia kemudian mengangkat wajahnya dan menatap sosok namja di depannya. "Kasus ini tidak melibatkan aku. Aku akan segera keluar dari sini. Jadi untuk apa aku panik?"

"Hmmm, benarkah?" gumam Namjoon. Ia meletakkan selembar foto di atas meja. Ujung jari telunjuknya mengetuk foto tersebut, meminta Yoongi untuk menatapnya. "Tapi, kenapa harus sama persis dengan apa yang kau tulis di novelmu, jagganim?"

"Darimana anda tahu jika itu mirip dengan novelku? Anda membeli dan membaca habis seluruh seri novelku, gyeongchalnim?" tanya Yoongi dengan suara tenang. Di bawah meja, tangannya mengepal, menatap yeoja yang ia kenal ada dalam keadaan mengerikan.

"Hmmm, ya, aku mendownload e-book nya," kata Namjoon. "Jagganim, katakan padaku. Kenapa kau membunuh yeoja ini. Lee Na Eun, yeoja yang kau kencani,"

Yoongi menggeleng tak percaya. Wajah yang ia setting dengan susah payah agar terlihat tenang mulai berubah. Ia merasakan getaran aneh di dalam tubuhnya. Getaran itu mendesaknya untuk mulai merasa ketakutan.

"Kami tidak berkencan," kata Yoongi.

"Jeongmalyo?" tanya Namjoon. Ia menajamkan tatapannya ke arah Yoongi. Mencoba mendalami sepasang mata lawan bicaranya. "Jagganim, lihat daftar panggilan milik Na Eun," ia mengeluarkan ponsel yang terbungkus plastik. "Panggilan terakhirnya adalah nomormu. Bagaimana kau menjelaskan hal ini? Ia menelponmu saat sudah lewat tengah malam. Dan ia meninggal sekitar pukul empat pagi. Apakah kalian janjian di kampus?"

"Sebenarnya," kata Yoongi. Ia menunjuk foto Na Eun dengan gerakan dagunya. "Korban yang ku gambarkan di novelku, tidak seperti itu. Aku tidak melukai kepalanya, hmmm, di dalam cerita maksudku,"

Goosebump! Ghost Around MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang