16. Some Important Secrets

530 62 7
                                    


"APA??! Nona tidak main-main dengan keputusan ini?" Bibi Jang yang mendengar rencana Juliann sontak terkejut.

"Hmm.. tentu saja tidak." Juliann menyunggingkan senyum di depan kaca, berharap rencananya berhasil.

"Tapi, jika tuan tau, tuan akan marah besar." Bibi Jang cemas.

"Kalau begitu, jangan sampai tau."jawab Juliann enteng.

"Tapi nona-"

"Sstt.. aku tau ini memang berat dijalani dan resiko jika diketahui ayah besar. Tapi ini hidupku bi, suatu saat aku akan menemukan identitasku, jati diriku, dan kehidupanku yang sebenarnya. Aku tidak mungkin disini terus. Ayolah... kalau bibi mau ikut aku ayo silakan. Kalau tidak mau yasudah." Juliann beranjak mengambil tas tentengnya.

"Baiklah bibi akan ikut. Tapi kalau tuan tau bibi tidak mau tanggung jawab."

"Ya aku mengerti, aku sudah mewanti-wanti. Semua aman." Jawab Juliann dengan percaya diri.

Bibi Jang bersiap-siap dan mengganti pakaian pelayannya dengan pakaian yang biasa. Sangat jarang sekali Juliann melihat wanita tua itu memakai pakaian biasa. Juliann mengerti pengabdiannya terhadap keluarga Kim sungguh luar biasa, bahkah jarang sekali Bibi Jang melepas seragam kebanggaannya. Bahkan suatu hari Bibi Jang berkata bahwa jika Tuan Kim jatuh miskin pun dia rela dengan segenap jiwa tanpa digaji agar bisa mengabdi di keluarga itu. Mengingat hal itu membuat hati Juliann terenyuh, selama ini Bibi Jang sudah seperti ibu kandungnya yang selalu merawatnya dan membesarkannya semenjak dia menapaki kaki di rumah mewah ini. Sedikit tidak rela sebenarnya jika suatu saat akan berpisah dengan pembantu yang super tabah dan berhati mulia ini.

*PARIS*

Di ruang kerjanya kini Joshua bertengger. Laptop, paper, tumpukan file dan barang-barang kantor lain adalah teman kesendiarannya selama di Paris. Lusa Joshua sudah akan pulang, pertanda bahwa urusannya disini telah selesai. Besok akan diadakan pool party sebagai bentuk ungkapan perpisahan kolega-koleganya selama ada di Paris. Joshua tersenyum, karena sebentar lagi dia dapat menemui kekasihnya yang terhalang kiloan jarak. Lelaki dengan senyum khas itu membuka sebuah kotak perhiasan, sebuah kalung emas perak dengan bandul berbentuk salju kecil adalah plihannya yang cocok dengan Juliann. Kalung itu nantinya akan di berikan pada Juliann. Tak lupa 2 set parfum merek terkenal yang juga dihadiahkan untuk Juliann sebagai oleh-oleh. Setengah jam yang lalu Joshua dapat mendengar suara Juliann via telepon, hatinya jauh lebih tenang mendengar suara gadis itu. Rasa tak sabar Joshua ingin menemuinya semakin membuncah, ingin rasanya Joshua men-skip hari ini dan besok agar segera bertemu Juliann. Sekarang sudah jam makan siang, Joshua melonggarkan dasinya dan segera beranjak berdiri. Tiba-tiba pintu diketuk dari luar.

"Masuk."

Tumit sepatu Hyejung berhentakan dengan lantai, Hyejung datang dengan membawa beberapa berkas. "Jo. Ini ditaruh dimana sayang?"

"Di meja saja. Dan tolong, jangan panggil aku seperti itu." Joshua geram.

"Kenapa? Lagipula ruangan ini cuma ada kita berdua. Kau tidak perlu malu kan?" Hyejung meletakkan berkas dengan gemulai dan mendekati Joshua yang masih berdiri.

"Aku sibuk. Kau kau boleh pergi dari sini."

Joshua melangkahkan kaki namun tangannya ditahan oleh Hyejung. Joshua mencoba melepaskan tangannya, karena kekuatan Hyejung tak seberapa tubuh Hyejung kehilangan keseimbangan dan Joshua refleks menangkapnya. Tubuh mereka berdua jatuh di sofa. Hyejung tersenyum licik sambil memandangi pria yang ada di atasnya. Tangan mulusnya menyentuh wajah Joshua dan menarik lehernya. Sadar akan posisi yang tidak nyaman ini Joshua langsung berdiri daripada hal yang tidak baik terjadi. Joshua merapikan kemejanya dan meninggalkan Hyejung begitu saja dengan posisinya. "Oh Shit!" umpat Hyejung.

JuliannWhere stories live. Discover now