13. Another Guy

560 71 18
                                    


FLASHBACK

Julian dan Helene adalah dua rival yang tak pernah akur. Keduanya sama-sama cantik dan jadi perhatian murid-murid se-SMP. Kesamaan mereka Cuma soal kecantikan saja, namun mereka tingkah berbanding terbalik. Julian baik, sopan dan murah hati namun Helene sebaliknya. Juliann selalu menjadi juara kelas namun Helene tergolong murid yang otaknya biasa-biasa saja. Semua guru selalu mengelu-elu kan Juliann karena kepintaran dan tingkah lakunya yang baik. Dari situ Helene tak mau kalah dan tak rela jika seseorang berada lebih baik di atasnya. Helene populer di kalangan murid-murid karena cantik dan orangtuanya adalah donatur terbesar di sekolah itu. Juliann pernah diajak bergabung dengan gengnya, namun Juliann menolaknya dengan halus dan sopan. Helene tak terima dengan penolakan tersebut karena dia merasa dicampakkan. Mulai dari situ Helene selalu mencari kelemahan yang dimiliki Juliann. Namun hal itu sulit ditemukan karena Juliann adalah orang hampir sempurna. Kesempurnaan Juliann di mata orang-orang membuat Helene semakin tidak terlihat. Padahal Helene selalu saja mencari perhatian pada orang-orang agar lebih memperhatikannya daripada Juliann.

"Sial! Anak ini benar-benar... argh!" Helene berjalan mondar-mandir di depan teman-teman gengnya.

"Apa lagi yang harus kita lakukan? Semua tentang anak itu tidak ada yang bisa dijadikan kelemahan." Ucap salah seorang gadis berambut pendek yang sedang mengutak-atik laptopnya mencari data-data Juliann.

"Pasti ada. Dia tidak sesempurna yang kita lihat. Atau mungkin dia punya rahasia yang besar yang tidak kita ketahui dan mungkin itu bisa jadi kelemahannya." Sambung gadis yang berpenampilan tomboy.

Helene berpikir sambil memainkan ujung rambutnya.

"Apa kalian pernah berpikir kalau Juliann tidak pernah ikut pelajaran olahraga saat renang?" tanya gadis berambut ponytail.

"Katanya dia punya penyakit pernafasan." Celetuk gadis berambut pendek.

"Apa kalian percaya dia menggunakan alasan itu?" tanya Helene.

"Masuk akal juga sih." Sambung gadis ponytail.

"Nah! Aku tidak pernah melihat dia ganti baju seragam olahraga di ruang ganti. Pernahkan kalian curiga? " tanya gadis tomboy itu.

"Oh iya... aku juga heran kenapa anak itu selalu belakangan ganti baju." Sambung gadis berambut pendek.

Hmm sepertinya ini menarik, gumam Helene dalam hati. Rencana sudah tersusun rapi di kepalanya.

Hari itu jam terakhir dan diisi oleh mata pelajaran olahraga, olahraga kali ini adalah permainan bola voli. Setiap siswa wajib mengganti pakaiannya dengan seragam olahraga. Ruang ganti dipenuhi siswi-siswi, Helene tak menangkap batang hidung Juliann sama sekali. Ternyata benar apa yang dikatakan teman-temannya, Juliann tak pernah ikut ganti seragam bersama siswi-siswi lainnya.

"Wah ini model terbaru"

"Warnanya lucu juga"

"Ukuranmu berapa?"

"Kau mengalami pubertas yang sangat cepat"

Hal-hal itu sangat wajar diucapkan siswi-siswi yang sedang ganti seragam. Membicarakan hal-hal yang sangat keperempuanan sudah tidak aneh lagi di dengar oleh mereka. Toh seisi ruangan juga perempuan, tidak masalah.

Helene dan gengnya selesai berganti seragam, mereka keluar ruangan diikuti oleh siswi-siswi lain. Mereka tak langsung ke lapangan dan berbaris dengan yang lain melainkan menunggu Juliann masuk ke ruang ganti yang sudah kosong. Juliann mulai memasuki ruangan. Helene memberi kode pada teman-temannya "NOW!" mereka masuk dan disambut oleh ekspresi terkejut Juliann.

JuliannWhere stories live. Discover now