12. Ancaman

498 76 19
                                    


'hai Joshua. Masih ingat aku?
Kenapa kau tidak mengabariku
bahwa kau telah bertunangan dengan gadis kaya?'

Joshua terbelalak melihat layar ponselnya, pesan dari nomor tak dikenal itu membuatnya heran sekaligus penasaran. Siapa dia?

Di lain tempat Seungcheol sedang berada di ruangan latihan demi mempersiapkan comebacknya bulan depan. Ponselnya terus berdering di meja namun sang pemilik sedang sibuk dengan keyboardnya. Assistan yang duduk di dekat dengan meja tempat ponsel itu memanggil Seungcheol agar dapat menerima panggilan itu, namun Seungcheol mengacuhkannya. Satu kali... dua kali... hingga akhirnya yang ketiga kali Seungcheol menyerah dan menerima panggilan nomor tidak dikenal itu.

"Hallo... Ya Ini aku... Anda siapa? Apa?! Kau sudah kembali dari Milan? Ya kami baik-baik saja. Besok? Dimana? Baiklah sampai jumpa"

Seungcheol langsung menutup telfonnya. Dia memegang dahinya karena sedikit pening.

"Aish! Kenapa dia ada disini"

Sedetik kemudian Seungcheol menelfon Joshua memberitahukan berita ini.

****

Juliann dan vernon menemani ayahnya makan siang di restoran yang dulunya jadi tempat favorit keluarganya. Gadis itu tak menyangka ayahnya punya selera yang menarik juga. Tak seperti kebanyakan restoran yang mengusut tema mewah dan modern, restoran ini terlihat sederhana dan bersahaja, disekelilingnya ditanami tanaman-tanaman hias rumahan yang membuat suasana kekeuargaan semakin melekat. Vernon sama sekali tak pernah datang kemari. Tapi Juliann sedikit-sedikit ingat bahwa dia datang sesekali waktu dia kecil.

Sepasang anak bercengkrama bersama ayahnya menghabiskan waktu. Jarang-jarang bisa memiliki waktu seperti ini. Apalagi vernon yang sudah akan mengikuti ujian akhir dan mempersiapkan diri untuk masuk universitas yang sudah dipilihnya matang-matang dan dirundingkan dahulu dengan sang ayah.

"Kalau Juliann sudah bekerluarga nanti kita pasti jarang bisa melakukan momen seperti ini." Ayah meletakkan gelas jusnya.

Vernon cekikikan sambil melirik kakaknya.

"Ah ayah.. jangan bilang begitu. Aku pasti akan sering mengunjungimu. Promise~" Juliann memeluk ayahnya erat.

"Tapi kebanyakan gadis yang sudah menikah jadi jarang mengunjungi orang tuanya. Mereka sibuk dengan suami dan anak-anaknya"

"Tidak semuanya. Kalau aku pengecualian. Nanti aku akan mengujungimu sesering mungkin dan membawakan sup kesukaan ayah."

"Tapi kau tidak bisa masak. Bagaimana kau membuat sup" Ayah mengernyitkan dahinya.

"Hahaha. Benar sekali. Bagaimana kau bisa membuat sup, kalau memasak air saja sering tandas." Celetuk Vernon yang meledek kakaknya.

"Bisa bisa. Pasti bisa. Kan ada buku resep dan bisa dilihat di internet. Nanti aku belajar." Juliann menjawab defensif dan memicingkan mata pada adiknya.

"Ayah... aku ada les privat sebentar lagi. Bolehkah aku pulang duluan?" Vernon melirik jam tangannya.

"Baiklah kita pulang sekarang saja" jawab Ayah.

Ketika akan berdiri Tuan Kim merasakan sakit di dadanya. Dia memegangi dadanya sambil meringis pelan. Hal itu langsung ditangkap oleh Juliann dan langsung menanyakan keadaan ayahnya.

"Ayah tidak apa-apa?" tanya Juliann khawatir.

"Tidak apa-apa. Mungkin ayah kelelahan. Ayo pulang"

Sesampai dirumah Tuan Kim langsung diperiksa oleh dokter pribadi keluarga mereka. Juliann takut ayahnya kenapa-napa dan langsung menghubungi dokter ketika mereka sudah sampai rumah.

JuliannWhere stories live. Discover now