7. Flashback (2)

868 87 7
                                    

"Kecelakaan maut antara mobil sedan dan truk kayu gelondongan terjadi di jalur lintas Seoul menuju Busan. Pada pagi ini pukul 10.25. Identitas pelaku diketahui atas nama Park Sung Ho, 46 tahun, warga Busan. Diketahui motif terjadinya kecelakaan ini karena supir truk yang mengantuk saat berkendara. Dua orang dewasa tewas dan seorang anak kecil mengalami luka serius. Korban yang selamat segera mendapatkan penanganan medis. Diduga kayu gelondongan yang dibawa Park Sung Ho adalah bisnis kayu ilegal yang didapat dari penebangan liar. Park Sung Ho dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan. Saya Kim Sora dari MBC News melaporkan"

Kondisi Jeonghan sangat lemah, kepalanya diperban karna benturan yang sangat keras. Sudah 5 hari ia tak sadarkan diri. Tadi pagi ia dipindahkan ke rumah sakit yang sederhana karena biaya rumah sakit yang awalnya sangat mahal. Itupun ada yayasan panti asuhan yang bersukarela membiayai pengobatannya sampai sembuh. Tak ada yang menjenguknya, hanya ada suster dan dokter yang memeriksa keadaannya. Tak ada yang tau Jeonghan dipindahkan kesini, bahkan saudara-saudaranya. Karena identitas Jeonghan sulit ditemui. Berkas-berkas Jeonghan juga sulit dicari. Polisi tidak dapat menemukan keluarga yang bisa menjadi wali anak malang ini. Jeonghan sebatang kara.

Jeonghan membuka matanya pelan-pelan. Pandangannya kabur karena beberapa hari ia dalam keadaan terpejam. Langit-langit putih ruangan rumah sakit adalah hal yang pertama dilihatnya. Bau obat-obatan adalah hal yang pertama diciumnya. Dirasakannya kepalanya yang pusing dan sakit, tangannya dicucuk jarum infus. Tubuhnya sangat lemas dan mulutnya sulit dibuka. Anak kecil itu melihat kesekeliling arah. Ini ada dimana? Tanyanya dalam hati. Seorang suster yang rutin memeriksanya beberapa jam sekali melihat Jeonghan yang mulai siuman.

"Adik kecil kau sudah sadar. Biar aku periksa dulu" Suster itu memberi Jeonghan segelas air dan mulai memeriksa Jeonghan. Jeonghan meneguk minumannya demi membasuh tenggorokannya yang kering , ia hanya diam dan menurut apa yang disuruh. "Kepalamu pusing?" Jeonghan mengangguk. Suster itu memanggil dokter untuk memeriksa keadaan Jeonghan yang sudah siuman.

Dokter datang memeriksa keadaan Jeonghan. Anak itu masih sangat lemah, ia tak banyak bicara.

"Adik kecil boleh dokter tahu namamu?" dokter itu tersenyum. Jeonghan hanya menggeleng.

"Rumahmu dimana sayang?" Jeonghan tetap menggeleng.

"Ternyata benar, anak ini hilang ingatan. Sungguh malang, ia yatim piatu sekarang dan ingatannya juga hilang" ucap dokter itu iba, ia mengelus surai hitam Jeonghan.

"Apakah ingatannya hilang secara permanen dok?" tanya suster.

"Tidak, suatu saat sedikit demi sedikit ia bisa mengingat lagi."

Sebulan kemudian Jeonghan keluar dari rumah sakit. Kondisinya sudah dibilang membaik, perban di kepalanya sudah dibuka dan luka-luka di tubuhnya sudah sembuh. Ia sehat total sekarang. Sejak dirawat disini Jeonghan banyak diam dan hanya berbicara sesekali saja. Dia banyak melamun. Tak seperti anak-anak lainnya yang cerewet ketika sakit.

Seorang wanita muda cantik menjemput Jeonghan. Dia adalah salah satu guru di panti asuhan. Polisi meminta panti asuhan yang membiayai administrasi Jeonghan dapat menampung Jeonghan di panti asuhan itu.

"Tante siapa?" tanya Jeonghan. Ia mulai berbicara, suara terdengar serak karena jarang bicara.

"Aku Ibu Guru Minna. Panggil aku Ibu Guru. Kita akan ke panti. Nanti kau tinggal disana dan sekolah disana, disana banyak teman. Kau pasti suka." Minna mengelus pipi Jeonghan.

Jeonghan dibawa ke Panti asuhan di Seoul. Dia belajar dan melakukan kegiatan normal seperti anak-anak lainnya. Dipanti asuhan ini banyak anak-anak yang bernasib sama dengannya. Ada yang yatim piatu, ada yang keluarganya miskin tidak sanggup membiayai dan ada pula anak-anak yang terlahir tanpa ikatan pernikahan dan dibuang oleh orang tuanya yang tak bertanggung jawab. Saat dibawa kemari tak ada identitas Jeonghan yang dapat diketahui. Hanya ada kalung liontin yang masih menggantung di lehernya, cuma itu yang yang bisa dilihat untuk mencari identitasnya itupun tak kuat untuk diselidiki. Hanya ada foto dan inisial nama saja. Karna tak tahu nama Jeonghan, Minna memberi nama sementara padanya, Jerry. Selama di panti asuhan Jeonghan sudah mulai bisa berinteraksi dengan lingkungannya, dia tak banyak diam seperti awal masuk ke panti asuhan. Pemilik panti asuhan ini adalah orang konglomerat yang memliki perusahaan Kim Group. Tuan Kim sangat kaya raya dan menyisihkan sebagian keuangannya untuk membangun panti asuhan amal dan tentu saja dialah donaturnya. Setiap bulannya asistan Tuan Kim mengantarkan sekoper uang tunai untuk finansial panti asuhan tersebut.

JuliannWhere stories live. Discover now