25. Say yes

4.7K 406 86
                                    

*** ~~~ *** ~~~ ***

Happy Reading ^^

*** ~~~ *** ~~~ ***

MARK POV

"Terimakasih atas perhatian dan kerjasama kalian."

Aku tersenyum dan menunduk sopan pada mereka yang kini sedang bertepuk tangan ramai. Meeting kali ini ditutup dengan hasil yang cukup memuaskan.

Menit berikutnya aku keluar ruangan dengan Aom yang berjalan di sebelahku. Mulut sekretarisku itu sibuk berkomat-kamit menjelaskan jadwal berikutnya. Pertemuan dengan salah satu rekan bisnisku sekitar dua jam lagi. Aku hanya menganggukkan kepalaku pertanda mengerti.

"Aku ingin bertemu dengan Nath dan Dy. Ingatkan aku jika Mr. Allen sudah tiba."

Setelah Aom mengiyakan, aku bergegas menuju tempat yang sudah diberitahukan padaku sebelumnya. Tempat dimana anak-anakku sedang menunggu.

Aku sampai tepat sepuluh menit setelah mengendarai mobil. Baru saja sebelah kakiku menyentuh tanah, suara khas anak kecil yang jelas sekali kukenal menyapa telinga.

"Daddyyy." Anak laki-laki yang sudah menginjak usia tiga tahun itu berlari kencang dengan senyumnya yang merekah.

"Didi-nya Daddy," ucapku semangat seraya mencium pipinya.

Iya, Dia Dylan. Bocah tersayangku yang semakin hari semakin menggemaskan. Tangan Dylan yang mungil mengalung indah di leherku. Aku berdiri dan menggendongnya, sedangkan dia membenamkan wajahnya di lekuk leherku dengan tangan yang masih betah melingkar disana.

Aku tersenyum sebagai responnya, hingga indera penglihatanku menangkap anak lelaki tampan yang sedang mendekat. Tangannya ia masukkan kedalam saku celana, berjalan santai dengan ekspresi yang tidak bisa aku lukiskan.

Oh, Tuhan. Mengapa dia mirip sekali denganku?

Oke, jawabannya aku pun sudah tahu.

"Hai jagoan," sapaku pertama kali yang dibalas palingan muka olehnya. Ada apa? Sepertinya aku tidak perlu bertanya seperti itu karena aku tahu jawabannya. Bocah tampan itu pasti cemburu karena aku yang sedang mendekap adiknya.

Kakiku melangkah mendekatinya. Aku menoleh mendapati Dylan sedang menjulurkan lidah pada Nath yang berhasil membuat sang kakak melotot tajam padanya. Perdebatan adik-kakak yang belakangan ini sering aku lihat.

Aku berjongkok mencoba menurunkan Dy dari gendonganku, tapi yang ada bocah itu malah memelukku lebih erat dari sebelumnya.

"Dy sayang," ucapku pelan.

Walaupun cemberut, namun anakku yang satu itu begitu pengertian. Dia melepas seraya berdiri dengan bibir yang ditekuk kebawah. Aku tersenyum kecil sambil mengusap rambutnya yang hitam.

"Nath nggak mau meluk Daddy, hm?" Sengaja aku menggodanya.

Perlahan, anakku yang baru saja masuk sekolah dasar itu mendekat dengan aku yang masih merentangkan tangan lebar seraya ingin mendekapnya.

Sekarang Nath sudah ada di depanku. Aku yang sedang berjongkok sedikit mendongak lalu mengusap surainya gemas.

"Dad apaan, sih. Rambut Nath berantakan." Dia protes membuat tawaku tak bisa dibendung lagi.

Aku pun memeluknya melepas rindu yang sudah hampir dua minggu ini kupendam.

Ya, aku baru saja pulang dari San Francisco karena ada pertemuan yang mengharuskanku berada disana. Setelah pulang ke Thailand pun aku harus meeting dengan rekan bisnisku. Hanya di waktu senggang ini aku bisa menyempatkan waktu bertemu dengan anak-anakku.

Ma Babies [ MarkBam JackBam ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang