19. Drunk

4.9K 516 115
                                    

MARK POV

"Kau cengeng dan lemah sekali, Mark Tuan."

Itulah kalimat pertama yang keluar dari mulut Jaebum saat aku berhasil membuka mata. Oh, dia pengertian sekali. Bahkan saat aku sedang terpuruk seperti ini dia tetap saja mengoceh sana-sini.

"Terimakasih untuk pujiannya," balasku.

Jaebum berdecih, lalu mendekat dan duduk di sampingku.

"Ini sudah kedua kalinya, Mark. Berhentilah membuatku khawatir."

Kedua kali?

Pertama kalinya kapan?

Ah, aku ingat. Itu saat pertengkaran dengan kakak perempuanku, Tammy, yang hampir saja berakibat fatal pada keluargaku sendiri. Dan itulah pertama kalinya aku terpuruk dan merasakan sakit.

Tapi kurasa kali ini jauh lebih sakit. Sudahlah, aku tidak ingin mengingatnya lagi.

"Terimakasih," ucapku tulus pada Jaebum.

"Ya, sudah sepantasnya kau berterimakasih padaku."

Aku tahu dia hanya bercanda, jadi aku hanya membalasnya dengan senyuman saja.

"Ceritakan semuanya padaku," pintanya. Ah, sepertinya itu bukan permintaan melainkan sebuah perintah.

Aku berdehem berusaha melegakan tenggorokanku yang kering. Jaebum mengambilkanku air minum, aku pun meneguknya.

"Hmm.. disana.. a-aku melihat jessica berciuman d-dengan.. J-jackson."

"Wow. Unexpected. Aku kira Jessica sangat tergila-gila padamu."

"Entahlah. Sekarang kami sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi."

"Bagus. Kuharap kau jangan menyakiti dirimu lagi. Dan segera move on dari wanita jalang itu."

Aku mengangguk setuju. Ya, harapanku juga sama sepertimu, Jae.

***

BAMBAM POV

"Asalkan Dylan ikut bersamaku."

Aku yang sedari tadi menunduk sedih tiba-tiba saja mengangkat kepalaku saat kata-kata itu keluar dari mulut Jackson. Setelah apa yang dia lakukan padaku, dia ingin mengambil Dylan dariku? Tidak, aku tidak mengijinkannya.

"Dylan akan tetap denganku," kataku penuh amarah.

Suasana disini jadi hening dan mencekam. Kami sudah di Bangkok, di rumah orangtuaku. Aku sudah menceritakan semuanya pada mama dan papa. Dan sudah menunjukkan semua buktinya pada mereka.

Papa terlihat kesal, tapi beliau bisa mengontrol dirinya. Sedangkan mama berhasil mengayunkan tangannya ke pipi Jackson dengan cukup keras.

Nathan dan Dylan sedang dibawa keluar. Jadi, mereka tidak akan mendengar percakapan kami.

Aku mendengar Jackson terkekeh di depan sana.

"Kau serakah sekali. Setelah semuanya berakhir, kau meninggalkanku lalu ingin membawa anakku bersamamu? Kau lebih jahat, Bam!"

"Jika kau lupa, kau lah yang meninggalkanku terlebih dulu!!" balasku kesal.

Papa beredehem disebelah sana. Kami pun terdiam dan saling memalingkan wajah.

"Aku akan setuju berpisah denganmu, asalkan Dylan ikut bersamaku. Titik."

Aku memejamkan mataku erat. Jemariku saling bertaut, merekatkannya menahan amarah.

"Dylan masih kecil, Jack. Dia membutuhkanku."

"Dan dia juga membutuhkanku," balasnya cepat.

Benar sekali. Dylan membutuhkan kedua orangtuanya. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Dylan nanti kalau orang tuanya saling berjauhan. Dan tentu saja aku tidak bisa semudah itu menyerahkannya pada Jackson. Walaupun aku tahu betul dia ayah kandungnya. Tapi, tapi aku tidak akan bisa jauh dari Dylan.

Ma Babies [ MarkBam JackBam ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang