2. That name

11.7K 772 42
                                    

Menjadi orang tua dengan dua anak berumur hampir empat tahun dan sebelas bulan bukanlah hal mudah. Aku contohnya. Nathan Bhuwakul adalah anak pertamaku. Dia lahir 3 tahun 9 bulan yang lalu. Aku tiba-tiba saja mengingatnya. Dimana empat tahun yang lalu saat aku mengandungnya dengan susah payah.

Aku sangat beruntung memliki orang tua yang begitu pengertian dan perhatian seperti Papa dan Mama. Mereka bahkan tidak mengusir anak tak tahu diri sepertiku ke luar rumah. Mereka merawatku dan bayi yang ada didalam perutku dengan tulus. Aku sayang sekali dengan mereka.

Sekolah. Aku tetap melanjutkannya hingga lima bulan ke depan. Kebetulan sekali saat itu aku kelas tiga dan sebentar lagi akan segera lulus. Jadi, aku memakai baju yang sedikit kebesaran agar perutku yang lumayan besar tak terlihat. Dan itu berhasil. Aku berhasil lulus tanpa ada yang mengetahui kehamilanku selain orang tua dan sahabatku tentunya.

Ah, tentang ayah kandung Nathan. Sampai saat ini aku masih belum melihat bagaimana rupanya. Tapi tentu saja aku ingat betul siapa namanya. Mark Yien Tuan. Si brengsek yang berani-beraninya meninggalkan benih di perutku dan meninggalkanku begitu saja.

Dulu aku pernah ke kantornya. Aku berniat memberitahu dia kalau aku hamil anaknya walaupun aku tak yakin dia akan percaya, walaupun aku tahu aku akan dibilang tak waras olehnya. Tapi itu gagal. Saat aku kesana, dia tak ada dikantornya. Pegawainya bilang dia sedang ke luar negeri meneruskan perusahaan ayahnya disana.

Aku lemas, tentu saja. Anakku akan lahir tanpa Ayah kandungnya. Tapi aku mencoba untuk tidak terlalu larut memikirkannya. Saat Nathan sudah lahir, aku memutuskan untuk tidak meneruskan studiku. Aku bekerja di restoran Mama, dan disitulah aku bertemu dengan seseorang. Seseorang yang luar biasa mengerti dengan semua keadaanku. Jackson Wang.

Beberapa tahun kenal dengan Jackson, kami menjadi lebih dekat dan semakin dekat dari sebelumnya. Orang tuaku juga mengenalnya dengan baik, begitupun orang tua Jackson yang mengenalku dengan baik. Hingga akhirnya Jackson melamarku. Akupun menerimanya. Kami menikah saat umur Nathan genap dua tahun. Setelah menikah, kami memutuskan untuk pindah ke Hong Kong. Kampung halaman Jackson.

Aku kira hanya kebetulan saja aku bisa hamil. Tapi tidak. Aku hamil kembali. Anakku dan Jackson. Tentu saja dia begitu gembira saat mendengarnya, aku pun sama. Saat anak keduaku lahir, aku menangis bahagia. Setidaknya dia lebih beruntung dibanding Nathan.

Namanya, Dylan Wang. Bocah laki-laki menggemaskan yang lahir sebelas bulan yang lalu.

"Papaaaa." Teriakan Nathan menyadarkanku dari lamunan.

"Papa, Papa.." panggilnya lagi sambil berlari ke arahku. Nathan mendudukkan dirinya di pangkuanku lalu kedua tangannya ia kaitkan di leherku. Aku tersenyum geli melihat tingkah manjanya.

"Ada apa, Prince Nathan?" tanyaku sambil mencubit pipinya gemas.

"Jangan cubit Nathan, nanti Dylan liat, ughh," ucapnya sambil mengusap-usap pipi mulusnya.

Nathan tidak mau dicubit pipinya di depan Dylan. Dia bilang, dia tidak mau kelihatan manja di depan adiknya. 'Nathan kan jagoan' katanya bangga. Dasar anak-anak.

"Iya deh, maaf," balasku sambil mengusap rambutnya pelan.

"Sayang, sudah siap?" Suara Jackson menginterupsi. Aku hanya mengangguk pertanda sudah.

"Nathan, turun dari pangkuan Papa. Kasian Papanya keberatan," ucap Jackson sambil menurunkan Nathan dari pangkuanku. Kulihat Nathan menggerutu kesal dan melangkahkan kakinya menjauh dari kami berdua.

Jackson kembali sibuk mengangkat barang-barang ke mobil. "Dylan mana?" tanyaku. "Ada diruang bermain," jawabnya tanpa menoleh.

Aku tersenyum walau mungkin Jackson tak melihatnya. Aku bergerak menuju ruang bermain. Saat sampai disana, kulihat Dylan sedang asyik memainkan mainannya. Nathan juga ada disana setelah sempat ngambek dengan Papinya.

Ma Babies [ MarkBam JackBam ] √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang