Esensi Cinta

460 10 1
                                    

Cinta

Saat itu, aku sedang duduk di bawah pohon rindang menikmati senja disore hari. Terlintas dipikiranku sosok dirinya.
Sejenak, aku memikirkannya
Sejenak, aku merindukannya
Sejenak, aku membencinya
Entah apa yang kurasa, tapi itu yang terjadi. Aku mulai bertanya tanya,
apa ada yang salah dengan hatiku?
Apa ada yang salah di pikiranku?

Ketika itu aku melihat seorang anak kecil sedang memegang balon. Lelaki kecil itu berlari lari mengelilingi taman dengan gembira. Kemudian ia menghampiri seorang anak kecil perempuan yg sedang menangis. Entah apa yg mereka perbincangkan, kemudian aku melihat si anak lelaki memberikan balon itu kepada si anak perempuan. Sang anak perempuan merasa senang. Namun yg membuatku terheran adalah ketika sang anak perempuan melepas balon tersebut ke udara, dan yang lebih herannya lagi sang anak laki laki dan perempuan ini tersenyum dan kemudian bermain bersama.

Terlintas dibenakku, muncul lah sebuah pertanyaan. Kenapa anak perempuan itu malah melepas balon dan mengapa mereka malah terlihat bahagia? Padahal seharusnya balon itu diberikan si anak lelaki utk menenangkan hati sang anak perempuan untuk disimpan atau setidaknya dimainkan olehnya.
Tertarik akan kejadian unik tadi, ku hampiri kedua anak ini dan bertanya kepada sang anak perempuan
" hai adik, mengapa kau melepaskan balon yg diberikannya kepadamu? Bukankah dia memberikannya karna dia ingin menghiburmu? "
Kemudian anak perempuan itu menjawabku dengan polos
" kalo aku memilikinya sendirian, kasian dia yg telah memberikan balonnya padaku. Agar adil, ku lepaskan balon itu ke udara, sehingga tak ada satupun dr kita yg memilikinya "
Kemudian aku bertanya lagi
" apa tidak sayang? Kan kamu bisa menyimpannya"
Kini giliran si anak lelaki yg menjawab
" gausah disimpan kak. Aku akan lebih senang jika dia melepaskannya ke udara "
Menarik, kemudian ku tanya lagi
" kenapa? "
Sang anak lelaki menjawab
" ya. Akan lebih baik buat kita berdua jika kita sama sama ga punya balon. Jadi ga ada yg iri kak "

Deg!
Entah mengapa, jawaban anak lelaki tersebut menyentuh lubuk hatiku yang paling dalam.
Aku kembali ke tempat aku duduk tadi dibawah pohon rindang. Kali ini aku merenungkan jawaban si anak lelaki tadi.

" ya. Akan lebih baik buat kita berdua jika kita sama sama ga punya balon. Jadi ga ada yg iri kak "

Pikiranku melayang. Muncul pertanyaan aneh. Apa itu yang dinamakan cinta?

Hembusan angin dan indahnya senja di sore hari membuatku terlena. Kemudian terlintas di pikiranku sesosok orang yang tadi kurindukan. Sejenak, pikiranku melayang layang, dan memikirkan kejadian anak kecil dan balon dengan pikiranku yang merindukan seseorang.
Ku ambil sebuah pena dan selembar kertas dari tasku. Aku mulai menulis...

" Cinta...

Bukan berbicara tentang kebahagiaan seseorang,
Tapi berbicara tentang kebahagiaan dua orang

Bukan egois
Tapi bersama sama

Bukan bicara tentang kepuasan
Tapi kerelaan

Cinta itu sperti balon yg dilepaskan ke udara.

Akan menjadi menyakitkan,

Ketika balon tersebut hanya dimiliki oleh sang anak lelaki
Ia tidak mengibur sang anak perempuan dengan membrikan balonnya

atau

Ketika balon tersebut disimpan oleh sang anak perempuan saja
Sang anak lelaki mungkin akan menyesal karna telah memberikan balonnya

Tapi
Akan menjadi menyenangkan,
Ketika kedua anak ini memutuskan untuk melepaskannya ke udara. Tak ada yang memegang balon. Tak ada yg iri. Semua seimbang.

Demikian halnya dengan cinta...
Ketika hanya ada satu pihak yang memegang erat bunga cinta itu, dan tidak membagikannya pada orang lain, bagaimana bunga cinta itu bisa bertumbuh dan mekar dengan indah?

Ketika bunga cinta itu ia berikan pada seseorang. Akan bahagia rasanya. Jauh lebih bahagia, merawat dan membesarkan bunga cinta itu berdua. Saling berbagi dan bertukar persepsi. Namun, akan ada pemikiran dan persepsi dari kedua belah pihak yg berbeda. Tak bisa dipungkiri setiap orang memiliki karakternya masing masing dan caranya masing masing untuk merawat bunga cinta itu.

Kemudian ketika bunga cinta itu mereka letakkan disebuah taman dan membiarkannya tumbuh seiring berjalannya musim. Merelakan bunga cinta itu terhempas angin, kehujanan dan kepanasan. Diserbuki lebah, dihinggapi kupu-kupu. Tapi, setelah melewati musim itu, bunga cinta itu akan mekar pada musimnya bukan? Jauh lebih indah...

Ya.
Cinta berbicara tentang kerelaan hati.
Cinta berbicara tentang
Hati yang siap diterpa badai,
Hati yang siap ditaburi hujan,
Hati yang siap disinari mentari,
Hati yang siap memunculkan pelangi

Esensi cinta yang paling luar biasa adalah ketika dua insan melepaskan bunga cinta itu ke tengah taman, menjaga bunga itu bersama walau terhempas badai hujan dan panas. Dan setia menunggu bunga itu hingga mekar dengan indahnya.
Cinta itu menunggu
Menunggu bunga cinta itu siap ditabur
Menunggu bunga cinta itu tumbuh
Menunggu bunga cinta itu mekar dengan indahnyah

Kemudian memetiknya Bersama..

Cinta yang sesungguhnya, bukan berarti tak pernah merindu, bukan berarti tak pernah menangis, bukan berarti tak pernah terasa sakit..
Tapi cinta yang sesungguhnya adalah
Ketika ia menunggu bunga cinta itu mekar dengan sabar,
Membiarkan hati ini merindu akan masa masa menanamnya berdua
Membiarkan mata ini sembab menangisi bunga yang ditanam agar dia cepat tumbuh,
Membiarkan hati ini rela memunggu untuk waktu yang tidak singkat, demi bunga cinta itu mekar pada waktunya. "

Ku lipat kertasku dan memasukan pena ku ke dalam tas. Ku renungkan lagi kejadian tadi. Sore ini aku belajar banyak hal dari sepasang anak kecil tadi.

Ya aku rindu padanya,
Aku rindu masa masa berdua dengannya,
Aku rindu setiap kejadian yang kulakukan bersamanya

Tapi, ketika ku pegang itu sendiran, akan ga adil rasanya. Lebih baik kulepaskan ke udara, sama seperti balon yg tadi, sama seperti bunga cinta yang ditaruh di tengah taman. Membiarkannya tumbuh dan berkembang hingga mekar pada waktunya dan dipetik bersama.

Ya benar,
Cinta itu merelakan
Cinta itu berjuang bersama
Cinta itu menunggu

Torehan KisahWhere stories live. Discover now