Philophobia Part 18: Who's Jeon Jungkook?

2.6K 208 95
                                    

PART 18



Jimin menggenggam erat namun penuh kelembutan dengan ibu jarinya yang sesekali mengusap sayang punggung tangan sang Kekasih –Jungkook.

Jungkook, Lelaki manis itu kini tampak tengah menatap langit biru penuh awan berarak di atas sana, senyum manisnya seakan tak mampu dilunturkan oleh apapun saat ini, sementara tangannya juga membalas genggaman tangan Jimin –Kekasihnya.

"Haaahhh.. udaranya segar sekali." Jimin merentangkan satu tangannya yang bebas, seakan menyapa hembusan semilir angin.

Jungkook menoleh untuk mengangguk setuju, "Ne, segar sekali."

"Rasanya sudah lama sekali aku tidak jalan-jalan santai seperti ini tanpa harus diketahui oleh orang lain."

"Uh, itu sebabnya aku tidak mau jadi seorang Public figure." Sahut Jungkook setelah mengerutkan puncak hidungnya.

Jimin terkekeh kecil sebelum mencibut gemas hidung bangir sang Kekasih, "Lalu, memangnya apa cita-citamu saat kecil, Baby?"

Jungkook mengerucutkan bibirnya, berpikir sejenak sebelum menjawab. "Eum.. entahlah, aku lupa dengan hal itu. Mungkin.. seorang Arsitek."

Jimin mengerutkan keningnya bingung, "Eh? Kenapa Arsitek?"

Jungkook tertawa kecil, "Kau akan tertawa saat mendengar alasanku." Jimin menaikkan satu alisnya jenaka.

"Saat kecil, Taetae hyung sangat menyukai istana-istana dalam dongeng, dan ia bermimpi memiliki satu saat dewasa. Itu sebabnya aku bercita-cita sebagai seorang Arsitek, hanya untuk membangunkan sebuah istana megah untuknya di masa depan. Kkk~ konyol sekali, bukan?"

Jimin tersenyum simpul, kemudian mencubit mesra hidung bangir Jungkook.

"Uh, Taehyung-ssi membuatku iri dan cemburu." Gurau Jimin seraya memajukan bibirnya main-main.

Jungkook terkekeh kecil, kemudian balas mencubit pipi Jimin. "Dasar berlebihan." Cibir Jungkook. Alih-alih marah, Jimin mengembangkan senyum lima jarinya, kemudian memeluk pinggang Jungkook seraya tetap melanjutkan langkah santai mereka.

"Jungie-ah, kau tahu? Kukira kakimu sudah jauh lebih baik, dan aku berniat mengantarmu ke kantor pagi ini. Namun, mendapatimu malah mengajakku berjalan-jalan di taman ini membuatku heran. Kenapa kau membolos? Setahuku kau adalah salah satu Karyawan yang rajin dalam bekerja. Mengapa tiba-tiba membolos, eum?" tanya Jimin seraya mengusap-usap kepala sang Kekasih.

Jungkook bungkam, diam-diam ia menelan saliva nya lamat-lamat sebelum menjilat bibir bawahnya yang terasa kering lantaran terlalu gugup.

"Eum.. i-itu.."

Jimin menghentikan langkah mereka, kemudian menuntun Jungkook untuk duduk bersamanya di salah satu kursi taman, lalu menatapnya lembut.

"Ada apa, eum? Katakan saja padaku, Sayang." Bujuk Jimin seraya mengusap sayang kepala Jungkook.

Jungkook tertunduk sejenak, menggigit bibir bawahnya sangsi sebelum memejamkan matanya erat. Oh, tidak. Apa yang harus ia katakan pada Jimin? Ia hanya tidak ingin Jimin khawatir padanya.

"Jungie sayang?" tegur Jimin lembut seraya menggenggam lembut jemari Jungkook.

Membuang nafas berat, kemudian membuka kembali matanya untuk kembali bersiborok dengan sepasang manik pekat Jimin –sang Kekasih.

Philophobia (JiKook / MinKook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang