BERITA UNTUK KAWAN

229 19 2
                                    

LAGU : Berita Untuk Kawan -Ebiet G. Ade

FANDOM : B'T X by Kurumada Masami

=====

Mentari mulai menunjukan keperkasaannya saat kurasa peluh menetes perlahan tapi pasti menyusuri keningku. Sudah berkali-kali kuhapus, tapi ia selalu muncul tak kenal ampun seolah terik matahari memanggilnya tanpa kenal lelah.

Perjalanan ini terasa sangat menyedihkan. Kesendirian menemaniku sejak beberapa hari terakhir. Merentas daerah yang tak kukenal demi mencari tempat baru yang lebih layak untuk dihuni. Tempat di mana aku bisa mengayunkan cangkulku demi makanan yang akan tumbuh dari tanah yang subur. Meninggalkan desaku yang sudah porak-poranda tak terselamatkan.

Aku mengempaskan tubuh di atas tanah merah. Sunyi. Aku mengingat sahabatku yang tak sudi mengikuti keputusanku untuk merantau. Kuhela napas panjang. Sayang, engkau tak duduk di sampingku, kawan. Banyak cerita yang mestinya kausaksikan.

Aku bangkit kembali setelah menegak air terakhir yang kupunya. Di tanah kering berbatuan. Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan kala berusaha merentas jalan terjal yang menanjak. Aku harus sesegera mungkin mendapatkan air. Harus!

Kutajamkan mata memandang ke sekeliling. Kulihat seorang pemuda tengah menunduk dan menangis dalam diam di sisi seorang anak perempuan yang lebih muda darinya. Gadis itu terlihat tenang sembari memejamkan mata. Tidur. Pohon besar yang menaungi keduanya sama sekali tak membut gundah yang menerpa pergi menjauh.

Hati tergetar menapak kering rerumputan kala mendekat ke arah mereka. Perjalan ini pun seperti jadi saksi. Anak lelaki seumurku itu terlihat memendam duka medalam seorang diri.

Kuberanikan diri tuk bertanya mengapa ia menangis. Lelaki itu mendongak dan secepat kilat menghapus air mata yang menetes.

"Kamu siapa?" Iris sewarna ungu itu menatapku curiga.

Aku tersenyun kikuk. Wajar jika dia merasa jengah mendapat pertanyaanku yang tiba-tiba.

"Aku Lafine Fou. Panggil saja Fou. Aku pengembara yang tengah mencari tempat untuk menetap." Kuangsurkan tanganku untuk menjabat tangannya. Ia membalasnya singkat.

Rambut ungu pendeknya melambai kala ia kembali menunduk dan memandang anak perempuan yang terlelap di pangkuannya. Dibelainya rambut sewarna langit siang itu.

"Aku Quatro, dan ini adikku Lily. Kami yatim piatu sejak gempa bumi besar menimpa desa kami." Sinar matanya meredup. "Sekarang kami berdua berkelana mencari tempat tinggal baru."

Persamaan nasib didampingi takdir membawaku bertemu dengan mereka. Aku tersenyum ramah.

Gadis kecil itu membuka matanya perlahan. Terjaga dan langsung terduduk kaget kala menyadari keberadaanku. Wajahnya tersipu. Mungkin malu karena aku sempat melihat wajahnya yang tertidur pulas.

"Nii-chan, ada minum?" Ia menatap Quatro penuh harap. Quatro menggeleng pelan.

"Aku rasa akan ada air di dekat sini," ujarku menenangkan. "Aku melihat beberapa burung terbang ke arah sana." Tunjukku ke arah depan.

Lily bangkit dari duduknya. "Ayo!" Ia tampak lebih bersemangat.

Quatro berdiri dan mengangkat tas kumalnya. Kami pun berjalan menyusuri bebatuan yang menurun dalam diam. kebisuan akibat rasa haus menggelamkan kami dalam pikiran masing-masing.

Kadang aku ingin bertanya mengapa bencana alam, juga perang terus-menerus terjadi menghantam berbagai negeri. Apa mereka yang berperang tidak merasa lelah?

"Air!" Lily berseru riang dan langsung berlari ke arah mata air yang keluar membentuk anak sungai kecil.

Aku tersenyum menyaksikan bagaimana Lily menangkupkan tangan mungilnya ke arah mata air dan meneguk kesegaran banyak-banyak. Quatro menepuk-nepuk punggung adiknya dengan sabar ketika gadis itu tersedak.

Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit. Akankah pencarian ini berakhir? Kapankah kutemukan rumah baruku?

Barangkali langit bisa menjawabnya. Mengapa di tanahku terjadi bencana hingga aku terpaksa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain. Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita. Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita.

Langit tak menjawab. Apakah aku harus mencari jawabanku sendiri? Aku menunduk dan memandangi rerumputan yang tumbuh subur di sekitar sungai.

Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.... Akankah kutemukan jawaban?

******

Shireishou

Kasur, 31 Agustus 2016.

Maaf kalau ada typo. Cm bs dibaca 1x kepala udah pusing.

*Korban Golden Memories krn sejak mertua dtg, tiap sore pasti streaming itu (nasib ga punya TV)*

.

.

TAMAT

Song Fiction: Golden MemoriesWhere stories live. Discover now