INGATLAH AKU

102 11 1
                                    


LAGU : Mungkinkah - Stinky

====

Alunan lagu yang memenuhi kamar Diana membuat sesak di dada Diana semakin bertambah.

Mungkin 'kah kita 'kan slalu bersama
Walau terbentang jarak antara kita
Biarkan ku peluk erat bayang-mu
'Tuk melepaskan semua kerinduan 'ku


Diana bangkit dari posisi tidur-nya dan mendekati meja belajar-nya. Diraih-nya ponsel miliknya yang tergeletak dan mulai membuka beberapa pesan dari seseorang yang membawa sesak di dada.

10.30. Dilan: Honey! Lagi ngapain?
10.30. Dilan: Honey?


"Ah ... Dia memang paling tahu caranya membuatku jadi seperti ini," batin Diana.

11.20. Diana: Darling, aku sedih :(
11.21. Diana: Darling, aku pengen mati aja. Aku gak kuat....
11.21. Dilan: Kamu kenapa!?
11.22. Dilan: Honey, tunggu aku yah ... Aku ke sana secepatnya.


Diana tersenyum kecut membayangkan wajah Dilan yang basah karena keringat. Bagaimana Dilan memeluk Diana dan menenangkan Diana yang selalu panik dan memiliki keinginan untuk mati, bagi Diana tidak ada lelaki yang bisa menyaingi Dilan dalam hidupnya.

Bahkan ayah-nya sendiri.

Dilan adalah segalanya. Dilan adalah keluarga yang diinginkan oleh Diana, Dilan adalah kekasih yang dicintai Diana, Dilan adalah sandaran untuknya. Segalanya adalah Dilan.

"Dil...," panggil Diana lirih.

Airmata Diana kembali jatuh. Hubungan dirinya dan Dilan yang berjalan lebih dari empat tahun-akhirnya dibawa ke jenjang yang lebih serius. Beberapa kali Dilan menceritakan mengenai impian-impian sederhana miliknya seperti memiliki isteri yang selalu ada di saat dirinya pulang dari bekerja, punya anak-anak yang selalu memanggilnya "Ayah" dan juga memiliki sebuah halaman belakang rumah yang bisa dipakai oleh anak-anaknya untuk bermain dan untuk isteri-nya menanam bunga.

Diana percaya kalau hal itu akan terwujud, dirinya yakin kalau impian Dilan itu akan di wujudkan oleh-nya.

22.39. Dilan: Di, aku mau jujur sama kamu....

22.40. Dilan: Aku udah gak sayang sama kamu.

22.40. Diana: Hoo ya udah....

Diana ingat bagaimana dirinya mulai kehilangan kontrol diri-nya, karena perkataan Dilan itu. Segala usaha telah dilakukan oleh Diana agar Dilan mau kembali pada-nya. Diana menyadari kalau dirinya telah menggantungkan segala-nya pada Dilan. Diana tidak memiliki apapun lagi selain Dilan dan sekarang Dilan malah pergi meninggalkan-nya tanpa alasan yang jelas.

Isi kepala Diana dipenuhi oleh Dilan dan ekspresi dingin-nya yang membuat airmata Diana mengalir dengan indah di pipi Diana yang putih.

Tetes air mata, basahi pipimu.
Di saat kita 'kan berpisah.
Terucapkan janji, padamu kasihku.
Takkan kulupakan dirimu

Begitu beratnya.
Kau lepas diriku.
Sebut namaku jika kau rindukan aku.
Aku akan datang.

Diana melempar MP3 yang sejak tadi membuat dirinya semakin merasakan frustrasi yang tidak ada habis-nya. Diana mulai tidak bisa mengendalikan dirinya, isakan yang lolos dari bibir-nya membuat udara di sekitarnya menjadi berat.

Nama Dilan terus dipanggil oleh-nya, rasa rindu itu membuat Diana tidak bisa melakukan apapun selain menangisi apa yang telah terjadi. Entah harus berapa banyak kata lagi yang harus Diana rangkai untuk menjelaskan kesedihan yang dirasakan oleh-nya. Dirinya juga tidak bisa melepaskan beban yang rasanya terus bertambah dengan semakin terkenang-nya sosok Dilan.

Perlahan-lahan rasa depresi itu membuat tangis Diana berhenti dan sebuah senyum lebar hadir di wajah Diana.

"Dilan akan selalu jadi milik aku ... selalu."

***

Dilan menerawang jauh ke luar jendela apartemen milik-nya. Beberapa hari yang lalu dirinya dan Diana memang mengakhiri hubungan yang sudah cukup lama terjalin. Dilan sudah terlalu lelah melihat dan melayani sikap Diana, segala hal kecil sering diributkan oleh Diana. Terkadang juga Diana suka menyakiti dirinya sendiri.

Dilan tidak sanggup mencintai Diana yang bahkan tidak pernah mencintai dirinya sendiri. Berat. Namun kenangan-kenangan indah saat bersama Diana terus terbayang. Saat di mana Dilan akan memeluk Diana dan membawa Diana ke apartment miliknya untuk menenangkan diri.

Sungguh, Dilan menikmati semua itu pada awalnya sampai akhirnya hal itu membuat Dilan tertekan. Dimulai dari tekanan dari orang-orang yang menjadi saksi dari hubungan Dilan dan Diana, lalu keluarga Diana dan Dilan, hingga akhirnya sikap Diana 'lah yang menjadi alasan terbesar kenapa Dilan memilih untuk melangkah mundur dan menyerah akan kisah percintaan mereka.

Di tengah lamunan Dilan, tiba-tiba terdengar suara bel. Dilan akhirnya bangkit dari posisi-nya dan menghampiri pintu apartment miliknya―saat membuka pintu, sosok Diana muncul dengan wajah sembab dan basah karena keringat.

"Apa yang...."

"Bisa aku masuk?" tanya Diana dengan suara pelan.

Dilan tidak tega untuk tidak membiarkan Diana masuk. Saat Diana sudah duduk di atas sofa, Dilan bergegas untuk mencari pakaian ganti dan handuk untuk digunakan oleh Diana. Tepat saat itulah Dilan tidak menyadari kalau Diana mengikuti dirinya dari belakang dan saat Dilan membuka lemari pakaian baju-nya―Diana memeluk Dilan erat.

"Apa kita tidak bisa kembali seperti dulu? Jadi teman juga tidak masalah ... aku gak mau kehilangan kamu," pinta Diana. "Sungguh! Aku akan melakukan apapun, kamu minta aku berubah? Aku akan berubah! Aku gak mau kehilangan kamu...."

Dilan menghela napas panjang. Diana tidak akan mengerti, meskipun Dilan menjelaskan-nya puluhan kali.

"Di aku...."

Ucapan Dilan tertahan saat Diana memeluk-nya lebih Erat lagi.

"Aku tidak ingin kamu pisah sama aku, aku gak akan Biarin hal itu terjadi."

Saat itulah Dilan menyadari sesuatu yang ada di saku celana Diana―sebuah pisau lipat―Dilan langsung memasang sikap siaga dan saat itulah Diana mengeluarkan sebuah sapu tangan yang telah dilumuri-nya dengan obat bius yang cukup kuat.

Tubuh Dilan langsung lemas, saat itulah Diana menyeret Dilan ke dalam kamar mandi milik Dilan dan mengikat Dilan ke salah satu pipa air yang ada di dalam kamar mandi itu. Diana menjalankan air di dalam bathtub hingga air-nya penuh dan membanjiri lantai kamar mandi. Diana duduk di dalam bathtub dan melempar pandangan sendu ke arah Dilan.

Hampir sejam sebelum Dilan akhirnya benar-benar sadar. Saat dirinya membuka mata, dia bisa melihat wajah pucat Diana dan juga genangan air berwarna merah di sekitarnya. Diana bersenandung pelan, saat itulah Dilan melihat bagaimana mengerikan-nya Diana.

Seluruh rambutnya yang terpotong tidak rapi, beberapa bekas irisan di wajah dan suara serak milik Diana seolah menciptakan adegan traumatis dalam ingatan Dilan.

"Kau kusayang, s'lalu kujaga.
Takkan kulepas s'lamanya.
Hilangkanlah keraguanmu.
Pada diriku, disaat kujauh darimu.

Begitu beratnya.
Kau lepas diriku.
Sebut namaku jika kau rindukan aku.
Aku akan datang."

Dilan langsung memberontak dan meronta untuk melepaskan diri dari ikatan yang dibuat oleh Diana. Melihat Dilan yang meronta ketakutan membuat Diana tertawa keras hingga akhirnya tubuhnya lemas dan tidak bergerak sedikitpun dengan posisi tubuh bagian atasnya tergantung di sisi bathtub yang semakin menambah ketakutan Dilan.

***

"Kamu harus tahu ... aku ingin kamu selalu mengingatku

Hingga kamu lupa bagaimana caranya untuk berhenti memikirkan akan hari esok.

Karena saat kamu mengingatku, aku pastikan ... kamu akan merasakan penderitaan ini.

Penderitaan karena mencoba melupakan diriku."

31.08.2016

Diana

.

.

TAMAT


Song Fiction: Golden MemoriesWhere stories live. Discover now