Chapter 2 : Found Ya!

Start from the beginning
                                    

Kuanggukkan kepalaku. Berlagak frustrasi dan depresi. Aku tak tau apakah aktingku ini meyakinkan. Hoshi kelihatan bukan seperti orang bodoh yang biasa kutangani.

"Kalau kau mencari obat, sepertinya di bar seberang ada. Semua bar bernama italia disini tak menjual obat."

Hoshi mengatakannya sambil tersenyum. Hah. Ternyata tak semua bar di area 2 menjualnya. Berarti peredaran mereka lewat orang tertentu. Sepertinya mafia yang mengontrol tempat ini juga bebas dari pengedarnya. Urusanku disini sudah selesai. Saatnya berpindah ke bar lain.

Segera kubayar pesananku. Seolah-olah aku memang akan mengikuti saran dari Hoshi. Hingga sebuah tangan menempel tepat di bahuku.

"Kau sudah akan pergi, Nona?"

Nona? Minta bogem mentah rupanya. Kutoleh untuk melihat siapa yang memanggilku dengan sebutan Nona. Wajah yang kulihat kali ini sangat tampan, manik mata hitamnya menatapku lekat. Senyumannya indah. Sayang dia brengsek. Berani-beraninya dia memanggilku dengan sebutan Nona. Sudah jelas postur tubuhku postur laki-laki.

"Maaf, tapi aku laki-laki."

Kukatakan dengan senyum yang kupaksakan. Walaupun rasanya ingin sekali kuhajar orang ini. Kali ini dia menampakkan seringainya yang benar-benar membuatku waswas. Melihat reaksi orang-orang yang berada disini, sepertinya namja didepanku ini bukan orang biasa.

"Kau menarik."

Seringainya semakin membuatku ngeri. Segera ku lepaskan tangannya yang sedari tadi menempel di bahuku. Kulangkahkan kakiku keluar bar dan menuju bar di seberang. Mataku menangkap sesuatu yang mencurigakan ketika seseorang dengan pakaian serba hitam masuk ke gang yang berjarak dua bangunan dari tempatku berdiri. Mengurungkan niatku untuk melangkah masuk ke bar rekomendasi Hoshi dan memilih mengikuti orang itu. Aku masih terus waspada mengingat dimana sekarang aku berada. Salah perhitungan sedikit, nyawaku akan melayang dengan indahnya.

Kuikuti dia sampai kulihat dia memberi sesuatu terbungkus plastik. Sesuatu yang benar-benar kuinginkan. Malam ini sepertinya tak sia-sia juga aku berburu.

Normal POV

Hujaman metal menembus daging terdengar jelas di dalam lorong yang gelap. Jeonghan masih saja menghujamkan pisau ditangannya dengan pandangan yang kosong. Tak menghiraukan bahwa yang dihujamnya telah tergeletak tak bernyawa. Keringatnya kini tercampur dengan setiap cipratan darah yang menempel di tubuhnya. Pandangan kosongnya tak mengalihkan bahwa dia terlihat marah. Lintasan kejadian yang baru saja terjadi masih tertera jelas di otaknya. Dimana orang yang yang kini telah tergeletak itu hanya ingin menikmati tubuhnya dan menyebutnya jalang. Tak ada informasi yang di dapatkan Jeonghan kali ini.

Tangannya berhenti menghujam ketika tubuhnya sudah terlalu lelah. Tubuhnya terduduk dan tak melepaskan pisaunya. Jeonghan tertawa lirih ketika dia menyadari betapa bodohnya dia. Betapa emosi dapat dengan mudah menyulutnya dan mendorongnya untuk melakukan hal bodoh itu. Tak ada yang dapat membantunya disini. Dia tau, menelpon kekasihnya akan semakin membuat kericuhan di tempat ini.

"Hahaha... matilah aku kali ini"

Gumamannya terdengar lirih namun depresi. Ingin rasanya ia menangis, tapi air mata itu sudah lama kering. Sebuah tepuk tangan terdengar dari lorong gelap itu. Membuat Jeonghan mengalihkan pandangannya ke asal suara itu. Matanya menajam, pisaunya semakin tergenggam erat menunggu seseorang yang bertepuk tangan itu muncul.

Sejenak kemudian orang tersebut muncul. Gelapnya lorong membuat jantungnya berdebar semakin kencang. Matanya membulat ketika akhirnya orang itu semakin mendekat. Menampakkan sosoknya yang sebenarnya. Orang yang memanggilnya dengan sebutan Nona tadi berjalan dengan santai disertai seringainya yang mengerikan.

Roulette 「COMPLETE」Where stories live. Discover now