Chapter 10

12.2K 615 26
                                    

Risky tiba didepan rumah ber-cat putih dicampur abu-abu, rumah Alby.
Risky baru tau Alby pindah kerumah ini, apalagi rumah ini lebih sederhana daripada rumah Alby yang lama.

Risky sebenarnya ingin bertanya mengapa Alby pindah tak memberitahu nya dan juga kepada Paul dan Joshua. Hh.. Alby tetap lah Alby. Sedekat apapun kita dengannya, belum tentu itu akan menjadi alasannya lebih terbuka mengenai masalahnya.

Alby lebih memilih memendamnya sendiri daripada harus berbagi. Dan itu yang membuat Risky selalu kecewa akan tingkah Alby. Untuk Risky saja yang sudah bersahabat lama dengan Alby, belum tentu mengetahui apapun tentang Alby karena terlalu tertutup. Alby akan bercerita jika Risky sudah marah atau memaksanya.

◾◾◾◾

Sementara itu, Della yang menonton televisi diruang keluarga terlihat gelisah. Bagaimana tidak, jika suami kulkasnya itu belum juga kembali. Padahal baru tadi pagi Della berdoa agar Alby tak berubah menjadi Bang Toyib. Dan benar saja, malam ini Alby sudah menajadi Bang Toyib.

Jika ditanya apakah Della masih marah atau tidak kepada Alby. Maka jawabannya tidak. Della berpikir, amarah tidak akan menyelesaikan segalanya. Walaupun sakit dihatinya belum sembuh, menurut Della yang terpenting sekarang adalah, Della harus berbicara secara baik-baik kepada Alby.

Sekali lagi Della menoleh kearah pintu, berharap Alby akan segera pulang. Della khawatir, tentu saja. Alby bahkan pergi dengan emosi yang masih meninggi. Dan Della takut terjadi apa-apa pada Alby.

Della melirik jam dinding yang ada diruang tamu, menunjukkan pukul 22.35. Della terus berfikir Alby pergi kemana. Mau nelfon? Nomer aja gak punya. Chat line? Itu apalagi. Segala yang berhubungan dengan jaringan komunikasi, Della sama sekali tak terhubung dengan Alby.

Della tiba-tiba mendengar ada yang mengetuk pintu. Della langsung bergerak hendak membuka pintu, karna Della yakin itu pasti Alby. Walaupun rasanya aneh, karena Alby mengetuk pintu rumahnya sendiri saat memasuki rumah. Tapi Della masa bodoh. Yang penting suaminya pulang.

Della membuka pintu, dan tiba tiba terkejut. Della menatap Risky terpaku yang berdiri didepannya sambil membopong Alby. Sedetik kemudian dia mengalihakan pandangannya kepada Alby.

"Astaga Alby. Alby kenapa?" Tanya Della panik karena melihat luka lebam dipipi Alby.

Risky diam tak menjawab. Dia masih sibuk berpikir mengapa Della ada dirumah Alby.

Della mendekat kearah Alby, ingin membantu Risky membopong Alby ke kamarnya. "Kok bau alkohol?" Tanya Della yang bisa mencium bau alkohol dari Alby

Risky lagi-lagi diam tak menjawab, "ya udah kita bawa kekamar aja," Della mengehala nafas, bingung karena sedari tadi Risky tak mengeluarkan suara.

Della dan Risky membopong Alby kekamarnya, ternyata efek dari pertengkaran mereka siang tadi, Alby jadi seperti ini. Seharusnya Della tau, kalau Della tak seharusnya memancing emosi Alby.

"Sssttt...." Della mengusap kepala Alby yang sepertinya gelisah didalam tidurnya. Setelah dirasa tenang, Della membenarkan selimut Alby hingga sebatas dada. Lalu beranjak keluar dari kamar Alby, menemui Risky yang masih berdiri dipintu kamar Alby.

Sepertinya malam ini Risky akan tau siapa Della.

"Alby udah tenang," ucap Della yang melihat Risky bersandar ke dinding dengan kepala sedikit terangkat keatas sambil memejamkan matanya.

"Lo, kenapa disini?" Tanya Risky to the point menatap Della.

Della sudah yakin pasti Risky menanyakan ini. "Yuk, kita kebawah aja," ajak Della menghiraukan pertanyaan Risky.

Beloved AlbyWhere stories live. Discover now