Sesungguhnya, kita tidak akan pernah tau isi hati seseorang. Apakah ketika dia tersenyum hatinya ikut tersenyum, atau dia hanya tersenyum demi menyembunyikan tangisnya. Sungguh, urusan hati tidak bisa terbaca mata. Kita pun tidak bisa benar-benar mengerti seseorang, atau bahkan diri kita sendiri. Terkadang kita terlalu sibuk berusaha mengerti orang lain tanpa berusaha mengerti diri sendiri. Dalam kehidupan, selalu ada sisi sisi yang tak terbaca oleh mata. Yang kadang tak mampu diluruskan dengan logika. Urusan perasaan contohnya. Tak selamanya seseorang mampu mengerti urusan perasaan orang lain. Terlebih jika orang itu hanya memandang sesuatu dari kacamatanya saja.
Barangkali hidup memang tentang proses belajar. Belajar memahami diri sendiri. Belajar memahami orang lain. Mungkin dalam hidup kita memerlukan sebuah pengertian. Saling menghormati diatas perbedaan dan belajar untuk tidak memenangkan ego perorangan.
Sesungguhnya dalam lubuk hati tiap tiap manusia selalu menyimpan rahasia terbesar dalam hidupnya. Dasar hati yang paling gelap selalu dijadikan tempat semua hal hal yang tak terungkapkan bersemayam. Menunggu waktu hingga mengungkapnya suatu saat nanti. Barangkali seseorang dapat menyimpan perasaannya dengan begitu rapih. Mengubur semuanya seolah perasaan itu tak pernah ada. Tapi diri kita tak bisa dibohongi. Sampai kapanpun kau berusaha lari mengelak dari kenyataan itu, kau akan semakin dekat dengan realita. Akui saja. Bahwa rasa itu nyata. Terlalu dalam memendam sendirian rupanya tidak baik.
Sesekali kau harus berbicara. Atau paling tidak tuliskanlah lewat kata-kata karena aksara kadang merupakan ungkapan dari yang terdalam. Barangkali jika kau berbicara mereka tidak akan mendengarkan. Tapi dengan menulis, kau selalu memiliki teman untuk berbagi beban.
Pena dan kertas tidak pernah mengabaikanmu seperti seorang teman. Mereka selalu sedia menemanimu mencurahkan semua keluh dan kesah. Meskipun mereka tak bisa berbicara. Setidaknya mereka mendengarkan, karena terkadang hanya itu yang kau butuhkan.
