17. Hantaman Keras

1.9K 220 199
                                    

Chapter 17--Hantaman Keras

Tiga jam pelajaran matematika kali ini terasa sangat cepat bagi Vio. Rasanya ia baru saja melihat Bu Maryam--guru matematika--memasuki kelas. Namun, sekarang pelajaran beliau sudah usai saja.

Tak lama setelah Bu Maryam meninggalkan kelas, masuklah Pak Agung dengan buku PKn di genggamannya.

"Pagi," sapa Pak Agung.

"Pagi." Murid-murid menjawab dengan serentak.

Pak Agung mengambil spidol papan tulis dari meja guru lalu menuliskan tugas yang harus para murid kerjakan. Beginilah cara mengajar beliau: beri tugas lalu presentasi di depan kelas.

"Kerjakan aktivitas di buku paket kalian halaman 112. Diskusikan secara berpasangan lalu presentasikan hasil diskusi kalian di depan kelas," ucap Pak Agung.

Seisi kelas langsung heboh mencari pasangan diskusi mereka. Sedangkan Vio hanya duduk manis di tempatnya.

"Heh diam!" seru Pak Agung. "Pasangan diskusi kalian harus lawan jenis agar tidak malah bercanda atau mengobrol nantinya. Tentukan pasangan kalian tanpa ribut!"

Di saat teman-teman sekelasnya sibuk mencari pasangan diskusi, Vio tidak berniat mencari pasangan sedikit pun. Hal itu tak lain tak bukan karena Vio yakin tidak akan ada anak laki-laki yang mau sekelompok dengannya.

Mungkin bila semuanya belum berubah seperti sekarang, Vio akan langsung menghampiri Biel lalu mengajaknya menjadi pasangan diskusi. Namun, saat ini rasanya tidak mungkin. Biel pasti lebih memilih Retha ketimbang dirinya.

"Vi," panggil seseorang.

Vio mengerutkan dahi. Sepertinya ia kenal suara ini. Dengan cepat, Vio menoleh ke sumber suara. "Biel?"

"Sekelompok, yuk?" tawar Biel dengan ekspresi sedikit ragu.

"Tapi--"

Belum juga tuntas ucapan Vio, seseorang sudah memotongnya. "Bi! Kamu, kan, sekelompok sama aku! Kenapa malah ngajak Vio, sih?"

Biel menatap orang yang baru saja datang itu dengan malas. "Reth, tolong, ya. Kali ini aku mau sekelompok sama Vio. Oke?"

Wow. Jujur Vio tidak pernah berpikir perkataan itu akan keluar dari mulut Biel. Jarang sekali Biel menolak ajakan Retha. Apalagi hanya untuk sekelompok dengannya.

"Bi!" Retha melemparkan tatapan tajam pada Biel.

Tanpa mengindahkan tatapan Retha, Biel memberi kode pada Vio agar gadis itu mengikutinya. "Yuk, Vi, diskusi di tempat dudukku aja."

Vio mengangguk cepat lalu menatap Retha sekilas. Senyum kemenangan sempat Vio tunjukkan beberapa detik sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat duduknya.

Kali ini Retha akan merasakan tidak diacuhkan oleh Biel seperti halnya Vio dulu.

■□■□■□■□■□■

Presentasi berjalan cukup mulus. Walaupun Pak Agung memberi kritik bahwa hasil diskusi mereka kurang rinci, tetap saja mereka mendapat poin cukup bagus dalam hal penyampaian dan penguasaan materi diskusi.

Bel istirahat yang ditunggu akhirnya berbunyi. Vio sudah siap meninggalkan kelas, sebelum Biel yang masih duduk di sampingnya memanggil.

"Ya?" tanya Vio.

"Hm, kantin bareng?" Biel tersenyum canggung.

"Retha, kan--"

Cepat-cepat Biel memotong ucapan Vio. "Dia gak mau ke kantin kok. Yuk, cepet."

My Girly BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang