10. Pelajaran Ketiga

1.8K 248 60
                                    

Chapter 10 - Pelajaran Ketiga

Sudah dua hari ini jam istirahat Vio terpakai untuk mengerjakan tugas atau belajar untuk ulangan. Minggu ini memang pekan ulangan harian karena besok, hari Jumat, SMA Megantara akan melaksanakan Ujian Tengah Semester.

Selama dua hari itu pun Jaffar selalu menghampiri Vio ke kelasnya dan mengajak Vio ke kantin bersama. Namun, selalu Vio tolak karena alasan tadi. Alhasil, Jaffar harus menelan kekecewaannya dan pergi ke kantin tanpa Vio.

Walaupun demikian, Jaffar selalu membelikan Vio makanan dari kantin dan membawanya ke kelas Vio agar gadisnya itu tidak lupa makan karena terlalu serius belajar.

Hari ini Vio memutuskan pergi ke kantin bersama Biel pada jam istirahat karena jenuh terlalu lama di kelas.

Baru saja Vio dan Biel keluar dari kelas, terlihat Jaffar dan teman-temannya dari arah yang berlawanan.

"Hai, Babe. Akhirnya, keluar juga dari kelas. Kantin bareng?" Jaffar menaikkan sebelah alisnya.

"Eh? Gu-gue mau ke toilet doang kok." Vio menggaruk tengkuknya.

"Lo mau ke toilet doang bareng dia?" Jari telunjuk Jaffar mengarah ke wajah Biel. "Gak usah boong sama gue, Vi."

Vio menghembuskan napasnya berat. Ternyata Jaffar tidak mudah dibodohi begitu saja. "Iya, gue mau ke kantin."

Jaffar menyeringai. "Oke, bareng kalo gitu. Masih inget, kan, syarat dari gue?"

Vio memutar kedua bola matanya seraya mengangguk. "Yok, Bi."

"Lah, dia ikut?" tanya Jaffar.

"Ya iya lah. Kenapa? Kalo gak suka, ya udah gue sama Biel aja ke kantinnya," ancam Vio.

Jaffar sempat mendengus kesal sebelum akhirnya menuruti kemauan Vio agar mengajak Biel ke kantin juga.

Sepanjang perjalanan ke kantin, murid-murid yang berlalu-lalang di koridor menatap Jaffar dan Biel bingung. Memang sangat kontras perbedaan mereka berdua. Apalagi jika sedang berjalan beriringan begini. Jaffar dengan cara jalannya yang percaya diri dan Biel dengan kepalanya yang menunduk sepanjang berjalan di koridor.

Jaffar yang bisa dibilang kelewat percaya diri tentunya tidak akan terpengaruh oleh tatapan para murid itu. Namun, Biel sebaliknya. Kepalanya menunduk semakin dalam saat tahu dirinya menjadi pusat perhatian.

Vio dan yang lainnya akhirnya tiba di kantin yang cukup ramai ini. Jaffar berjalan lebih dulu ke sebuah meja yang berada di pojok kantin lalu duduk di bangku panjang yang tersedia.

"Silakan duduk, Babe." Jaffar menunjuk space kosong bangku yang didudukinya.

"Maunya." Vio menjulurkan lidahnya pada Jaffar.

"Ah, lama. Gue aja yang duduk sini," ucap Naren, salah satu teman Jaffar.

Jaffar segera mendorong Naren saat temannya itu baru saja menempelkan bokongnya ke bangku. "Ini buat My Babe."

Melihat tingkah kekanakan Jaffar, Vio hanya bisa geleng-geleng kepala. "Udah deh, mending dia yang duduk situ."

Detik itu juga, Vio mendudukkan Biel secara paksa di samping Jaffar.

"Selesai, kan?" Vio tersenyum penuh kemenangan sedangkan Jaffar dengan ekspresinya yang sangat bertolak belakang dari Vio.

Vio tidak langsung duduk, melainkan berdiri di depan meja sambil menatap orang-orang di hadapannya. "Gak ada yang mau mesen makanan? Bi, kamu mau pesen apa?"

"Aku nasi sama ayam goreng kremes aja, Vi," ucap Biel pelan.

Bayu, teman Jaffar yang lain, lekas menjawab, "Gue mau juga dong, tapi pesenin ya, Vi. Gue mau kwetiaw goreng ekstra pedes, ya."

My Girly BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang