[Suga] Global Warming

Start from the beginning
                                    

Aku mengambil ponselku yang tergeletak di dekatku. Jam 5.50 PM. Tidurku lumayan lama juga. Semalam aku tidak tidur. Aku harus menyelesaikan sebuah lagu. Dan aku baru bisa tidur saat pukul 9 pagi.  

Ada banyak notifikasi di handphoneku. Tapi aku memilih untuk membuka line. Ah, ternyata kekasihku mengirimku pesan semalam.  

Aku mengetuk beberapa huruf di layar handphoneku, mengatakan padanya bahwa aku baru saja bangun tidur.

5.52 PM
Aku baru bangun

Aku menunggu beberapa menit. Tapi dia belum membalas pesanku. Mungkin dia masih di kampus. Ntah kenapa mataku menjadi berat kembali. Lebih baik aku tidur lagi saja.  

**  

Bae😍

6.05 PM
Hei!

6.08 PM
Yuhuuu

6.10 PM
Apa ada orang?

6.12 PM
P
P
P
P
P

6.28 PM
Tidak jadi
Thx

Itulah yang tertera saat aku membuka jendela chatku dengan (yn). Aku melihat ke jam, ini sudah menunjukkan pukul 8. Dan mataku tak sengaja melirik ke jendela. Hujan.

Apa (yn) sudah pulang?  

**  

(Yn) PoV  

Aku menutup buku berwarna biru tersebut dengan kesal. Kenapa aku tak fokus? Kurang lebih sudah 1 jam aku di sini. Dan sedari tadi yang ku pelajari tak lebih dari 20 halaman.  

Lebih baik aku pinjam saja buku ini. Mungkin aku akan fokus jika membacanya di rumah. Aku mengemas barang-barang ku dan meletakkannya di dalam tas. Sementara buku yang akan aku pinjam berada di tanganku.

Aku memundurkan sedikit kursi tempatku duduk, lalu berdiri. Saat aku berbalik, mataku nyaris saja keluar dari tempatnya.

Bagaimana tidak? Saat aku berbalik, aku dikagetkan oleh wajah datar kekasihku.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku setelah meminimalisir kekagetanku.

"Menjemputmu?" Haa! Dia sendiri bahkan ragu dengan apa yang dia lakukan.  

"Aku tidak memintamu menjemputku." ucapku cepat lalu berlalu darinya. Aku menuju ke meja pustakawan dan meminjam buku setebal 248 halaman yang sejak tadi ku bawa.  

Aku berjalan keluar perpustakaan. Hujan. Bagaimana caraku pulang? Apa aku harus menerobos hujan dan pergi ke halte bis? Bis terakhir menuju daerah rumahku akan lewat 15 menit lagi.  

Aku membuang nafasku panjang. Ini adalah satu-satunya cara agar aku bisa pulang -selain pulang dengan Yoongi-.  

Baiklah, aku akan berlari ke halte sekarang.  

1  

2  

Seka-  

"Mau kemana?"  

"Pulang. Jangan tarik tanganku. Sakit." Kataku datar, sedatar ekspresi Yoongi.  

Yoogi tidak mendengarkan perintahku. Dia menarik tanganku dan membawaku masuk ke mobilnya.  

"Jangan marah, please. Kau tau sendiri kan aku harus kerja?" ucap Yoongi setelah melajukan mobilnya.  

"Iya, tau."  

Yoongi membuang nafasnya berat. "Aku kerja sampai tak sempat tidur, makan, dan memberimu kabar itu kan juga ada alasan."  

Aku diam saja. Tidak berniat menanyakan apa alasannya.  

"Nanti kalau kita sudah menikah dan punya anak, aku harus memberi kalian makan apa kalau tidak kerja?"  

Alasan macam ap-  

EH!  

APA KATANYA?  

ANAK?  

MENIKAH?  

APA DIA MENGGODAKU?

Aku curiga Yoongi habis searching di google tentang cara ngegombal deh.  

"Tadi aku ketiduran, jadi tak bisa membalas chat-mu."  

Yoongi menoleh dan tersenyum ke arahku. "Aku ingin mengungkapkan perasaanku. Sejujurnya sedikit aneh untuk mengatakan ini. Tadi setelah membaca chat, aku khawatir padamu. Ditambah sekarang sedang hujan. Jadi aku langsung menyusulmu."  

Bodoh.  

Kenapa aku bodoh sekali?  

Kenapa aku ingin Yoongi bertingkah seperti pria-pria lain?  

Di saat sebenarnya Yoongi bahkan lebih mencintaiku dibandingkan pria-pria lain mencintai kekasihnya.  

Yoongi itu romantis, dengan caranya sendiri.   Maybe he love to much. And maybe he show it too little.  

"Yoon." aku memanggilnya.  

Dia melirikku dengan ekor matanya. Aku tersenyum. Aku sangat mencintai pria ini.  

"Kau tau? Kau itu seperti kutub." kataku.  

Yoongi menautkan alisnya dan menoleh padaku sesekali. "Maksudmu? Kau ingin mengatakan bahwa aku dingin, begitu 'kan?"  

Dan dengan entengnya aku mengangguk-angguk. "Yup. Kau seperti kutub dan aku global warming. Sedingin apapun kau, hanya aku yang bisa mencairkanmu."

BTS ImagineWhere stories live. Discover now