BBAPG 13; Secrets

826 82 4
                                    

Suasana disana tegang. Sangat tegang sampai tak satu pun orang –yang melihat ketegangan disana, berani bersuara. Yang memperhatikan ketiganya hanya berani berbisik, dan kembali diam memperhatikan.

Kedua tangan itu saling menggenggam dengan erat, membuat orang dihadapan mereka hanya melihatnya sebuah senyum sinis. Dan satu orang yang berada dikerumunan itu hanya menatap sedih genggaman tangan itu.

Fares melipat tangannya didepan dada, dan genggaman tangan kedua orang dihadapannya makin erat. Cowok itu kemudian tersenyum kecut. Matanya hanya terpaku pada tangan yang saling menggenggam itu. "Putus dari gue, lo bareng si bajingan Jo," ia berkata dengan sinis, kemudian mengangkat wajahnya, menatap pada wajah marah Vany. "Hebat banget ya, lo, mutusin gue demi jadian sama orang yang baru mutusin pacarnya."

Vany hanya bungkam. Mulutnya hanya tertutup rapat karna giginya saling menekan didalam sana. Marah, namun tak dapat meluapkannya didepan banyak orang. Membuat Vany hanya dapat memendam rasa marahnya.

"Yee, emangnya Vany gak boleh mutusin cowok yang gak dia cinta?" Jo bersuara. Nada suaranya memang bukan nada suara orang-ngajak-ribut. Namun, kata-katanya lah yang membuat orang dihadapan mereka ingin segera menerkam Jo hidup-hidup.

Fares kembali tersenyum kecut. Matanya kembali melirik genggaman tangan kedua orang dihadapannya dengan tajam.

Jo yang melihat arah pandang Fares, mengangkat genggaman tangan itu keatas, seolah menunjukan apa yang dilihat Fares benar-benar nyata. "Ini, cuma punya gue," katanya, kemudian tersenyum miring. "Dan apapun yang udah ada digenggaman tangan gue, udah gue klaim sebagai milik gue," Jo masih tersenyum miring. Cowok itu kemudian menurunkan kembali genggaman tangan dirinya dan Vany. "Siapapun dia, orang itu gak boleh ngeganggu milik gue. Terutama elo, Fares. Kecuali emak, bapak, kakak, anak, dan cucu Vany sama gue."

Dengan jelas, Fares mendelik jengkel. Cowok itu bahkan mengepalkan tangannya dengan kuat. Rahangnya kini sudah mengeras, hingga membuat tonjolan dipipinya. Kembali, Fares tersenyum kecut. "Gue udah dapet surat peringatan dari guru BK sialan itu. Sekali lagi gue berantem disekolah, gue bakal dikeluarin dari sini. Karna itu ...," jeda, Fares menyeringai. "Gue gak akan pake fisik buat ngambil Vany balik. Tapi," Fares kembali memberi jeda. Cowok itu melebarkan seringai jahatnya. "... gue bakal make otak gue. Apapun itu, termasuk bunuh lo."

Kali ini, Jo hanya diam. Begitu pun Vany. Bahkan, sampai Fares menghilang dari pandangan keduanya, mereka hanya diam ditengah kerumunan orang disana. Ditengah tangan mereka yang saling menggenggam erat.

Ditengah suatu perasaan ingin melindungi satu sama lain.

♬ ♬ ♬

"Terlalu banyak," Vany berujar saat ditanya ini-itu oleh sahabatnya. Tangannya mengibas pelan, menolak untuk berbicara sekarang.

Kembali, ketiga orang yang mendengarnya menghela napas panjang dan berlebihan.

"Ya, apa?! Apa yang banyak itu, Vany sayang?!" Prilly memekik, terlalu gemas dengan jawaban sahabatnya yang lagi-lagi sama.

"Banyak banget, Prilly. Gue juga gatau mau mulai dari mana?!"

"Tinggal cerita aja, bego!" kini, Anggi yang bersuara dengan nada suara sama seperti Prilly.

"Iya. Lagian, gak akan nyampe setahunan lo cerita doang," Jess ikut bersuara. Cewek paling feminim antara mereka berempat itu juga ikut penasaran akan status dua orang yang sering bertengkar disekolah dan malah dikabarkan jadian itu.

"Hu'uh, kecewa gue. Gue taunya dari anak lain, bukan dari elo nya langsung," Prilly cemberut saat mengatakannya.

Vany menghela napas panjang. Jika sudah begini, ia tak akan bisa kabur dari sahabat keponya. "Oke. Oke. Gue bakal jelasin besok aja, deh."

JoVan✔[BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang