BBAPG 10; I'm Promise

1K 96 2
                                    

"Tenang deh, Van. Gak usah lebay gitu."

Cewek yang sedang meringkuk ketakutan disofa sambil menggigit kuku jarinya dan berkomat-kamit itu, menoleh pada laki-laki yang tadi mengucapkan berentetan kata menyebalkan baginya. Vany mendelik dan berdecak. "Gimana gue bisa tenang, Jo?! Diri gue lagi terancam!!"

Cowok itu menghela napas panjang, dan berdiri dari duduknya, kemudian berjongkok di hadapan Vany. Jo membawa tangan Vany ke genggaman tangannya, dan menatap cewek itu dengan mata tenang dan lembut, membuat Vany tertegun ditempatnya. "Gue yang bakal lindungin lo. Lo tenang aja," katanya, kemudian tersenyum.

Kini, Vany berangsur-angsur tenang karna menatap mata Jo. Mata cowok itu, entah kenapa seolah membuatnya tenggelam, tenang disana, seolah Vany tengah bersemedi didasar laut yang dalam. Ia tak merasakan sesak karna tenggelam. Namun, entah kenapa, ia malah tenang dan berangsur membaik. Tanpa terasa, bibir Vany tertarik keatas, membentuk sebuah lengkungan sampai matanya sedikit menyimpit.

Jo ikut tersenyum pada Vany, membuat cewek itu makin tenang.

Sebenarnya, ketakutan Vany dimulai karna kebodohan Jo. Saat itu, disaat mereka masih di uks, saat keheningan melanda mereka berdua, Jo bersuara, "Kalau gitu, gue pinjem hape lo."

Saat Jo berkata begitu, Vany mengerutkan alisnya. "Hah? Buat apa?" tanyanya.

Jo malah terkekeh, dan mengadahkan tangannya ke hadapan Vany. "Siniin aja, deh. Gak akan gue jual, kok. Gue bakal kasih langsung ke elo kalo udah selesai."

Masih ragu, Vany memasukan tangannya ke saku rok span pendeknya, dan mengeluarkan ponselnya. Saat itu Vany masih ragu untuk memberikannya pada Jo atau tidak. Tapi, Jo langsung saja merebutnya dari tangan Vany.

Sambil duduk diam di bangkar uks, Vany tetap bungkam dan memperhatikan Jo yang tengah mengotak atik ponselnya. Dan tak lama kemudian, Jo mengembalikan ponsel miliknya begitu saja. "Nih."

Vany penasaran, tentu saja. Ia menatap layar ponselnya, dan terbelalak kaget saat melihat pesan yang baru saja Jo kirimkan pada Fares. Ia menatap Jo dengan wajah pucat pasi yang kentara. "Jo, l-lo ngapain?" tanya Vany melirih.

Jo mengerutkan alisnya, masih tidak mengerti dengan reaksi yang Vany berikan saat itu. Ya, benar. Bukankah seharunya Vany senang? "Kenapa? Bukannya bagus kalo lo putus sama Fares?"

Ya. Isi pesan itu adalah permintaan putus dari kontak akun Vany. Oh, Jo membahayakannya. Vany menggigit bibir bawahnya, kencang. Dan perlahan tapi pasti, air matanya turun dari kedua kelopak matanya, membentuk garis bening di pipinya. Vany takut, saat itu. Takut sekali.

Jo malah panik dan mengatakan bahwa hal yang cowok itu lakukan adalah benar. "Gue gak akan ninggalin lo, Van. Gue janji. Tapi, lo juga gak boleh sama Fares. Dia pasti gak akan ngebiarin lo bareng sama gue." katanya saat itu.

Namun, Vany yang takut luar biasa malah terisak kencang dan memeluk dirinya sendiri. Ia menggeleng cepat. "Masalahnya, gue kehilangan mahkota gue waktu gue minta putus sama dia, Jo."

Dan saat itu, yang Jo lakukan adalah terdiam. Sedetik kemudian, Vany melihat rahang Jo yang mengeras dengan mata terpejam rapat, serta gigi yang bergemeletuk kencang. Vany tahu, saat itu mungkin Jo masih tidak terima dengan fakta Vany sudah tidak perawan, dan yang mengambil mahkota orang yang disayanginya itu adalah musuhnya sendiri.

Jadi, Vany lebih memilih izin dan pulang bersama Jo. Dan sekarang, mereka berada didalam rumah Vany dengan kecemasan Vany yang tak pernah hilang.

Vany sudah mulai tenang berada dalam genggaman Jo. Tapi masalahnya, bagaimana jika hal itu terulang kembali?

JoVan✔[BADASS #2] [PROSES PENERBITAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang