"jangan sampe lewat jam 9 malem ya pulangnya." jawab mama, lalu gue mengangguk dan segera keluar rumah untuk ketemu calum.

gue buka pager, dan calum lagi siul-siul di motornya. hari ini dia pake raglan yang dibalut dengan flannel berwarna biru.
ywl kapan sih dia gak ganteng? elah lucu banget pusing, kesel sendiri jam segini ah.

"kita mau kemana?" tanya gue.

"kamu maunya kemana?" dia malah nanya balik.

"kamu yang ngajak, malah kamu yang nanya."

"mau nonton nggak?" tanya calum.

"nonton apa?"

"tawuran," jawab dia. "ya menurut kamu aja apaan."

"bosen, ah."

"oh, saya tau kita harus kemana." kata dia sambil senyum.

+++

gue dan calum berdiri diatas rooftop salah satu mall yang ada di bekasi.

emang dasar nggak kreatif, ngapain banget coba keatas atap-atap gini? mau nongton kucing lahiran?

"saya tuh ga pacaran sama dia," gue ngejelasin. "itu emang dianya aja yang ngaku-ngaku."

calum noleh ke gue, "kamu pernah suka ya sama dia?"

dum taratatat dung css.

"pernah," jawab gue. "dulu, sebelum saya ketemu sama orang yang lebih pantes saya sukain."

calum langsung senyum-senyum kebencongan.

"saya udah maafin kamu. lagian mana bisa saya marah sama kamu." kata dia.

brengsek, kaga bisa marah tapi gua diusir waktu itu.

la plera qontolia.

"waktu itu kamu ngusir saya." bales gue.

"itu saya lagi ga fokus, lagi butuh aqua." bales calum lagi.

"kamu ga butuh aqua," gue ngejawab. "kamu butuhnya aqu."

calum terkekeh, "pler."



gue dan calum kemudian berdiri di deket tembok pembatas sambil mengedarkan pandangan kita masing-masing.

tiba-tiba, calum mengeluarkan kotak rokok berwarna putih dan korek gas dari saku celananya.

"kamu.. ngerokok?" tanya gue.

calum mengangguk, lalu mengapit sebatang rokok itu diantara bibirnya, kemudian dia nyalain korek gas dan membakar ujung rokoknya.

ada sedikit perasaan kecewa pas ngeliat dia ngerokok, rasanya kayak gue ngeliat kejadian bahagia yang dulu-dulu lagi; yang terpaksa harus berhenti karena ratusan batang rokok itu.

"kamu nggak suka ngeliat orang ngerokok ya?" calum mengeluarkan asap rokoknya.

gue menggeleng.

"kalo gitu rokoknya saya matiin aj--"

"jangan." gue memotong calum. "untuk sekarang mah gapapa. lain kali jangan di depan saya."

calum menatap gue dengan bingung, jidatnya mengerut, tapi akhirnya dia melanjutkan menghisap rokoknya lagi.

"eh, gerimis." kata calum sambil menunjukan tangannya yang ketetesan air hujan ke arah gue.

"mau pulang?" tanya gue.

"jangan lah!" calum menolak. "saya masih kangen."

"hah?"

"ngga," jawab calum. "di depan mall ini ada tukang pecel ayam. sambelnya enak banget. mau ngga?"

gue tersenyum.

emang deh kalo jalan sama dia nggak pernah bisa jauh dari makanan.

+++

sepiring pecel lele dan pecel ayam udah tersedia di depan gue dan calum.
gue lagi bosen makan ayam, makanya gue lebih memilih buat mesen pecel lele aja.

belum juga mulai makan, calum udah ngeliatin piring pecel lele gue dengan tatapan geli.

"lele kan makan berak." bisik calum.

"kan udah dibersihin, bego." jawab gue.

"lele makan ee, kamu makan lele. berarti secara ga langsung, kamu juga makan e--"

"bisa diem, ga?"

calum cekikikan, lalu dia mulai makan pecel ayamnya dengan tenang.

langit semakin gelap.
tadi pas kita baru sampe di tempat pecel ayam ini, langsung ujan deres. jadi kita makan sambil dengerin suara hujan yang bikin gue teringat akan sesuatu.

papa.
biasanya hujan-hujan begini doi suka muter lagu bohemian rhapsody kenceng-kenceng di kamarnya.

sekitar tiga puluh menit kemudian, kita selesai makan dan selesai nunggu ujan juga. waktu udah menunjukkan angka delapan malam, yang berarti gue harus pulang.

tapi, tiba-tiba ada sms dari mama.

mama: km pulang lwt mana
mama: jalanan dpn rumah banjir
mama: motor gk bs lwt ntar mogox

+++

"udah, sampe sini aja." kata gue setelah gue dan calum sampe di depan komplek perumahan gue.

di depan komplek udah banyak mobil yang terparkir buat ngehindarin banjir.

dari sini udah keliatan air yang tergenang di dalem kira-kira se-pentil orang dewasa. engga deng.

kurang lebih sebetis, lah. kalo motor matic masuk situ mah udah lenyap.

"kamu nggak bisa ke rumah, dong?" tanya calum.

"ngga bisa. masa saya renang, sih."

gue dan calum masih duduk di motor sambil memutar otak kita masing-masing. gimana caranya gue sampe rumah, sementara banjirnya pasti lama surutnya?


"yaudah, saya taro motor disini aja." kata calum tiba-tiba, lalu dia turun dari motornya yang otomatis membuat gue turun juga.

"terus?" tanya gue.

calum ga ngejawab, lalu dia menekuk lututnya sedikit dan meletakkan tangannya ke belakang.

"naik. saya gendong kamu sampe rumah." katanya.

+++

*bersihin sarang laba-laba*

yak makin kesini makin gadanta

gue mau minta maaf yg sebesar besarnya karna gabisa update. maklumin anak ipa yang biadap ini ya

OKE JADI SEKARANG GUE BARU NGERASAIN yang namanya keteteran bener bener dah. otak gue udah kesumbet sama rumus fisika semua

sbg permintaan maaf gw mau kasi tebak-tebakan

depannya kon, belakangnya tol. apakah itu?

kondangan lewat jalan tol.

kondangan lewat jalan tol

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
GO-LUMWhere stories live. Discover now