#8

11.3K 1.8K 1.4K
                                    

+++

verin's pov

gue dan calum memasuki sebuah warteg yang ada dipinggir jalan. gue sengaja ngajak calum ke warteg favorit gue yang letaknya ga jauh dari sekolah.

kerang bumbu kuning di warteg ini emang paling the best lah. tau kenapa? karena bumbunya warna kuning.

"mpok, aku kayak biasa, ya." kata gue setelah duduk di kursi kayu panjang yang terletak langsung di depan etalase makanan.

"siap, neng." mpok eti--si penjual, mengacungkan jempolnya ke arah gue. "kalo mas-nya makan apa, neng?"

"nasi sama royco aja, mpok."

"si tai," umpat calum kearah gue. "samain aja kayak verin deh, mpok."

mpok eti mengangguk paham, lalu langsung menyiapkan pesanan biasa gue;  kerang bumbu kuning, oseng-oseng buncis, dan telor ceplok balado.

makanan segitu banyaknya cuman delapan rebu, coy. mpok eti baik banget.

gue suka baper kalo dibaikin.

"kuy, makan." ajak gue setelah sepiring nasi dan lauk pauk indahnya dan es teh manis tersedia dihadapan gue dan calum.

"ini.." calum menunjuk nasinya. "nasinya butek begini, gapapa dimakan?"

"hah?" gue mengerutkan dahi, bingung. "nasi warteg emang begini, kamu ga pernah makan di warteg ya?"

calum menggaruk kepalanya, "pernah lah! tapi kayaknya ini ga bersih aja gitu nasinya."

"rasanya sama kok sama nasi biasa." jawab gue.

tanpa menunggu calum, gue langsung menyantap seporsi nasi warteg itu dan menikmati setiap gigitan kerang bumbu kuning mpok eti yang gaada tandingannya itu.

pas makan, tiba-tiba aja gue kepikiran sama omongan mama yang kemaren nyuruh gue untuk bawa calum ke rumah. kira-kira, gue ngajaknya gimana ya?

'cal, ketemu calon mertua yuk.'

'cal, main kerumah gue yuk.'

'cal, nyokap gue mau kenalan.'

'cal, nikah yuk.'

gIMANA ANJRIT???

"kamu kenapa ngelamun? mikirin utang?" suara calum yang mulutnya penuh dengan makanan itu membuyarkan lamunan gue.

gue menggelengkan kepala.

"kamu sibuk ga hari ini?" tanya gue.

"engga, kan tadi pagi saya udah go-jek. jadi nanti ngga usah lagi," jawab dia. "kenapa? kamu mau ngajak saya pergi?"

gila ni orang bisa baca pikiran gue.

"kamu mau main ke rumah saya, ngga?" tanya gue, yang membuat calum akhirnya batuk-batuk akibat keselek.

+++

calum's pov

gue mengikuti verin yang menuntun gue buat masuk kedalam rumahnya.
sambil sesekali menyisir rambut gue yang berantakan karena abis pakai helm, gue berusaha mengatur nafas gue yang dari tadi ngga beraturan.

setelah verin membuka pintu, tampak seorang anak kecil berumur sekitar tujuh tahunan yang lagi memaju-mundurkan mainan mobil-mobilan di atas meja ruang tamu.

"aldo, temenin temen kakak dulu, ya." suruh verin ke anak kecil itu, yang gue yakin adalah adeknya. lalu dia melirik gue, dan tangannya mempersilahkan gue untuk duduk di sofa-nya, "bentar ya, cal."

GO-LUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang