Bab 16 - Pengakuan..

24.7K 1.3K 31
                                    

AGHA POV

                Sudah dua hari aku berkutat di apartemen dengan tugas kantor yang masih setia mengelilingiku. Ayah dan Bunda masih melarangku untuk datang ke kantor dan aku sendiri tidak mau tinggal di rumah Ayah, alhasil saat ini aku terkurung di ruang tv apartemenku dengan tumpukan dokumen sialan yang sejak tadi membuat kepalaku nyeri.

                Aku menyeruput gelas kopi ketigaku hari ini. Sejak tadi aku sibuk video call dengan Darius yang masih setia menjadi kaki tanganku di kantor. Sejak dua hari kepulanganku juga sosok Nabila seperti hilang ditelan bumi. Tak ada perhatian yang ia tujukan seperti di rumah sakit kemarin. Aku memang tidak bisa berharap apa – apa karena semua keputusan ada ditangan Nabila, tapi aku harap keputusan darinya baik untukku dan dirinya.

                Aku melirik ponsel yang ternyata bergetar minta diangkat. Nama ‘ Fazil Halim ‘ ternyata yang muncul dilayar. Tumben sekali algojo ini menelponku.

                “ Hallo”,

                “ Assalamualaikum bro”, suara serek – serek beceknya membuatku tertawa.

                “ Walaikumsalam bro”, kubalas dengan mengikuti gaya bicara dan ternyata gantian dia yang tertawa.

                “ Masih mendekam di apartemen hah?”, sindirnya yang membuatku mendecak sebal. Anak ini punya indra keenam dari mana bisa tahu aku ada didalam apartement.

                “ Darius yang memberitahu, kasihan sekali bos besar yang satu ini”,

                “ Cih, sudah tutup saja telponnya kalau Cuma mau mengomentari saya”, sewotku dan kembali si Algojo terbahak. Kenapa dari tadi aku sibuk memanggilnya si Algojo, karena badannya besar seperti tukang pukul atau Algojo.

                “ Oke..oke.. aku tak akan berkomentar apa – apa, aku Cuma mau tanya, kamu besok bisa dateng ke Aqiqahan anaknya Zio?”, tanya si Algojo. Aku berfikir sejenak dengan tangan kanan sibuk melihat jadwal yang ada di layar laptop. Dan jadwalku kosong setelah makan siang. jangan kira bekerja dirumah tidak ada jadwal.

                “ Acaranya jam berapa?”,

                “ Ba’da Ashar”,

                “ Insya Allah saya dateng”,

                “ Alhamdulillah… oh ya, aku dengar Riri sudah kembali ke Indonesia?”,pertanyaan Fazil kali ini sukses membuat aku penasaran darimana dia tahu Riri kembali eh maksudku Riana. Fazil suka sekali memanggil Riana dengan sebutan Riri. Katanya biar lebih imut.Cih!

                “ Iya, kira – kira tiga hari yang lalu dia pulang, kamu tahu darimana Riana kembali?”, tanyaku balik. Aku memang tahu kalau Fazil mengenal Riana karena kami satu almamater saat kuliah dan aku tahu banget hobinya dia kalau dekat – dekat Riana, dia suka banget godain atau ngeledekkin Riana bahkan sampe nangis kalau bisa.

                “ Hehehehe, biasalah.. insting berburu’ku tiba – tiba saja On  eh ternyata Riri pulang”, ujarnya disertai tawanya yang menggelegar.

                “ Ingat umur bro”, sindirku.

                “ Ada apa dengan umur coba? Aku baru dua puluh delapan tahun bro”,

                “ Dua puluh delapan baru? Dasar otak ababil”,

Dan kembali si Algojo tertawa. Lama – lama aku berasa kayak pelawak ini ngeladenin si Fazil. Ck

My SunshineWhere stories live. Discover now