Bab 6 - Patah Hati..

29.8K 1.5K 38
                                    

NABILA POV

                “ Maafkan Abi ya nak.. Abi nggak tahu harus bicara apa sama kamu, pria itu memutuskan untuk membatalkan lamaran ini, maafin Abi ya nak..”, Penjelasan dari Abi membuatku tertegun sesaat. Lamaran ini batal? Aku tidak jadi menikah? Mengapa kedengarannya melegakan sekali. Jujur, aku memang belum siap menikah, dan semua impianku tentang pernikahan telah musnah ketika satu – satunya pria yang kuinginkan untuk menjadi imamku telah menjadi milik orang lain. Ini begitu ironi, sudah ditinggal nikah sama dia dan aku batal nikah juga.

                “ Bila.. kamu nggak marah kan nak?”, pertanyaan Abi membuatku tersadar kalau sejak tadi aku sibuk dengan fikiranku sendiri.

                “ Nggak.. Nggak papa kok Bi, Bila justru lega, karena Bila merasa memang belum siap untuk membangun rumah tangga, mungkin nanti begitu Bila siap insya Allah jodoh itu datang”, Kataku mencoba menangkan hati Abi. karena aku tahu Abi pasti merasa bersalah atas kejadian ini. Abi lah yang paling semangat ketika lamaran itu datang untukku, tapi apa boleh buat takdir tidak sedang berpihak padaku Abi.

                “ Maafin Abi ya nak..”, Sekali lagi Abi meminta maaf padaku. Aku beranjak dari sofa dimana aku duduk dan mendengarkan penjelasan Abi. kuhampiri Abi yang duduk dihadapanku, kuletakkan tanganku diatas punggung tangannya.

                “ Nggak papa Bi.. doain saja supaya Bila bisa siap dan bisa dapet jodoh yang baik untuk Bila, Insya Allah… dengan doa dan ikhtiar Bila, Allah akan memberikan yang terbaik untuk Bila “, Ujarku mencoba menangkan. Abi menatapku dengan penuh rasa bersalah. Tapi kuberikan senyum terbaikku untuknya.

                “ Bila sayang Abi..”,

                “ Abi juga nak..”,

****

                Duduk sendiri sambil menikmati makan siang ditemani beberapa buku dan gadget’nya yang terus terhubung dengan dunia maya. Saat ini aku sedang berusaha untuk menikmati hidup, setidaknya setelah proses khitbah itu batal harusnya aku bisa lebih tenang. Tapi mengapa rasanya hati ini begitu kosong, apa ini karena dia telah menjadi milik orang lain? Ayolah Nabila!! Stop memikirkan dia!

                “ Sendiri aja Bil ?”, Pertanyaan itu mengalihkan lamunanku sejenak. Aku menoleh kearah sosoknya yang berdiri tegap disampingku.

                “ Menurutmu?”, tanyaku balik dengan nada sinis. Mengapa bicara dengannya selalu merusak etikaku. Alwan.. sepupuku tercinta yang sejak kecil selalu saja jadi musuh bebuyutanku.

                “ Sepertinya begitu, karena kulihat tak ada manusia bahkan hantu yang berani dekat – dekat sama kamu Bil “, Jawaban darinya membuat mataku melotot kearahnya. Ia sudah duduk santai di kursi yang terletak dihadapanku.

                “ Nggak punya kerjaan ya gangguan orang lagi bete”, Sindirku. Direktur macam apa coba yang kerjanya tiap hari keliling kayak gosokan. Punya berapa otak sih dia? Serius deh pengen banget aku bedah otak cowok blesteran dihadapanku ini.

                “ Tidak usah memandangku seperti itu kali Bil, aku tahu aku tampan, tapi maaf dihatiku sudah ada Sinta”, Katanya dengan nada sombong. Aku merinding mendengarnya.

                “ Ya ya ya aku tahu kamu tampan tapi mulutmu itu ya Wan, bener – bener harus sering di cek, kenarsisanmu itu sudah akut banget soalnya”, balasku pedas. Bukannya marah Alwan justru tertawa sampai terbahak – bahak. Aku melengos, emangnya aku badut sampe dia seneng banget ketawa kayak gitu.

My SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang