Bab 12 - Resah..

25.6K 1.4K 29
                                    

NABILA POV

                “ Abiiii!!! Rama ngeseliiiin masa aku di peperin sambel”, aku tersenyum geli saat Jani mengadu pada Abi kalau Rama sejak tadi mengusilinya. Abi hanya geleng – geleng kepala dan pura – pura menatap Rama geram hanya untuk menyenangkan hati Jani. Aku sendiri sejak tadi lebih memilih untuk diam karena merasa ada sesuatu yang salah.

                “ Kak Bila?”, suara Jani membuatku menoleh kearahnya.

                “ Kakak kenapa? Kok mukanya sedih gitu?”, tanyanya. Aku tersenyum kecil lalu menggeleng.

                “ Nggak papa kok Jan, udah di makan gih nanti kesorean lho pulangnya”, ujarku yang membuat Jani melirik jam tangannya dan tanpa diminta segera melahap menu seafood yang siang ini kami santap. Beberapa ikan malah hasil tangkapan dari Abi dan Ayahnya Agha. Ayahnya Agha sendiri sudah pulang terlebih dahulu dengan hasil tangkapannya yang tidak sedikit.

                “ Bila, kamu kenapa nak? Ada yang kamu fikirkan ?”, aku kembali tersadar, entah sudah berapa lama aku melamun tapi yang jelas aku cukup terkejut melihat tiga pasang mata kini menatapku khawatir. Aku memasang wajah tegas dan menggeleng pelan.

                “ Aku nggak apa – apa Bi, ayo pulang, Ami pasti udah nunggu pesanannya di rumah”, aku segera mengalihkan pembicaraan dengan bangkin dari lesehan dimana tempat kami menghabiskan makan siang.

                Setelah dari pameran buku memang Jani mengajak aku untuk menemui Abi yang memang sedang mancing ditempat ini, tapi aku sama sekali tidak pernah berfikir kalau Agha aka nada disini. Dan keberadaannya dia dengan sikap mengacuhkanku tadi membuatku kembali harus berfikir keras untuk menerima pinangannya.

                Mobil yang Abi kendarai melaju lebih dulu meninggalkan parkiran. Aku memilih bersama Abi karena tidak mau menjadi obat nyamuknya Jani.

                “ Apapun yang kamu fikirkan, tolong jangan sampai membuat kamu tidak konsen dengan pekerjaan dan kehidupanmu sehari – hari, Abi mengerti kamu pasti bingung memutuskannya, tapi serahkan semuanya pada Allah, karena hanya padaNya kamu memohon dan meminta”, Penjelasan dari Abi seakan membuka mataku lebar – lebar. Aku terlalu di pusingkan oleh prilaku Agha yang tiba – tiba saja berbeda, menghindariku seperti aku ini virus. Tapi aku tidak pernah berfikir kalau Agha pasti punya alasan khusus mengapa ia menghindariku, apa karena ia takut jika aku menerima lamarannya? Dan memilih mengacuhkanku seakan mempermudah jalannya untuk terbebas dari permintaan orang tuanya. Ya Allah.. tolong jagalah hati hamba, hamba tidak mau tersesat akan kebencian, hamba hanya ingin yang terbaik untuk semuanya walaupun hamba harus menanggung sakit yang teramat dalam.

****

                Hari berlalu semakin cepat dan tak terasa waktu satu minggu untukku hanya tinggal hari ini. Ya..nanti malam Agha dan keluarga akan datang untuk mendengar keputusanku. Beberapa malam kulewati dengan solat malam dan istikharah, meminta petunjuk kepadaNya, jawaban apa yang harus aku ambil. Dan setelah malam – malam penuh dengan doa dan permohonan aku sudah membulatkan tekadku.

                “ Kak “, aku menoleh kearah pintu ruang kerjaku, dimana Jani tiba – tiba saja muncul dengan cengirannya.

                “ Assalamualaikum dulu dong Jan”, tegurku yang semakin membuat cengirannya melebar.

                “ Assalamualaikum kakakku sayang, kok masih bengong disini, ayo cepet pulang, Ami udah berkali – kali nelponin kakak tapi nggak di aktif “, Jani sudah berjalan masuk kedalam ruanganku dan duduk di sofa yang ada di sudut ruangan, tempat biasa aku menerima klien.

My SunshineWhere stories live. Discover now