[Repost] 05: Biru Cerah Sang Langit

Start from the beginning
                                    

Bintang menggeleng samar, mengenyahkan asumsi dalam benaknya. Ia takut, Langit malah menunjukkan hal sebaliknya lagi dan membuat hati Bintang semakin tercubit.

Tidak ingin memikirkan hal tersebut lebih jauh, Bintang mengikuti jejak Langit. Keduanya pun tertidur.

***

Langit mengubrak-abrik seluruh tempat di kamarnya. Ponselnya hilang! Langit menggeram frustrasi begitu ia tidak menemukan benda itu di segala tempat. Di mana ia menaruh benda pipih tersebut? Seingatnya, terakhir kali ia menggunakan ponsel saat masih di sekolah, artinya...

Sialan, makinya kesal. Inilah yang Langit tidak sukai jika menaiki angkutan umum! Banyak orang bertangan panjang yang tanpa tahu malu dan dosa, mengambil hak orang lain!

Langit mencari ponsel satunya yang memang jarang sekali ia gunakan. Ponsel ini memang tidak sebagus miliknya yang baru, namun dengan ini, setidaknya dapat membantu ia melacak keberadaan ponsel barunya.

Jemari Langit memperbesar gambar peta pada layar dan menemukan nama jalan di mana ponselnya berada. Langit menimang-nimang Iphone 5S-nya dengan sepasang alis bertaut.

Ia akan memberi pelajaran untuk siapa pun yang telah berurusan dengannya.

***

"Bintang?"

Bintang menoleh pada pintu kamarnya. "Ya, Bun?"

"Turun yuk, kita makan malam bersama mumpung ada Bulan." Suara merdu bundanya membuat Bintang tersenyum. Bukan makan malam di restoran bagus, hanya makan malam di rumahan saja yang bundanya maksudkan. Tapi, hal itu saja sudah cukup membuat Bintang bahagia dengan kehadiran Bulan.

"Iya Bun, Bintang turun lima menit lagi, yah."

Begitu langkah bundanya terdengar semakin jauh, Bintang kembali mengamati benda mahal di tangannya. Mahalnya mungkin bisa sampai membeli sepeda motor yang Bintang dan Bulan butuhkan.

Ponsel milik Langit.

Oh ayolah, Bintang bukan pencuri! Justru Bintang menemukan benda ini di kursi yang Langit duduki. Yep, Langit turun lebih dulu saat itu. Syukurlah Bintang yang menemukannya, bagaimana jika orang lain yang berniat jahat? Setidaknya, Bintang berniat akan mengembalikan benda ini besok. Bahkan Bintang baru menyadarinya sekarang, lagi-lagi mengapa harus dirinya yang menemukan apa pun milik Langit yang tertinggal?

Tapi bukan soal harga dan mahalnya benda ini yang membuat Bintang terus memandangi ponsel Langit.

Ini soal keanehan Langit.

Demi bintang-bintang di angkasa! Di jaman seperti ini, tidakkah laki-laki itu menyimpan satu atau dua lagu di dalam ponselnya? Saat pertama membuka ponsel yang tidak terkunci ini—yah, memangnya siapa yang berani mengutak-atik ponsel sang Langit? Oh ya, pengecualian untuk Bintang sendiri—ibu jari gadis itu langsung tertuju pada icon musik dan menyentuhnya.

Folder itu kosong!

Bintang sempat kecewa karena tidak bisa mengetahui selera musik apa yang diketahui Langit. Bintang sangat mencintai musik! Siapa tahu, Bintang bisa membawakan lagu kesukaan Langit nanti untuk membuat Langit tersenyum. Ya? Nanti. Benar. Kapan-kapan.

Bintang terkikik sendiri karena pemikirannya. Memangnya kapan ia bisa memainkan piano untuk Langit? Itu sih hanya khayalannya saja. Jujur saja, dari dulu Bintang memang bermimpi suatu saat akan menyanyikan atau memainkan piano untuk seorang Pangeran dalam khayalannya. Dan yah, sepertinya Langit cocok menjadi pangerannya.

Kini kedua pipi itu merona akibat pemikiran tadi.

***

Langit menatap rumah mungil di hadapannya dengan alis terangkat tinggi. Ia kembali memastikan alamat rumah tersebut dengan petunjuk yang tertera di ponselnya. Tepat dan benar. Namun, ia masih tidak yakin. Rumah tersebut tampak bukan seperti rumah pencuri atau macam penjahat lainnya. Langit bahkan bisa merasakan kehangatan rumah tersebut dari luar.

Lagu Untuk BintangWhere stories live. Discover now