Elliot menyorotkan lampu senternya ke telapak tangan Arabella. "Kamu kedinginan." Kemudian pandangannya tertuju ke arah pagar kawat yang telah rusak. "Dan apa yang kamu lakukan dengan kawat-kawat itu?"

Arabella mengikuti arah pandang Elliot dengan bimbang. "Aku tidak tahu," ulangnya.

Melihat kebingungan yang tersirat di wajah Arabella, lekas menimbulkan pertanyaan di benak Elliot. Untuk apa gadis itu melarikan diri dengan merusak pagar kawat dan bertelanjang kaki? pikirnya dalam hati. Dia mengarahkan lampu senter tepat di wajah Arabella, tidak mempedulikan makian yang tertuju padanya. Keningnya mengekerut dalam tatkala mendapati perubahan warna yang ada pada kedua mata gadis itu, yang kelihatan sangat mencolok. "Kamu tidur sambil berjalan," simpulnya.

"Aku tidak tidur sambil berjalan."

"Tapi kau tidur sambil berjalan. Sebaliknya kita masuk ke dalam rumah, aku akan membuatkan susu cokelat untuk menghangatkan tubuhmu," ajak Elliot. Kepulan asap keluar dari mulutnya ketika dia berbicara. Tanpa menunggu jawaban terlebih dulu, dia segera menarik lengan Arabella lembut, menuntunnya ke dalam rumah dalam diam. Satu hal yang berputar-putar di kepalanya selama menyusuri halaman belakang, bahwa yang dilakukan Arabella bukan sekedar tidur sambil berjalan.

Aroma susu cokelat yang menguar dari area dapur membuat perut Arabella mengejang. Keputusannya menerima tawaran Elliot untuk duduk bersama ternyata tidak sia-sia. Bagaimana tidak? Pemandangan seperti Elliot-berdiri-di-depan-kompor sambil menghangatkan susu cokelat adalah hal yang paling langka, hal yang tidak pernah masuk dalam pikiran terliar siapa pun.

"Aku tidak pernah tahu kalau kalian menyimpan susu cokelat di rumah ini," ujar Arabella yang duduk di salah satu kursi dapur. "Apalagi yang membuatkan susu cokelat untukku adalah chef Elliot. Pasti orang itu belajar dari Tuan Lumpa-lumpa."

Elliot membalasnya dengan tersenyum kecil. "Kamu yakin tidak mau tahu apa komposisinya?" katanya sembari memberi segelas susu cokelat panas kepada Arabella.

Arabella menerimanya sambil balas tersenyum. "Paling hanya susu babi hutan lainnya yang kamu beli di pasar gelap," jawabnya sambil melirik ke dalam gelas, tidak yakin apakah dia akan meminumnya atau tidak. Tetapi kalau dilihat dari ciri-ciri fisiknya, ini tidak kelihatan seperti susu yang berasal dari hewan mamalia bernama babi. "Benar, 'kan?"

Elliot mengambil posisi duduk di seberang Arabella. "Bagaimana kalau ini adalah susu sapi murni berkualitas tinggi yang berasal dari Selandia Baru?"

"Mana mungkin."

"Mau bertaruh?"

Setiap kali Arabella berdebat dengan Elliot, hal-hal yang tidak diinginkan selalu terjadi pada akhirnya. "Tidak sekarang," ujarnya sambil menempelkan telapak tangan ke gelas yang hangat. "Ingat pertama kali kamu menyerangku di dapur ini? Dengan pisau belati tajam yang mengarah padaku? Tidak kusangka orang yang sama angkuhnya baru saja membuatkanku susu cokelat."

"Angkuh bukan kata yang tepat untuk menggambarkan seseorang yang menghunus pisau belati ke arah gadis paranoid."

"Lalu apa kata yang tepat?"

"Pembunuh berantai berdarah dingin?"

"Pembunuh berantai berdarah dingin yang angkuh dan sombong," tambah Arabella sembari menyembunyikan senyumnya dari balik gelas.

"Nah, sekarang aku ingin bertanya serius padamu," ujar Elliot begitu Arabella menenggak susu cokelatnya dengan hati-hati. "Apa kau memang punya kebiasaan tidur sambil berjalan dan merusak fasilitas umum?"

Seketika ekspresi wajah Arabella berubah masam. "Mana kutahu," jawabnya seraya meletakkan gelas di atas meja. "Tiba-tiba saja aku terbangun dan sudah berada di sana."

Arabella & The Waterhouse FamilyWhere stories live. Discover now