Prolog

1.5K 88 30
                                    



Anyang, November 1996



Rintik-rintik hujan mengantar perjalanan seorang wanita cantik meninggalkan sebuah mansion yang telah ia tinggali bersama sang suami selama empat tahun terakhir. Diantar oleh supir pribadi pemilik mansion, wanita yang beranjak kepala tiga itu mengeratkan pelukannya pada sang buah hati yang baru berumur satu setengah tahun tersebut.

Won Misuk menahan isakannya sambil terus menggenggam jari mungil putra sulungnya yang terasa hangat. Ingin rasanya berharap jika apa yang telah terjadi pada keluarga kecilnya ini hanya mimpi, tetapi semua itu sangat mustahil. Dipandangnya wajah terlelap sang anak, mengusap pipi gembil yang terlihat memerah karena dinginnya udara, mengecup sayang lalu kembali memeluk tubuh kecil itu. Lagi-lagi wanita itu berdoa. Berharap sang Maha Kuasa melindungi putranya yang lain, yang kini tengah berada didalam mansion besar tersebut bersama mantan suaminya. Ya pernikahan yang ia jalani selama empat tahun ini bahkan telah dikaruniai putra kembar yang sehat kandas begitu saja akibat kesalahpahaman dan juga rasa tamak. Perceraian tidak bisa ia hindari saat sang mertua mendesak mantan suaminya dengan kata-kata kebohongannya. Dengan air mata yang terus merembes keluar dan suara tangisan anak kembarnya yang terkecil dipelukan sang mertua, Misuk mengambil koper berisi pakaiannya dan juga pakaian anak kembar tertuanya memasuki mobil yang akan mengantarnya kembali ke rumah orang tua kandungnya. Masih terekam jelas suara amarah dan bentakan sang mantan suami beberapa menit yang lalu saat mengantar kepergiannya dan sang buah hati.


"Ingatlah untuk tidak menggunakan margaku pada anak yang kau bawa!!!"


Hatinya sungguh teriris. Tidak apa jika suaminya memilih untuk menceraikan dirinya asal jangan memisahkan kedua putranya, tetapi lagi-lagi mertuanya berkehendak seperti sang pencipta.


"Kau hanya boleh membawa anakmu yang memiliki kondisi buruk itu! Dan ingat! Jangan pernah menampakan dirimu dan juga anak itu didepan cucuku ini! Cucuku satu-satunya yang nanti akan mewarisi seluruh kekayaan kami!"


Sungguh saat kalimat itu terucap sang buah hati yang ada dipelukannya ikut menangis kencang seolah mengerti apa arti kalimat yang diucapkan neneknya kepada mereka. Entah siapa dalang dibalik peracunan pikiran mertua dan juga suaminya sehingga tega berbuat kejam tanpa belas kasih sedikitpun kepada dirinya dan juga anak yang ia bawa. Mata mereka seolah tertutup. Telinga mereka seolah tuli tidak mendengarkan tangisan kencang si kembar dan suara gemuruh hujan. Yang mereka inginkan hanya satu, wanita itu keluar dari mansion serta membawa satu anaknya. Anaknya yang seharusnya mendapat perawatan karena kondisi tubuhnya yang tidak sekuat dan sebagus adiknya.

Air mata itu kembali menetes. Jatuh tepat diatas pipi gembil sang anak yang mulai membuka kedua matanya perlahan. Supir pribadi itu hanya bisa menatap iba melalui kaca spion mobil. Tatapannya sendu seolah menyayangkan keputusan sang majikan untuk berpisah dengan wanita yang telah menemaninya dari awal keterpurukannya.

"mma...maa...mma" suara kecil dan lembut itu memecah keheningan didalam mobil yang berisi dua orang dewasa tersebut. Seolah mengerti kesedihan sang ibu, bocah bermata bulat itu menghibur melalui senyum manis dan juga gerakan tangannya yang tidak menentu membuat sang ibu menyunggingkan senyum tipisnya.



24 April 1995 keluarga kecil itu dipenuhi dengan suara tangis kebahagiaan. Dua orang pewaris telah hadir ditengah-tengah keluarga ternama tersebut. Berjarak 6 menit, kedua bayi itu berhasil lahir walau mengalami sedikit gangguan. Sang kakak sempat tidak bernafas sedangkan sang adik harus berada didalam inkubator selama beberapa jam karena berat badan yang tidak terbilang cukup tetapi meski demikian karena keajaiban Tuhan mereka berdua berhasil diselamatkan.

"Selamat tuan Jo, anda telah menjadi seorang ayah. Sekarang anda memiliki dua jagoan yang sangat tampan" Jo Taehun mengucapkan terimakasih kepada dokter yang telah membantu persalinan sang istri. Sepeninggalan dokter tersebut, ia bergegas memasuki kamar rawat VIP dimana istri dan kedua jagoannya berada. Senyumnya terkembang. Ia mendekati istrinya yang ternyata telah bebas dari belenggu obat bius. Dipeluk lalu dikecupnya dahi istrinya sayang. Menyalurkan rasa syukur dan juga terimakasih karena mereka bertiga selamat.

" Terimakasih, yeobo. Aku mencintaimu" kata-kata yang indah dan penuh kasih. Perlahan tangan yang terbebas dari selang infus itu membalas pelukan hangat sang suami. Beranjak dari sang istri, Jo Taehun menghampiri kedua jagoannya yang masih terlelap.

"Kau putra sulungku. Lahir 6 menit lebih dulu dari saudaramu. Appa harap kelak engkau menjadi panutan yang baik untuk adikmu dan juga melindungi seluruh keluargamu. Appa memberimu nama Jo Youngmin" ucapnya diiringi senyuman dan juga usapan lembut pada pipi bayi didalam box kuning itu yang langsung direspon dengan lenguhan kecil.

"Sedangkan kau jagoan appa yang kedua. Appa memberimu nama Jo Kwangmin. Appa harap kelak engkau akan selalu menjadi pemersatu keluarga kecil kita" lanjutnya lagi sambil menatap bayi yang ada didalam inkubator tersebut yang kini perlahan membuka sepasang mata kecilnya.


"YoungKwang artinya Kehormatan"







Tapi bagaimana jika ternyata Youngmin harus terpisah dengan Kwangmin?















Pikka_Pooh❤

[Slow Update] Please, ComebackOù les histoires vivent. Découvrez maintenant