Episode 9

387 26 3
                                    

"cepatlah Ridhial " teriak Ruk sebelum mendahuluiku keluar

"ini sudah cepat Ruk kau yang terlalu kilat" kataku sambil berusaha menyamakan langkah

"masih terlihat beb" Ruk menoleh sekilas sambil menekan tombol lift

"ini setelan paling mendekati Ridhi Aleya Mathanaraj" kataku yang dibalas dengusan keras tanda whatever oleh Ruk, aku dan Ruk tak berbicara lagi sampai kami berada di dalam mobil

"bibi pasti menanyakan kenapa syal itu tidak pada tempatnya" komentar Ruk dengan nada geli

"Ruk bisakah kau membesarkan hatiku bukannya malah bikin down" kataku sambil menepuk lengannya cukup keras yang hanya dibalas tawa keras olehnya

"tidak bisakah kekasihmu itu tidak menciumi lehermu untuk satu malam saja, apa bibirmu yang seksi itu tidak cukup" Ruk tidak juga berhenti menggodaku, seandainya dia tidak menyetir aku pasti sudah mencekik lehernya

"berhenti bicara dan perhatikan ke depan" kataku kesal tapi seperti biasa Ruk tidak terpengaruh

30 menit kemudian kami sampai di bandara dan segera menuju ke gate khusus untuk pesawat pribadi, dari kejauhan penampilan mentereng seorang wanita menandakan dialah mama tersayang

"putri manisku" sapanya langsung memeluk dan menciumi wajahku

"mama" balasku serba salah, beberapa orang memperhatikan dengan tatapan geli karena sikap mama yang memperlakukanku seperti gadis kecil

"kau terlihat aneh" katanya kemudian setelah memperhatikan penampilanku dari bawah keatas, hari ini aku memakai rok pendek stoking tebal hitam dan blouse berwarna gelap

"mode di setiap negara berbeda mama" kataku cepat sambil tersenyum

"eehhmmm" mama hanya tertegun memperhatikanku dan tentu saja matanya tertuju pada syal yang melilit di leherku

"salam bibi"Ruk mengalihkan perhatian mama kepadanya

"oh Ruk sayang kau tetap cantik seperti biasa" mama berpaling dariku untuk menerima salam lalu memeluk tubuh Ruk

"terima kasih bi" balas Ruk sambil sesekali melirikku

"mama terlihat lelah, kita langsung ke hotel ya" ajakku sambil memeluk bahunya

"ke hotel, mama tak masalah tinggal di apartemenmu " kata mama membuatku langsung memebesarkan mata, Ruk segera permisi ke toilet bandara untuk menelepon staf apartemen mewah yang tak pernah kami tinggali

"apa khabar mama dan papa, paman dan bibi juga" tanyaku setelah kami berada di dalam mobil, aku dan Ruk duduk di depan dan mama duduk di belakang

"kami baik hanya saja kami kesepian, papa mama Ruk juga baik, yang pasti aku sangat merindukan putriku satu-satunya"

"aku juga merindukan mama dan papa" tatapan menyelidik mama mebuatku sedikit salah tingkah

"aku juga merindukanmu Ruk" kata mama kemudian sambil tersenyum

"sama bi, aku juga rindu bibi dan paman seperti merindukan papa mamaku sendiri" kata Ruk ikut tersenyum

"kau bisa pulang kapan saja Ruk" tawar mama dan aku merasakan tatapannya kembali kepadaku, aku dan Ruk saling pandang mendengar sindiran mama

"tentu bi tapi kami masih harus bekerja keras membenahi semuanya" Ruk selalu menemukan kata yang tepat dan terucap sedangkan aku seperti biasa hanya bisa memikirkannya saja tanpa mengeluarkannya lewat kata-kata

"ada masalah di kantor" Tanya mama tanpa melepaskan pandangannya dariku

"tidak ada , hanya aturannya tidak sesuai standard Ridhial" jawab Ruk santai, mendengar hal tersebut mama hanya bergumam tak jelas , selanjutnya kami hanya berbicara hal-hal yang ringan dan mengomentari beberapa hal yang kami lihat di perjalanan

Fight For UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang