Part 16

1.9K 85 18
                                    

Part ini lagi males ngedit, kalo ada typo kasih tau ya. Entar saya koreksi lagi, hehe..

Enjoy,

.....

Adel pov

Mataku masih terpejam erat. Perutku terasa bergejolak, mual.

Apa aku mati?

"... Adel!"

"Kak Adel nggak papa?"

Ah, itu suara Dio dan Alex. Aku bisa mendengar suara Bintang dan Reichii juga, artinya aku masih hidup, kan?

Aku mencoba membuka mataku perlahan. Wajah-wajah bahagia Dio dan yang lainnya menyambutku. Mereka semua berceloteh hal yang tak kumengerti. Seperti aku baru bangun dari mati suri saja.

"Adel! Sebenarnya apa yang lo pikirin sampe nekat terjun dari lantai 2?!"Mika menatapku garang. Aku menunduk takut.

"Aku cuma mau pergi dari runah Oma," gumamku.

"Tapi nggak pake terjun dari lantai 2 juga, kali! Dasar buuoddoh! jantung gue hampir aja berhenti. Dari dalam suaranya ribut banget, belum lagi lo tiba-tiba jatoh. Untung aja Gara udah siap nangkep lo, kalo nggak, gue nggak tau gimana jadinya."

Oh, ya. Gara! Aku lupa!

Tubuhku terasa hangat, baru kusadari ada dua tangan kekar memeluk perutku. Aku mendongak, menatapnya yang tetap diam sedari tadi, meski teman-teman sudah ribut memintaku ke rumah sakit untuk memastikan aku baik-baik saja.

Dia pasti marah, ya pasti dia marah, Adel! Semuanya gara-gara kamu sendiri!

"Ga-Gara...." suaraku bagaikan cicitan tikus yang ketakutan dimangsa kucing, tapi Gara sama sekali tak bereaksi.

Aku makin bingung. Aku nggak suka Gara mendiamkanku seperti ini. Aku menoleh, menatap Bintang, Mika dan yang lainnya meminta pertolongan dengan mataku yang mulai berkaca-kaca tetapi dengan teganya mereka malah angkat bahu dan melangkah menjauhi kami berdua.

Tega!

Baru kali ini aku lihat Gara marah, dan ini sangat menyeramkan.

Lebih baik dia membentak atau memarahiku, daripada mendiamkanku seperti ini.

"Gara...." aku memanggilnya lagi.

Kali ini air mataku sudah siap tumbah saat tiba-tiba Gara mendekapku erat. Sekarang giliran aku yang diam bagaikan orang bodoh. Kepala Gara sudah bersembunyi di ceruk leherku. Aku bisa merasakan hembusan napas panjangnya di leherku, membuatku merinding.

"Berhenti membuatku khawatir, Adel. Kamu nggak tau, kamu hampir membuat jantungku berhenti berdetak."

Suaraku tercekat di tenggorokan, salah tingkah dan malu karena ulahnya. Hanya kata maaf yang keluar dari mulutku.

"Berjanjilah, jangan pernah melalukan hal bodoh seperti itu lagi."

Aku langsung menganggukkan kepalaku seperti mainan di dasboard mobil saat melihat mata Gara berkilat tajam. Setelahnya, dia membuat jantungku berpacu dengan menerbitkan senyum secerah mentari.

Pipiku terasa panas. Sudah pasti sekarang warnanya sudah semerah tomat busuk. Belum lagi perutku yang terasa geli bagaikan digelitik ribuan kupu-kupu. Kenapa hanya dengan sebuah senyuman, efeknya bisa seperti ini?

Kalau begini caranya, Gara nggak boleh tersenyum seperti itu sama cewek lain. Mereka bisa langsung terpesona dan jatuh cinta sama Gara.

Eh? Kenapa aku jadi seperti cewek posesif begini? Padahal status kami aja masih belum jelas.

Love Love StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang