Part 13

1.9K 94 22
                                    

Enjoy,

.....

Mika terus menggerutu di samping Pak Wahyu yang sedang mengemudi. Mengutuk persetujuan Gara, yang membuatnya harus berada satu mobil dengan guru yang menurutnya selalu cari muka dihadapan murid-murid ceweknya.

Adel tertidur tenang di kursi belakang, dengan kepala menyandar di dada Gara. Dari kaca spion depan, sesekali Mika mengawasi cowok itu membenarkan posisi tidur Adel atau mengelus-elus tangannya agar Adel merasa nyaman dalam tidurnya.

"Kamu masih belum mengerti juga, Mika?" tanya Pak Wahyu. Matanya masih fokus pada jalanan di depannya yang tidak terlalu ramai.

Mika mendelik sinis, "Apa yang harus saya mengerti? Bukankah ini cuma masalah ego kalian, para cowok yang kelewat tinggi."

Bilangnya cinta, disuruh gendong bentar langsung ogah. Cibir Mika dalam hati.

Guru olahraga itu terkekeh pelan, "Ternyata pemikiranmu masih dangkal, Mika."

"Apa maksud Anda?" sentak Mika tak terima. Tubuhnya sudah berbalik menghadap Pak Wahyu. Dari ekor matanya ia bisa melihat Gara menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan agar tak memulai perdebatan. Tetapi Mika tak peduli.

"Dengan status Bu Adel yang seorang dokter magang di sebuah SMA, apa pemikiran orang-orang yang melihatnya mabuk dan digengong seorang cowok?" tanya Pak Wahyu datar.

"Bilang saja salah minum. Lagian kalau kami pulang naik taksi, kami bisa turun tepat di depan rumah," jawab Mika cepat.

"Kamu mau menjelaskan pada setiap orang yang kalian temui? Lalu, kamu lupa di pos kompleks perumahan Bu Adel, selalu ada satpam yang memeriksa setiap ada taksi yang lewat untuk prosedur keamanan?" terang Pak Wahyu.

Mika sudah siap membantah, namun seolah tertampar dengan penjelasan guru olahraga tadi, cewek itu kehilangan suaranyanya.

Penjagaan di kompleks Adel memang sangat ketat. Oleh sebab itu, Adel merasa aman meskipun bertahun-tahun tinggal sendirian di rumah.

Mengatupkan rahangnya yang keras, Mika membuang muka. Membalikkan posisinya kembali menghadap ke depan dengan kedua tangan bersedekap di depan dada.

Pak Wahyu tersenyum puas atas kemenangannya.

"Egh... dingin...."

"Adel, lepas dulu!"

"Dingiiin Gara...."

Dua pasang mata yang berada di kursi bagian depan mobil itu melotot sempurna melihat pemandangan di kursi belakang yang terlihat jelas dari spion depan.

Adel dengan santainya memeluk Gara dengan erat, menyerukkan wajahnya lebih dalam ke dada bidang Gara. Gara sendiri tak bisa berbuat banyak, setiap cowok itu menjauhkan Adel, cewek mabuk itu kembali mengigau dan memeluknya. Bahkan lebih erat.

Kalau sampai ada orang yang melihat Adel yang mabuk, apalagi sekarang Adel sudah seperti koala yang menempel erat pada Gara. Penjelasan seperti apa pun, akan kalah dengan pemandangan yang terpapar di depan mata. Bisa-bisa esok paginya akan ada gosip yang aneh-aneh tentang mereka.

"Anda tau Pak, Adel itu adalah orang yang sangat saya sayangi. Makanya, saya juga nggak bisa menyerahkan Adel pada cowok yang biasa-biasa aja--" Mika sengaja menggantung kalimatnya. Memastikan dua cowok di dalam mobil itu mendengarkannya. "paling nggak harus dengan cowok yang rela menundukkan kepalanya dan merendahkan egonya demi melindungi Adel."

Mika menoleh ke samping, nyengir ke arah Pak Wahyu yang tengah mengemudi dalam diam.

"Lagian, masalah umur dan status itu, dalam beberapa bulan ke depan juga akan menguap dengan sendirinya. Iya, kan?"

Love Love StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang