Part 1

7.2K 256 69
                                    

Enjoy,

.....

Rabu siang tepat saat jam istirahat makan siang berbunyi, ruang kesehatan SMA Bimasakti telah ramai diserbu beberapa murid pria, seorang gadis mungil yang memakai jubah putih khas dokter sibuk mondar-mandir mengobati beberapa murid dengan cekatan. Rambut panjang bergelombangnya ikut menari meliak-liuk mengikuti gerakan tubuhnya meski ia sudah mengikatnya tinggi-tinggi.

"Kak Adel, ada plester gak? tadi aku jatuh nih, lututku berdarah...."

"Kak Adel, Ada obat sakit perut gak?"

"Kak Adel minta obat merah!"

"Aduh, kepalaku pusing...."

"Aduh, perutku juga sakit kak Adel."

Beberapa murid cowok sudah antre di depan meja Adel dengan keluhan mereka masing-masing.

"Iya sebentar ... aku ambilin plester, obat sakit perut sama obat merahnya dulu...." sahut gadis yang dipanggil Adel dari ruang obat meninggalkan mereka yang beberapa duduk di bangkar pemeriksaan dan yang lainnya duduk di depan meja kerjanya.

Braakk!

Suara gebrakan pintu mengagetkan seluruh orang yang berada di ruang kesehatan itu. Seketika semua orang bergidik ngeri melihat siapa yang berdiri di hadapan mereka.

Seorang siswi tinggi berambut dark brown panjang sepunggung berdiri menyilangkan kedua tangannya di depan dada, wajah cantik orientalnya datar tanpa ekspresi tetapi netra hazelnya memberikan sorot tajam mengancam pada setiap murid yang ada di ruang kesehatan tersebut.

"Kenapa orang yang luka juga ikut-ikutan sakit perut, huh?" tanya gadis itu garang.

Mendadak ruang kesehatan menjadi hening, dingin dan mencekam.

"Kalian yang cuma pura-pura sakit lebih baik cepat angkat kaki dari sini!" perintah gadis itu dengan suara menggelegar, membuat semua orang dalam ruang kesehatan itu kabur serentak.

.....

"Adel, udah gue bilang kan, seharusnya lo itu minta pindah tugas aja dari sini! Lagian ngapain lo mau ngurusin cowok-cowok yang udah jelas ketahuan pura-pura sakit!" omel Mika -gadis yang mengusir para 'serangga' dari ruang kesehatan tadi- seraya duduk di depan Adel.

"Aku nggak papa, Mik. Mereka juga kan nggak punya maksud apa-apa, masak aku harus cuekin mereka?" Adel mengambil satu buah strawberry dari kotak makannya lalu memasukkannya kedalam mulut, mengunyahnya perlahan sebelum kembali berkata, "bisa nggak kamu manggil aku kak Adel? Gini-gini aku lebih tua beberapa tahun dari kamu loh!"

"Nggak bisa!" balas Mika spontan.

"Dari umur doang lo lebih tua dari gue. Soal wajah sama tinggi badan lo itu kayak anak SMP!" tambah Mika kelewat jujur.

Adel cemberut. Kesal dengan kenyataan di depan matanya.

Mika, sepupunya yang baru kelas tiga SMA memiliki tubuh tinggi dan wajah rupawan bak model-model internasional. Sedang dirinya sendiri berwajah baby face dan pertumbuhannya seperti berhenti saat ulang tahunnya yang ke 15.

Sungguh tidak adil.

"Gimana bisa lo bilang mereka nggak punya maksud apa-apa? Jelas banget mereka punya maksud tersembunyi! Pake logika lo sebagai seorang wanita dewasa, dong!" Mika kesal dengan sikap sepupunya yang terlalu baik itu.

Sejak kedatangannya senin lalu sebagai dokter magang disini, ruang kesehatan yang biasanya sepi tak berpenghuni tiba-tiba selalu ramai didatangi para siswa dan guru dengan berbagai keluhan sepele, minta plester lah, obat merah lah, yang menurut Mika semua itu cuma modus mereka untuk mendekati Adel.

Kalau yang datang siswa atau guru pria yang masih single rasanya masih wajar tetapi kadang ada juga guru paruh bawa yang sudah menikah dan punya anak juga tebar pesona pada Adel yang membuat Mika sangat jengah.

"Walaupun begitu karena memang aku adalah dokter sekolah, aku punya kewajiban untuk membantu mereka, Mika," balas Adel ringan yang membuat Mika semakin kesal.

Sebelum Mika sempat membalas kata-kata Adel, terdengar suara tarikan tirai dari ranjang pasien kedua yang sejak tadi memang masih tertutup rapat, sepasang kaki panjang turun dari ranjang menapakkan sepatu hitamnya di lantai keramik yang berwarna putih tulang.

Mika dan Adel sama-sama kaget, tak mengira di ruangan ini masih ada orang lain selain mereka berdua. Apalagi sejak jam istirahat pertama Adel selalu ada di ruangan ini, tapi kenapa ia sampai tak menyadari ada orang yang masuk dan tidur di sini.

Murid cowok itu masih duduk di bankar pasien dengan wajah mengantuk sambil mengerjapkankan mata sayunya beberapa kali seolah sedang mengumpulkan nyawanya yang masih tercerai-berai di alam mimpi.

"Sejak kapan kamu tidur disitu? Siapa nama kamu dan dari kelas berapa?" tanya Adel beruntun saat dirasa anak cowok itu sudah cukup sadar.

"Sejak jam istirahat pertama, Anda tak ada di tempat jadi saya langsung istirahat karena kepala saya pusing sejak jam pelajaran pertama," jawabnya sambil memijit pelipisnya yang masih sedikit berdenyut.

"Nama saya Anggara Dewantara dari kelas 3-Q." Adel segera mencatat nama dan kelas murid itu dibuku pengunjung.

Kelas Q adalah kelas unggulan di SMA Bimasakti yang terdiri dari murid-murid berprestasi dibidang akademik maupun non akademik.
Setiap kelas Q dari kelas satu sampai kelas tiga hanya memiliki maksimal sepuluh murid yang diharuskan tinggal di asrama yang khusus disediakan untuk mereka, tidak seperti murid dari kelas reguler yang diperbolehkan pulang ke rumah masing-masing. Kebetulan Mika juga kelas 3-Q, berarti anak ini teman sekelas Mika.

Mika melirik sinis Gara, salah satu hal yang ditakutinya muncul lebih cepat dari perkiraannya. Ia benar-benar ingin menjauhkan sepupunya itu dari para pengganggu, bukan cuma dari kalangan guru tetapi juga para murid terutama murid dari kelas Q seperti Gara.

"Jadi Anda dokter magang baru yang dalam tiga hari menjadi hot news di Bimasakti?"

"Jadi Anda dokter magang baru yang dalam tiga hari menjadi hot news di Bimasakti?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gara melirik Adel dari atas ke bawah memberikan tatapan menilai. Mika mendengus, tak suka dengan sikap Gara yang sama sekali tidak sopan. Sedang Adel hanya tersenyum formal sambil menyebutkan namanya,
"Saya Adelia Renata, salam kenal."

"Salam kenal," balas Gara sedikit membungkukkan badannya. "Maaf, saya tidak sengaja mendengar perbincangan kalian berdua. Saya rasa pendapat Mika untuk pindah dari sini perlu anda pertimbangkan."

"Huh?"

Gara berjalan pelan mendekati meja Adel, sedikit membungkuk hingga posisi wajahnya sejajar dengan Adel.
Mengatakan kalimat yang membuat Adel bingung, kemudian pergi meninggalkan ruang kesehatan.

"Dengan wajah dan pemikiran anda yang seperti ini. Anda masih terlalu hijau, tidak seharusnya berada di sarang serigala."

"Anak tadi ... barusan memujiku?" tanya Adel dengan wajah polosnya.

"DIA NGEJEK ELO, ADEL!" teriak Mika bersungut-sungut.

....

Untuk permulaan segini dulu deh,
Gimana-gimana ada yang tertarik baca cerita ini???

Ditunggu vote dan komentnya ya ~^_^~

Love,

Elie.

Love Love StrawberryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang