Awal mula

2.9K 155 30
                                    

Tubuh mati rasa dan pandangan memudar.
"Tetap bersamaku!" suara teriakan berdengung di telingaku.

Dengan susah payah aku menoleh. Kudapati sesosok lelaki membopong tubuhku seraya berjalan pelan. Ia terengah-engah, darah membasahi wajahnya.

Slep... seberkas cahaya melesat menembus dada sang lelaki. Dia terpental, aku mematung. Tubuhnya berdebum tiga meter di belakang. Mataku terbelalak. Sahabatku... komandanku... telah gugur.

Kesadaranku kembali. Bahuku perih. Kepalaku pening. Tangan kiriku... terpotong. Sang otak merespon, mengirimkan sekelebat bayangan tentang apa yang terjadi.

Aku ingat. Satu peleton yang dikirimkan untuk menjaga perbatasan diserang robot-robot. Mereka menyerang di malam hari ketika semua orang terlelap.

Aku menoleh ke belakang. Dada sang komandan berlubang. Jantungnya entah kemana. Saat kusapukan pandangan, kudapati hampir semua rekan yang berangkat bersamaku telah gugur.

Emosiku naik. Aku berteriak lalu maju menerjang. Sihirku tidak berfungsi. Kini hanya pedang sepanjang satu meter yang membantuku.

Tubuhku bergerak cepat. Pedangku mengayun kesana kemari. Atas, kanan, kiri, bawah, belakang, benda itu merobohkan satu persatu robot yang bersentuhan dengannya.

Tapi, aku juga memiliki batas. Setelah enam atau delapan robot roboh, tungkaiku lemas. Badanku ambruk bermandikan darah.

"Jadi... ini akhirnya..." aku berbaring menatap langit mendung di malam itu. Tapi satu hal yang tidak dapat kumengerti, robot-robot itu bergeming.

Nafasku tersengal satu-dua. Dadaku kembang-kempis mengisi paru-paru dengan udara. Seketika pandanganku menggelap. Kesadaranku hilang.

--

Unknown Knight S1 (End) Where stories live. Discover now