Fuck!

5.6K 285 89
                                    

18+

Gaun tidur ini sobek dibagian dadaku sehingga aku segera menutupi payudaraku yang telanjang dan menatap justin dengan tajam, "justin, apa yang kau lakukan?!" aku memberanikan diri untuk membentaknya. tangannya tak lagi mengendalikanku, aku hendak menggeser tubuhku dari desakannya yang begitu dekat namun ia menahan tangan kanan dan kirinya di kedua sisi sehingga aku tak dapat bergerak kemanapun, aku beralih untuk menatap kedua matanya dengan tatapan menantang, "kau bisa meniduri pelacur diluar sana. aku bisa memberimu uang untuk menyewa mereka" aku menatapnya dengan senyumku kali ini dan melanjutkan, "jika kau tak punya cukup uang" hinaku, justin kembali mengeraskan rahangnya, satu tamparan keras darinya berhasil mendarat pada pipi kananku yang membuat kepalaku menoleh lemah ke kiri.

apa yang dia lakukan?! menampar seorang wanita? apakah itu pantas? itu sama sekali tidak pantas.

aku kembali menegakkan kepalaku dan menatap lurus pada wajahnya, "tampar aku lagi, kau pengecut!" hinaku. justin kembali mendaratkan tamparannya, namun kali ini pada pipi kiriku dan dengan segera tangannya kembali menjambak rambutku, aku hanya bisa memejamkan mataku ketika ia menyentuh rambutku dengan kasar. pening, perih serta sesak memenuhi diriku namun perih di keningku kini jauh lebih buruk karena merambat pada kulit kepalaku.

"sak--it" ringisku, ringisan adalah yang paling tepat untuk mencegah tangisan. jika aku hanya diam, aku akan mendapati air mata sialan itu jatuh dan membasahi pipiku sekaligus harga diriku. "kau ingin aku menghentikannya?" tawar justin, aku hanya terdiam tanpa menggerakkan kepalaku sedikitpun, "jawab aku!" bentaknya lagi. "bunuh aku" ucapku singkat tanpa menatapnya. 

aku bukan perempuan lemah yang menyerah begitu saja ketika seseorang berusaha menjatuhkan harga diriku. lebih baik aku mati daripada harus hidup tanpa harga diri.

"ya itu pasti. tapi jauh lebih baik jika aku menyetubuhimu dulu" perkataannya membuat tenggorokanku tercekat dan seluruh tubuhku lumpuh seketika. tangan justin berusaha menyingkirkan tanganku yang tengah menutupi payudara telanjangku, "sekali lagi aku tegaskan, aku akan memberimu uang untuk menyewa seratus pelacur untukmu" bantahku dan masih mempererat tekanan tanganku pada payudaraku untuk tetap menutupinya. 

Semurah itukah wanita dimatanya? merobek gaun tidurku seakan ini tidak ada artinya, aku mungkin melupakan bagaimana febe yang dulu, apakah dia menyukai hal yang berbau seperti itu atau justru sebaliknya, tapi ini semua sangat tidak pantas. aku berusaha untuk menahan air mataku mati matian dengan rasa sesak di dadakku, serta pening di kepalaku dengan perlakuannya seperti ini, tidakkah ini lebih terlihat seperti hewan? jika dulu febe pernah melawan justin ketika ia tertekan seperti ini, aku akan benar benar memuji diriku dulu, aku tak bisa melakukan apapun selain mempertahankan air mata dan menutupi tubuhku, aku tidak mempunyai kata kata lain untuk melawan dan menyadarkannya untuk segera menjaga jarak dariku, aku tidak tau apa yang harus kulakukan selanjutnya.

"baiklah, bagaimana dengan ini?" justin tak lagi mencegah tanganku untuk menutupi payudaraku, tangannya beralih menyentuh bokongku dan meremasnya yang membuatku tak bisa menahan air mataku lagi. aku terlihat lemah dan menyedihkan, bagaimana cara melawannya bagaimana cara febe melawannya dulu?

"aku tidak bisa." lirihku, air mataku berhasil jatuh dan membasahi pipiku, aku bodoh, aku lemah dan aku benar benar menyedihkan. 

justin meremas bokongku dan menenggelamkan wajahnya di pundakku, ia menggigit permukaan kulitku disana dan membuatku sesak serta air mataku mengalir dengan deras. kompas pada otakku sedang tak berfungsi, aku tidak tau apa yang harus kulakukan sekarang, tubuhku terlalu lemah untuk melawannya. kalian bisa rasakan pening serta perih di kepalaku? kalian bisa merasakan betapa nyeri dan pegalnya kaki kananku yang masih terluka karena terhimpit dan harus berdiri sejak tadi untuk menopang tubuhku agar tidak jatuh?

Revenge ✔Where stories live. Discover now