Part 15

331 25 10
                                    

Zidny termenung.

Hari ini Iqbaal tidak masuk sekolah entah karena apa, saat ia mau bertanya pada Danu, Kiki dan Yanto, ternyata ketiga sahabat Iqbaal itu juga tidak hadir.

Lamunannya buyar saat ponselnya berbunyi. Ternyata line dari Kiki.

'Ke sekolah, gue jemput lu disana. Masalah Iqbaal. Cepet!'

Iqbaal? Ada apa dengan Iqbaal?
Terburu - buru Zidny mengganti pakaian lalu berjalan keluar kamar. Rumahnya terlihat sepi. Seperti biasa, papa dan mamanya pasti sibuk di kantor. Lagipula ia sudah terbiasa sendirian.

Dengan langkah lebar, Zidny berjalan ke arah pangkalan ojek terdekat. Ia bisa saja minta diantar oleh supir pribadinya, tetapi sedari tadi ia melongokkan kepala ke kanan kiri tak kunjung juga menemukan supirnya itu.

Hanya butuh beberapa menit Zidny telah sampai di depan sekolah, sudah ada Kiki yang bersandar di mobil.

"Kiki!" seru Zidny lalu berlari kecil menghampiri lelaki bertubuh agak gempal itu setelah membayar ongkos ojeknya.

"Ayo cepet naik!" perintah Kiki langsung sambil membukakan pintu mobil untuk gadis yang baru saja sampai. Dan Zidny untungnya penurut.

Sebenarnya Kiki juga tak tahu mengapa ia memilih sekolah yang menjadi tempat pertemuan, padahal banyak tempat lain yang lebih dekat kerumah Iqbaal. Dalam kondisi genting seperti ini mana bisa Kiki berfikir, apapun yang terlintas di pikirannya itulah sebuah ide, menurutnya.

Sialnya tinggal dikit lagi menuju perumahan Iqbaal, macet menjadi penghalang. Maklum saja, hari sudah petang banyak orang yang ingin pulang ke rumah setelah lama beraktivitas. Kiki mengumpat pelan melirik kearah jam ditangan kirinya.

"Ki, kalo gue boleh tau, sebenernya kenapa?" tanya Zidny ragu. Ia sedikit takut melihat Kiki yang seperti ini. Agak mengerikan. Kiki hanya menghela napas tanpa niat menjawab.

"Terus kenapa tadi kalian nggak masuk?"

Kalian yang Zidny maksud sudah pasti tertuju ke Danu, Iqbaal, Kiki, dan juga Yanto.

Kiki melirik ke arah gadis di sampingnya, "intinya yang perlu lu lakuin nanti, bujuk Iqbaal sampe dia mau keluar dari kurungannya."

Zidny melotot. Ia tak salah dengar, kan? Kurungan? Iqbaal dikurung?

"IQBAAL KENAPA ANJIR?"

"Zidny, gua mohon, diem ya,"

Zidny mengerucutkan bibirnya kesal mendengar ucapan Kiki. Apa salahnya ia ingin tahu? Dasar gendut!

Tak terasa sudah sampai lah mereka di rumah sang pembuat onar. Kiki dan Zidny berjalan bersama memasuki rumah Iqbaal. Sampai di sebuah kamar yang di depannya sudah banyak sekali orang entah mau ngapain Zidny juga bingung.

"Ki, kita gapapa ini main masuk aja ke rumah orang? Itu siapa lagi?" bisik Zidny pelan. Kiki mendengus.

"Nggak usah banyak tanya deh," lagi - lagi Zidny kesal dengan ucapan Kiki. Baru saja ia ingin menjitak kepala Kiki, namanya dipanggil oleh wanita paruh bayu yang ada di depan kamar tersebut. Zidny berjalan mendekat lalu mencium tangan lelaki dan wanita paruh bayu yang sudah ada di hadapannya sekarang.

"Zidny ya? Saya ayahnya Iqbaal. Maaf mengganggu waktu kamu, tapi ini penting. Boleh om minta tolong?"

"Eh? Minta tolong apa, om?"

"Dari kemarin Iqbaal nggak mau keluar dari kamar. Dia juga belom makan. Tolong ya bujuk Iqbaal seenggaknya biar dia mau makan gitu," kali ini yang berbicara wanita paruh baya yang tadi sempat memanggilnya. Mungkin dia bundanya Iqbaal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm YoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang