Part 3

421 137 34
                                    

Sayat saja semua sayapku.

Patahkan tulangnya dan biarkan aku tinggal disini.

Biarlah sayapku hilang asalkan aku menemukan tempat baru untuk singgah

Cabut saja setiap bulu sayapku.

Walau sakit ijinkan aku tetap disini.

Sakit..
Walau sakit aku hanya ingin tinggal disini.

Cabut sayapku dari punggungku.

Aku cukup lelah berjelajah untuk terbang.

Mencari tempat untuk singgah.

Dan aku tak menemukan apapun.

Aku benci sendiri.

Aku benci sunyi.

Hujan turun disudut pipiku.

Tak apa sayapku hilang.

Tak apa aku tak bisa terbang.

Tak apa aku tak bisa berjelajah

Tak apa aku kesakitan

Tak apa aku menangis.

Asalakan aku tetap disini.

Karena ku benci kesepian.

Semua diam. Kelas seketika menjadi hening. Puisi yang baru saja dibacakan Iqbaal menyayat hati. Dan Iqbaal menggerutu dalam hati. Kenapa ia terlalu membawa perasaan saat membaca puisi ini. Uh, salahin Zidny lah, dia yang nyuruh gue harus se-maksimal mungkin, kesal Iqbaal.

Saat ini ada pengambilan nilai pembacaan puisi. Puisi itu sendiri dipilih oleh Bu Agnes, guru Bahasa Indonesia. Pengambilan itu diambil secara acak, tidak menurut absen atau apapun itu. Awalnya Iqbaal malas, tapi Zidny mengancam nya kalau tidak bisa serius dan fokus saat pembacaan puisi nanti, Zidny akan pergi ke kantin bareng Aldi.

Dan, ya! Berhasil lah ancaman Zidny. Karena memang sedari tadi Iqbaal terlalu fokus ke puisi --- yang sungguh sangat menggambarkan diri nya saat ini ---.

Terbukti dari Bu Agnes dan beberapa teman perempuan nya yang menangis. Lebay menurut Iqbaal.

Hening itu hilang saat Iqbaal memanggil nama Zidny. Iqbaal sengaja memilih Zidny yang memang belum maju membaca puisi. Zidny melotot. Bu Agnes malah menyetujui giliran Zidny, Zidny semakin melotot dan terpaksa maju ke depan kelas.

Saat berpapasan dengan Iqbaal, ia melihat teman laki-laki bermata setan nya itu menjulurkan lidah, tanda mengejek. Sialan! Dengan sengaja Zidny menabrak kencang bahu Iqbaal.

"Oke, ini puisi untuk kamu," perkataan Bu Agnes semakin membuat nya grogi, Zidny menghela napas sejenak.

Aku mencintaimu lewat hatiku bukan lewat mataku

Aku menyayangimu dengan perasaan bukan dengan pikiran

Aku mencintaimu dengan jiwa bukan dengan raga

Kutulis namamu di hamparan pasir tapi ombak menghapusnya

Kutulis namamu di langit cerah namun awan juga menghapusnya

Maka kutulis namamu di hati ini dan disanalah namamu tak terhapuskan selamanya...

***

I'm YoursWhere stories live. Discover now