Part 10

252 57 9
                                    

"HA ... Hmm hai, baal," Zidny gugup sendiri. Ia kira hanya ada Iqbaal, tapi ketika ia menengok kearah samping kiri sahabatnya itu, ada seorang gadis yang ia yakin lebih muda darinya sedang menatapnya tajam, mungkin?

Iqbaal terkekeh pelan menyadari sikap Zidny lalu dengan gemas Iqbaal mengacak rambut Zidny, "Nggak usah gugup gitu elah,"

"ANJIR NGGAK BISA BIARIN GUA CANTIK SEHARI APA?!" teriak Zidny heboh. Masalahnya gadis itu sudah bersusah payah berdandan untuk terlihat..ya setidaknya lebih enak dipandang gitu. Sebenarnya awal pergi ia sama mamanya ke kondangan, Zidny hanya berdandan se-natural mungkin. Tapi ketika tau Iqbaal akan menjemputnya, ia pergi menghampiri mama nya yang sedang mengobrol dan meminjam alat make up yang selalu dibawa sang mama di mobil. Sekaligus meminta izin mama nya untuk pergi bersama Iqbaal. Dan mama nya pun mengiyakan.

Intinya sih, Zidny dandan kembali agar terlihat 'lebih' di hadapan Iqbaal. Itu aja.

"Lu mau kayak apapun juga tetep cantik, sayang."

Zidny yang sedang merapikan kembali rambutnya yang berantakan menjadi terdiam. Berulang-ulang Zidny mengingatkan hatinya untuk tidak jatuh.

"Samping lu siapa, baal?" tanya Zidny sekaligus mengalihkan pembicaraan.

"Oh, ini ... "

"Hai, aku Tasya, adik KESAYANGAN nya bang Iqbaal," Zidny mengerutkan dahinya bingung, kenapa di kata 'kesayangan' harus diucap penuh penekanan? Dan kenapa juga adik Iqbaal ini tak punya sopan santun? Awal perkenalan yang buruk.

"Oh, hai, aku Zidny. Sahabat Iqbaal. Nggak perlu di tekan juga kan pas kata sahabatnya?" sindir Zidny sambil tersenyum miring. Iqbaal bahkan baru menyadari saat Zidny tersenyum seperti itu terlihat mengerikan.

Tasya bersedekap dada dan tersenyum mengejek, "baru banget jadi sahabatnya bang Iqbaal ya? Soalnya aku selalu tau semua tentang keseharian bang Iqbaal."

"Wajarlah. Kan kalian adik - kakak,"

Tanpa Zidny sadari jawaban darinya itu berakibat buruk bagi Tasya. Tasya beranggapan bahwa Iqbaal telah menceritakan semuanya pada Zidny.

Iqbaal sendiri bingung harus berbicara apa. Kalau ia mendukung Zidny, kasihan juga adiknya. Tapi kalau ia memilih Tasya, nanti Tasya ke-pede-an. Dan jika itu terjadi maka perasaan Tasya yang salah itu akan semakin menjadi.

"Gaya banget sih. Cantik juga nggak,"

"Tasya! Kalau kamu terus - terusan nggak sopan kayak gitu, mending kamu pulang sekarang," potong Iqbaal sebelum Zidny membalas ucapan Tasya. Zidny yang mendengar Iqbaal membelanya hanya memeletkan lidah ke arah Tasya, tanda mengejek.

"Abang bela dia? Abang ... "

"Udah diem! Udah izin sama mama lu, Zee?" Zidny mengangguk menjawab pertanyaan Iqbaal.

"Ayo kita berangkat,"sambung Iqbaal. Tasya mengepalkan kedua tangannya erat. Tasya kesal!

Reflek, Iqbaal menggenggam tangan Zidny, membawa gadis itu ke arah mobilnya yang terparkir di depan sana. Tasya awalnya tak menyadari, ia terus mengekori Iqbaal dan Zidny dari belakang. Sampai ketika Iqbaal menarik Zidny mendekat ke arah laki - laki tersebut, Tasya melihatnya. Terlihat hanya Iqbaal yang menggenggam, tangan Zidny yang digenggam hanya diam tanpa niat membalas genggaman dari kakaknya.

Zidny mencoba bersikap tenang. Sebisa mungkin ia menahan mulutnya untuk mengajukan pertanyaan kepada Iqbaal.

"Masuk!" perintah Iqbaal setelah membukakan pintu mobil samping pengemudi untuk Zidny. Tapi, Tasya buru - buru mengambil tindakan. Ia mendorong kasar bahu Zidny dan menyelonong masuk kedalam mobil. Zidny melongo dan Iqbaal hanya memutar mata kesal.

I'm YoursWhere stories live. Discover now