Part 2

683 152 41
                                    


Iqbaal melirik jam tangannya. Sudah mau bel, tapi kenapa Zidny belum datang juga? Ia mulai cemas. Berulang kali pula Iqbaal melihat handphone, berharap pesan nya di balas Zidny. Pikiran negatif mulai menghantui Iqbaal, apa Zidny sakit? Atau Zidny kecelakaan ditengah jalan? Atau ----

"Shh.."

Iqbaal meringis sambil mengusap dahi nya yang terkena pukulan. Ia melirik orang yang memukul dahi nya dengan tajam. Zidny tersenyum polos seakan tak merasa bersalah atas perilaku nya tadi.

"Lu ngapain daritadi ----"

"Lu kemana aja? Dateng nya kurang lama. Nggak sekalian aja lu telat sana," Iqbaal memotong ucapan Zidny, masih dengan menatap Zidny tajam. Zidny yang mulai terbiasa dengan mata 'setan' si Iqbaal hanya menanggapi dengan cengiran.

"Gua bangun kesiangan,"

"Ohiya, nggak kerasa ya udah satu bulan kita jadi anak kelas 3 SMA, udah satu bulan juga gua sekolah disini, tinggal disini. Nanti ajakin gua jalan-jalan keliling Jakarta ya, baal." oceh Zidny tak henti. Iqbaal yang mendengar ucapan terakhir gadis ituanya memutar mata bosan.

"Iqbaal ih. Diajakin ngomong malah diem. Ini gue serius. Anterin gua keliling Jakarta ya, gua kan masih baru, bel--" Iqbaal membekap mulut Zidny, sambil melotot kearah gadis di samping nya ini.

"Berisik. Lu ngoceh panjang lebar juga gua nggak akan mau ngajak lu jalan. Titik,"

Zidny melepaskan tangan Iqbaal dari mulut nya. Menatap Iqbaal dengan tatapan memelas, berharap laki-laki dingin itu berubah pikiran. Tetapi Iqbaal malah semakin melotot, sampai Zidny sendiri takut mata 'setan' Iqbaal akan jatuh ke bawah. Oke pikiran Zidny mulai goyah. Saat ini ia harus fokus memikirkan cara agar Iqbaal mau mengajak nya jalan.

"Yaudah kalau nggak mau, gua ajak yang lain. Kayak Aldi misalnya," pancing Zidny, seketika mengingat momen pertama ia dan Iqbaal berteman.

Zidny sempat mendengar Iqbaal mengumpat pelan, sebisa mungkin Zidny menahan tawa.

"Oke, kita jalan. Nggak sekarang. Nanti gua kabarin. Dan jangan coba buat deket-deket sama cowok lain, apalagi Aldi. Berani? Kita nggak temen,"

Zidny yang mendengar ucapan Iqbaal pun hanya terkekeh, lalu menyandarkan kepala nya di bahu laki-laki yang ia anggap teman itu sambil bernyanyi pelan. Tak peduli sikap nya yang bermanja dengan teman yang bahkan baru satu bulan dikenal nya, inti nya Zidny nyaman dan percaya sama Iqbaal. Iqbaal sendiri tidak merasa keberatan, malah ia senang. Perasaan nya berbunga - bunga.

Banyak murid yang menganggap Zidny mengoda Iqbaal. Tapi nyata nya tidak. Bukti nya ketika Zidny mulai menjauh karena mendenger gosip itu, Iqbaal malah semakin gencar mendekati Zidny. Dia tak ingin Zidny menjauh dari nya. Sebisa mungkin ia mencoba membuat Zidny nyaman dengannya. Iqbaal tak ingin Zidny berbicara dengan laki-laki lain. Dia hanya ingin Zidny bersama nya, selalu disamping nya.

Lamunan Iqbaal hancur saat ia mendengar Zidny teriak menyebut nama Fauzan. Ia melihat Zidny berlari-lari mengejar Fauzan yang memegang tas gadis itu. Iqbaal tak suka pemandangan di depan nya ini.

Apa tujuan Fauzan mengambil tas Zidny? Apa laki-laki itu ingin menggoda gadis-nya? Sialan! Iqbaal tak terima, dengan gerakan cepat Iqbaal mendekati Fauzan dan memukul nya. Fauzan yang tak siap dan tak tau mengapa Iqbaal memukulnya jatuh pasrah ke lantai, diiringi teriakan para gadis yang ada di dalam kelas, termasuk Zidny.

"Iqbaal! Stop, baal! Udah,hey,berhenti!" Zidny memegang tangannya menahan gerakan laki-laki itu yang ingin memukul kembali Fauzan. Iqbaal membeku. Perlahan emosi nya surut.

I'm YoursKde žijí příběhy. Začni objevovat