Philophobia Part 13 : Jimin is back!

Start from the beginning
                                    

"tapi, Hyung.."

"hhh.. baiklah, hanya satu malam. Aku tidak akan berlama-lama menginap sampai kakimu sembuh. Hanya untuk malam ini saja. Ayolah, kumohon.. aku mengkhawatirkanmu, dan Taehyung sudah menitipkanmu padaku. Jadi, kumohon.. biarkan aku menjagamu untuk satu malam. Aku tidak ingin kau terlalu banyak bergerak, Kookie. Kau sedang dalam masa penyembuhan."

Jungkook terlihat berpikir keras, hingga akhirnya ia menghela nafas panjang dan mengangguk kecil, membuat Namjoon tak dapat menahan senyum leganya.

"baiklah, Hyung. Hanya satu malam, dan.. kau tidak perlu tidur di sofa, kau bisa menggunakan kamar Taetae hyung di sebelah kanan sana. Aku tidak ingin merepotkanmu, Hyung. Kau sudah banyak membantuku dengan membawaku ke Rumah Sakit dan membayar biaya pengobatanku. Aku tiak ingin merepotkanmu lebih dari itu dengan membiarkanmu melayaniku seperti seorang Raja."

Namjoon berdecih geli, kemudian tangannya terangkat untuk mengusak gemas surai Jungkook.

"aigoo.. pemikiranmu itu terlalu jauh, Kookie. Aku sama sekali tidak keberatan melakukan itu semua. Kau sedang kesakitan, sebagai manusia sudah seharusnya aku membantumu, bukan? Dan lagi ingat, Taehyung sudah memintaku untuk menjaga dan mengawasimu."

Jungkook kembali menggigit bibir bawahnya sebelum berkata, "gomapta, Hyung. Kau memang orang baik. Aku akan menggan–"

"sstt.. jangan berani-berani membahas soal ganti-mengganti, Kookie. Cha, sekarang waktunya kita beristirahat, aku akan membantumu ke kamar, setelahnya aku akan tidur di sofa. Aku tidak bisa tidur di kamar Istri Hyung ku. Hehehe."

Jungkook tersenyum geli mendengar alasan Namjoon, dan hanya bisa pasrah –mengeratkan pelukannya pada leher Namjoon kala lelaki itu menggendongnya ke kamarnya.

Namjoon meletakkan Jungkook dengan lembut ke atas ranjangnya dan menarik selimut hingga menutupi tubuh Jungkook sampai ke dagu.

"cha, selamat tidur, Kookie. Apakah kau butuh sesuatu sebelum tidur, Kookie?"

Jungkook menggeleng kecil seraya tersenyum tipis, "tidak, Hyung. Terima kasih."

"no problem, Kookie Kookie. Cha, aku ke depan, ya. Ingat kalau ingin ke kamar mandi atau butuh apapun, teriak saja, panggil namaku. Arrachi?"

"arraseo, Hyung. Gomapta." Namjoon menyempatkan diri untuk mengusap sayang kepala Jungkook, membuat sang empu tertegun.

"jaljjayo, Kookie." Bisik Namjoon sebelum beranjak dari ranjang Jungkook.

"n-ne, jaljjayo, Hyung."


***


Park Jimin tak dapat menghentikan senyumnya sementara matanya tengah menatap lekat secarik kertas yang merupakan tiket pesawat dalam genggaman tangannya, seakan tak memperdulikan beberapa suara yang memanggilnya dengan nada tinggi –melengking, berteriak.

"PARK JIMIN!!"

"OPPA!!"

"astaga kau tampan sekali!!"

Seakan tuli, Jimin sama sekali tak mengubris segala pujian bernada tinggi yang dikhususkan untuknya itu, sementara di sampingnya, Sejin sudah menjelma menjadi pengumpul hadiah sekaligus bodyguard sang Artis yang masih sibuk dengan tiket pesawat di tangannya. Huh, andai Jimin sedikit saja memahami dirinya saat ini, seharusnya lelaki bermata kecil itu sedikit mempercepat langkahnya, bukannya malah sibuk memperhatikan tiket di tangannya bagaikan sebatang emas mulia yang belum pernah dilihatnya seumur hidup, dan memperlambat langkahnya menuju gerbang penerbangannya. Seakan membiarkan tubuhnya dicubit, disentuh, bahkan ditarik oleh beberapa penggemarnya yang sengaja datang berbondong-bondong ke bandara Jeju hanya untuk melepas kepulangan sang Artis ke Seoul. Alhasil pekerjaan Sejin menjadi semakin berat saja untuk menghalau tangan-tangan nakal –brutal para fans di tubuh Jimin.

Philophobia (JiKook / MinKook)Where stories live. Discover now