35

1K 178 55
                                    

"Okay love bird. That's enough."

Aku tersenyum kemudian mengalihkan pandanganku kearah lain. Alih-alih membuang mukaku yang kuyakini sudah merah, aku melihat sebuah pisau milikku diatas meja kayu. Didekat Calum.

Oh my baby!

"So what's the plan?" Tanya Calum memecah keheningan.

Aku menoleh kepadanya kemudian tersenyum, "gue punya ide. But, it might not be that easy but i hope we can do it. Jadi, menurut perkiraan gue sebagai mantan psikopat, sebentar lagi Ashton akan muncul entah untuk melakukan apa. Mungkin akan menyiksa diantara kita berempat. Atau sekedar mengecek keadaan kita. Nah, kita ikuti saja permainan dia. Apa maunya dia. Dan jika salah satu diantara kita harus ada yang menyakiti seseorang disini--"

"Like what Athena did to Lily, you mean?" Tanya Michael memotong ucapanku.

Aku mengangguk, "yes, like what Athena did to Lily. Gue lanjut, dan jika ada seseorang diantara kita yang harus menyakiti seseorang disini, ikuti dan siksa salah satu diantara kita. Dan, kalau bisa, buat dia semakin sekarat."

"Do you lose your fucking mind?! You're crazy!" Bentak Michael kepadaku.

Aku menghela nafasku pelan, "Mike, seseorang harus melakukan pengorbanan. Lagipula, semakin sekarat seseorang yang lo buat, bakal semakin puas dia. Semakin cepat pula dia keluar dari ruangan ini. Lo ngerti?" Kataku seraya menatap kearahnya. Mukanya pucat mendengar penjelasanku. Sekali lagi aku menghela nafasku dan tersenyum untuk meyakinkannya, "i promise you, kita bakal selamat walaupun salah satu diantara kita harus ada yang sekarat."

"Gue pegang janji lo, jerk."

"Oke, selanjutnya, itu Cal diatas kepala lo disamping kiri lo diatas me--"

"Gue tau cepet ngomong napa dah aelah," kata Calum tak sabaran.

Aku terkekeh, "sorry. Jadi, diatas situ ada pisau punya gue. Dan, gue yakin si Jackson lupa ngambil pisau itu lagi."

Calum mengangguk lalu ketika kakinya hendak menendang meja itu aku langsung berteriak, "jangan keras-keras! Ntar mereka denger!"

Calum tersenyum seperti kuda kemudian kembali menendang-nendak bawah meja dengan pelan--nggak pelan-pelan amat sih.

CLANG!!!

Pisau itu berhasil jatuh kebawah dengan bunyi yang cukup keras. Aku berdecak sebal ketika mendengar bunyi dentuman yang keras itu, "bego, kalo mereka denger gimana?"

"Sorry. Terus ini mau diapain?"

"Bawa sini."

Calum langsung menendang pisau itu kearahku dan dapat dengan mudah kutangkap. Aku tersenyum senang ketika melihat benda kesayanganku kembali padaku.

"Sst! Luke! Sembunyiin! Someone is coming!" Desis Athena padaku.

Aku mengangguk dan dengan cepat ku tarik pisau itu dengan kedua kakiku lalu menaruhnya dibelakangku.

"Apa kalian tidur nyenyak tadi malam?" Sapa Ashton dengan seringaian diwajahnya.

Tidak ada yang menjawab. Semua bungkam menutup mulut mereka masing-masing.

Aku sedikit tersentak ketika Ashton datang menghampiriku. Seringaian diwajahnya terus melekat disana. Jantungku berdebar keras, takut jika ia tahu kalau aku sedang menyembunyikan sebilah pisau dibelakangku.

Namun, yang dia lakukan hanyalah menatapku dengan tatapan dinginnya dan kemudian ia beralih kepada Athena. Kuhembuskan nafasku pelan.

Leganya itu kayak abis pup tau gak.

Plong.

Wenak tenan.

Dengan susah payah, aku mencoba membuat pisau itu berdiri dengan tangan yang terikat seperti ini. Berkali-kali mata pisaunya malah salah kena sasaran dan tanganku yang mulus nan bersih berhasil tergores.

"Aww!" Pekikku ketika mata pisau itu menggores tanganku.

Ashton menoleh dan menatapku curiga, "kenapa lo?"

Aku langsung menggeleng cepat kemudian tersenyum canggung, "eh--anu--eh--gimana ya bilangnya..."

"Jangan main-main sama gue! Ada apa?!" Bentaknya didepan wajahku.

Mantab bau nafasnya. Ni orang kagak gosok gigi apaya?

"Eh itu...gue mau pup."

Athena, Calum maupun Michael menutup mulut mereka mencoba untuk menahan tawa mereka. Tertawalah sebelum kalian ditertawakan, wahai sobat.

Ashton memicingkan matanya, "oh. Tahan lah. Lo pup disini juga nggak pa-pa."

Ia kemudian berdiri dan tersenyum, "okedeh. Berhubung nggak ada yang kabur, gue balik keatas ya." Katanya kemudian ia keluar dari ruangan ini.

Aku menghela nafasku pelan. Lalu dengan cepat aku kembali mencoba untuk membuat pisau itu berdiri.

10 menit berlalu dan akhirnya aku bisa merasakan mata pisau itu mengenai sikuku. Dengan gerakan cepat, aku memotong tali yang mengikat pergelangan tanganku. Michael dan Calum terus-terusan menatap kearahku. Keringat dingin mengalir diwajah mereka. Aku berhenti melakukan kegiatanku kemudian menatap mereka kesal, "lo bedua itu kayak lagi nonton film bokep secara live tau gak. Udah deh jangan liatin gue, sana liatin satu sama lain aja. Siapa tau ada yang jatuh cinta."

Michael dengan senyuman genitnya menatap kearah Calum. Ia langsung memonyongkan bibirnya dan membuat suara seperti ingin mencium. Calum langsung berdecak sebal, "ya Tuhan, kenapa gue punya temen gini banget ya," katanya membuat kami tertawa.

Yah... setidaknya, kami masih bisa tertawa sebelum kami sudah tidak bisa lagi tertawa.

Tapi aku yakin, sesakit apapun penderitaan kami disini...semua akan berakhir.

---

BELUM ADA YANG MATEQ KOK TENANG AJA. WKWK. GARING YA INI?

MUNGKIN 1 ATAU 2 PART LAGI SAMA EPILOG CERITA INI BAKAL SELESAI. YAS. GUE SENENG YAS.

Addicted || l.r.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang