24

914 183 19
                                    

Senin, 23 Mei 2013

Author's POV


Lelaki itu berdiri menghadap cermin dikamarnya seraya membenarkan rambutnya yang terlihat acak-acakkan. Ada lingkaran hitam dibawah matanya. Ia memang tidak tidur dengan nyenyak semalam.

Lelaki itu menghela nafasnya berat kemudian meraih tas punggungnya lalu ia keluar dari kamarnya.

"Luke!" Panggil seseorang tak terlalu keras namun tak terlalu pelan ketika ia hendak menutup pintu kamarnya.

Lelaki bernama Luke itu dengan segera menoleh dan menatap sepupunya dengan tatapan dinginnya, "apa?" Tanyanya tak kalah dingin.

Jackson, sepupunya itu dengan cepat menutup pintu kamarnya kemudian menghampiri Luke, "dingin amat mas broh," Jackson terkekeh pelan.

Luke tidak menghiraukan gurauan sepupunya itu. Setelah mengunci pintu kamarnya, ia berjalan dan turun hendak keluar dari rumah.

Jackson mendengus pelan melihat tingkah sepupunya yang aneh itu. Tapi, ia tetap saja melangkah dengan cepat hendak mensejajarkan langkahnya dengan Luke.

"Biar gue yang bawa mobil," Ucap Jackson, dengan cepat ia meraih kunci mobil yang berada diatas mangkuk kecil.

Luke tetap bergeming, ia mengikuti langkah Jackson yang sudah terlebih dahulu berjalan didepannya. Masih dengan diamnya, Luke duduk dikursi penumpang, disebelah kursi pengemudi.

Selama perjalanan, Luke hanya diam tak berbicara. Ia juga tidak menjawab ketika Jackson bertanya ada apa dengannya.

Luke sibuk dengan dunianya.

Atau lebih tepatnya, Luke bukanlah seorang Luke.

"Apa yang harus kulakukan nanti disekolah?" Tanya Luke dengan tiba-tiba.

Jackson menolehkan kepalanya lalu mengernyitkan dahinya, "aku?" Tanyanya.

Luke mengangguk, "apakah ada pelajaran membunuh disana?" Tanyanya dengan suara datarnya.

Jackson terdiam seraya menatap wajah sepupunya itu. Bagaimana bisa jiwanya yang lain, yang hanya tahu membunuh, itu bisa mengontrol tubuh Luke pagi ini.

Bukanlah hal yang tidak wajar, hanya saja, Lucas biasanya akan mengambil alih ketika malam tiba. Bukan saat seperti ini.

Itu yang Jackson pikir.

"Lucas?" Tanya Jackson dengan takut-takut.

"Jangan panggil Lucas ketika berada disekolah," ia mencoba untuk menarik nafasnya, "jawab pertanyaanku. Apa yang harus kulakukan nanti?"

"Act like you're a student."

"How?"

Jackson menepuk jidatnya pelan kemudian memutar kedua bola matanya, "really, Lucas? Lo cuman tinggal berbaur sama orang-orang atau jangan karena Luke orang yang sangat pendiam. Lo tinggal dengerin guru-guru lo ngomong disetiap kelas. Jadwalnya ada diloker Luke dan loker Luke ada disamping loker gue," aku berhenti sebentar, "dan jangan pake aku-kau-kamu. Jangan baku. Pake lo-gue. Gampang kan?"

Luke mengangguk kemudian kembali menatap kearah luar. Hingga beberapa menit kemudian, mobil mereka masuk kedaerah parkir sekolahan. Luke turun dari mobilnya lalu menatap siswa-siswi yang melewatinya dengan tatapan dinginnya.

Ketika kakinya hendak melangkah, Jackson menahannya. Menyuruhnya untuk pergi bersamanya. Luke hanya mengangguk dan menuruti.

Ketika Luke sedang mengambil beberapa buku didalam lokernya, seseorang mendorongnya dengan keras sehingga membuat suara dentuman keras dari lokernya. Luke menatap marah kearah orang itu.

Orang itu adalah Calum.

"Mana Athena?!" Tanya Calum dengan geram. Lalu, teman-teman Calum yang lain muncul dibelakang punggungnya. Menatap Luke dengan tatapan cepat-jawab-pertanyaan-kami.

Luke melepaskan tangan Calum yang mencengkram bahunya dengan kuat, "gak tau." Jawabnya singkat.

"Rumah lo itu depanan sama Athena, gimana bisa lo gak tau?" Tanya Michael dengan sedikit bentakan.

Luke menatap mereka semua dengan tatapan dinginnya, "apa perlu gue tau semuanya tentang Athena? Enggak kan?"

Calum maupun Michael terdiam beberapa saat. Hingga akhirnya Michael maju satu langkah lalu membisikkan sesuatu ditelinga Luke, "gue tau apa yang lo sembunyiin selama ini. Gue cuman peringatin lo buat hati-hati karena cepat atau lambat semua orang bakal tau jeleknya elo."

Luke tertawa dingin mendengar bisikkan itu. Hingga ketika Michael melangkah mundur, giliran Luke yang melangkah maju, "coba saja. Jika aku yang tidak terlebih dahulu memotong lidah kalian semua sehingga tidak ada satupun kalian yang berbicara tentangku kepada polisi," bisiknya kemudian ia melangkah mundur dan menutup loker miliknya dengan keras.

Michael mematung mendengar ucapan Luke. Ia tidak tau harus berkata apa dan berbuat apa. Ia hanya bisa terdiam.

-------

HAIII!! ADA YANG KANGEN GUE GK HUEHEHHEE

MAKIN GAJELAS YA EMANG.

ITU DI MULMED GUE ADA BUAT TRAILER. EMANG GAJELAS TERUS JELEK GUE NYOBA-NYOBA DOANG HUE.

DONT FORGET TO LEAVE YOUR VOMMENTS x

Addicted || l.r.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang