13

1.4K 227 17
                                    

Calum's POV

Kulayangkan pukulanku berkali-kali kewajah lelaki dihadapanku ini. Tak memperdulikan tatapan setiap orang yang berada disini.

Aku menatapnya sinis, "Lo bego apa gimana, hah?!" Tanyaku. Kemudian, tanganku kembali melayangkan pukulanku kewajahnya membuat dirinya tersungkur kebawah.

Lelaki dihadapanku ini hanya tertawa singkat kemudian berdiri. Tanpa aba-aba, ia langsung membalas pukulanku dengan kuat tepat mengenai rahang ku. Lagi, ia melayangkan pukulan lainnya dan mengenai tepat di hidungku. Sehingga, darah segar mengalir dari kedua lubang hidungku.

Aku mengusap kasar darah yang hendak mengalir, kemudian membalas pukulannya berkali-kali secara membabi buta.

"Enough, Calum!" Teriak perempuan dibelakangku. Dan, dengan beraninya, ia berdiri tepat ditengah-tengah lelaki yang sedang ingin membunuh satu sama lain.

Lily--perempuan itu--menangis seraya memegang lenganku yang hendak melayangkan pukulan lagi kepada lelaki bajingan didepanku. Ia menggeleng pelan, "Enough, Cal."

Aku menarik kasar lenganku dari genggamannya, "Lepasin!"

BUG!!!

Aku melayangkan pukulanku lagi kepada lelaki dihadapanku ini. Untuk kesekian kalinya ia tersungkur kebawah. Tanpa disuruh, aku langsung naik keatas tubuhnya dan memukulnya berkali-kali.

"Calum, stop!" Lily berteriak histeris disampingku. Ia mencoba untuk menahanku dengan memegang lenganku namun, karena terlalu terbakar oleh emosi, aku tidak memperdulikannya.

Lelaki dibawahku tertawa dingin, dan aku muak mendengarnya tertawa sedari tadi.

"Cal, lo gak mau Athena jadi makin sedih ngeliat keadaan lo yang kayak gini, kan?" Kata Lily. Aku terdiam sebentar.

Bahkan aku tidak ingin Athena tau tentang hal ini.

"Tapi, kalo gue gak kasih pelajaran sama ini bajingan dia bakal ngelakuin apa yang udah direncanain sama dia!" Kataku hendak memukulnya lagi.

Namun, tangan kecil Lily memegang lenganku dengan lembut kemudian menggeleng, "Lo mau lindungin Athena kan? Bukan kayak gini caranya, Cal.."

Aku menatap lelaki dibawahku ini kemudian mendengus kesar. Aku berdiri dari tubuhnya. Ia tertawa, "Kenapa? Gak mau mukul lagi?"

"Bacot, diem lo!"

"Athena pasti seneng deh sama rencana gue."

Aku mengepalkan tanganku, mencoba untuk menahan emosiku yang sudah memuncak diubun-ubunku sekarang juga. Aku mengatur nafasku kemudian berkata, "Lo sentuh dia aja, udah gue tebas pala lo."

"Udah gue pastiin kalo sebelum gue dibunuh sama lo, tangan gue udah ngebunuh elo duluan." Dia tersenyum miring, "Lagi, Cal, apa salahnya sih kalo gue pengen mainan bentar sama dia? Gue bosen--"

"Lo bajingan. Itu salahnya!" Bentakku.

Dia tertawa kemudian menatapku dengan tatapan merendahkan, "Daripada elo? Si Pengecut yang cuman bisa mendam perasaannya buat seorang cewek,"

"Setidaknya, gue gak bajingan kayak elo!"

"Cukup!" Bentak Lily melerai kami berdua. Lily langsung menarikku keluar dari cafè ini menuju mobilku yang terparkir disebrang jalan.

Aku mengatur nafasku yang tak beraturan didalam mobil. Lily menyalakan mesin mobilku--iya, aku membiarkannya yang membawa-- kemudian ia menatapku yang sedang menatap kesal kearah depan.

Tanpa disangka, tangan lembutnya memegang tanganku lalu ia meremasnya pelan, mencoba untuk meredakan emosiku.

"Bukan kayak gitu kalo lo mau ngelindungin Athena, Cal."

"Setidaknya, gue kasih cowok bajingan itu pelajaran supaya dia gak berani deketin Athena, Ly."

Lily meringis kemudian menjalankan mobilku, "Lo tau kan, Athena itu--"

"Iya, gue tau. Makasih udah diingetin." Jawabku ketus kemudian mengalihkan pandanganku kearah Lily.

Lily menatapku sebentar kemudian entah mengapa pipinya langsung mengeluarkan semburat merah. Aku tertawa melihat pipinya yang sekarang sudah seperti kepiting rebus itu, "Makanya, jangan jomblo mulu. Baru diliatin aja udah salting."

"Apasih lo, nyet."

Aku tertawa sebentar, "Ly, cewek kenapa gak peka sih?"

"Lah, apa bedanya sama cowok?"

Aku menghela nafasku, "Salah gak sih, kalo kadang gue pengen milikin Thena tuh lebih dari sahabat. Gue pengen hubungan kita tuh lebih dari sahabat, tapi, gue sendiri juga gak mau ngancurin persahabatan kita."

"Enggak, sih. Soalnya, kan disetiap persahabatan antara cewek sama cowok itu gak ada yang murni sahabat doang. Pasti, salah satu diantara mereka itu ada yang jatuh hati ke sahabatnya sendiri."

Lagi, aku menghela nafasku berat, "Kasian ya gue, kena friendzone." Kataku seraya tertawa sedih.

"Intinya, kalo lo sayang, ya kejar sampe dapet. Tapi, jangan ntar kalo udah didapet lo buang gitu aja. Cewek itu bukan bola yang kalo udah didapet terus ditendang gitu aja."

"Tapi, kalo gue udah capek buat ngejar gimana?"

Lily tersenyum, "Kalo lo sayang sama dia, gak ada istilah capek dikamus lo. Mau seberapa berat rintangan, kalo lo sayang, ya pasti bakal lo lakuin."

Aku menghela nafasku kemudian menatap keluar melalui kaca mobilku.

"Udah ah, lo udah kek cewek alay galau-galauan. By the way, kita mau kemana nih?"

Aku berpikir sebentar, "Kerumah Michael aja gimana? Pikiran gue lagi gak jernih. Gak bisa mikir. Siapa tau--pasti sih, dia bisa mikir cara ngejauhin Athena sama cowok bajingan itu." Kataku yang dibalas anggukan oleh Lily.

Gue gak mau kehilangan lo, Ath.

------

HALOOO KEMBALI LAGI DI CERITA YANG GAJELAS + BOSENIN INI.

BTW ADA YANG BISA NEBAK GAK ITU SIAPA COWOKNYA HUEHEHHEEHHEHEHE

ANYWAY LAGI, JAN LUPA VOTE KYAK MAKASIY

x

Addicted || l.r.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang