Chapter 7

12.6K 343 5
                                        


Amber tersenyum kepada maître d'hotel yang menyapanya. "Pesanan atas nama Tuan Calleb?" Tanya pria paruh baya itu dengan ramah, yang dibalas anggukan singkat oleh Amber.

Pria itu kemudian mengantarnya dan beberapa dewan direksi yang datang bersamanya untuk membicarakan masalah investasi menuju sebuah posisi yang strategis, dimana orang luar tidak dapat melihat dengan leluasa sementara siapa pun yang duduk disana dapat dengan bebasnya memperhatikan tamu yang keluar masuk.

Amber sebenarnya cukup heran dengan perubahan ini. Calleb yang tiba – tiba menyetujui proposal investasinya, pemilihan tempat di hotel, sekaligus keinginan Calleb untuk menyelesaikan semuanya dalam sekali pertemuan yang mengharuskan Amber untuk mengundang seluruh dewan direksi untuk bertemu dengan Calleb.

Namun keanehan – keanehan ini tidaklah penting apabila Calleb benar – benar menaruh uangnya. Selanjutnya, Amber dapat focus hanya pada kesehatan Ben. Orang bilang, semakin kaya biasanya orang akan semakin aneh dan nyentrik. Mungkin inilah yang terjadi pada Calleb, pikir Amber acuh.

Pikirannya sedikit tersita ketika mendengar suara tawa pria yang familiar di telinganya. Ia memalingkan muka untuk melihat asal suara dan menemukan sosok yang dikenalnya sedang check in bersama seorang gadis. Tawa menghiasi wajah kedua pasangan itu.

Seketika Amber merasa dingin di seluruh tubuhnya. Ia melirik hati – hati kepada semua orang yang bersamanya. Ia dapat bernafas lega ketika melihat tidak ada satu orang pun yang menyadari keanehan Amber.

Amber melirik sekilas untuk melihat si gadis menuju toilet. Dengan cepat, ia berdiri dan merapihkan roknya, "maafkan saya tuan – tuan, namun tampaknya saya hendak ke toilet sebentar." Tidak lupa Amber memberikan senyum termanisnya sebelum melangkah menjauh dari mejanya.

Ketika mengetahui semua orang sedang sibuk mengobrol, Amber mendekati sosok pria yang dikenalnya dan segera menariknya ke sudut ruangan, aman dari pandangan semua orang.

"Amber, apa yang kau lakukan disini?" Wajah Patrick terlihat terkejut.

"Aku bersama semua jajaran direksi, Patrick. Kami akan menutup perjanjian bersama Calleb. Aku berusaha menghubungimu seharian, namun kau tidak membalas atau mengangkat teleponmu."

Patrick terlihat sedikit salah tingkah, "yeah, aku sedang sibuk."

Mata Amber memicing, "sibuk bersama dengan gadis berambut merahmu?"

Wajah Patrick sesaat membeku menyadari Amber mengetahui mengenai pasangannya. Ia menarik kasar pergelangan tangan Amber hingga muka Amber berada sangat dekat dengan wajahnya.

"Dengar, apapun yang kulakukan bukanlah urusanmu. Kau urus saja hotel dan Pops." Amber berusaha menyentakkan tangannya dari Patrick namun cengkraman Patrick terlalu kuat, "itulah yang kulakukan, Patrick. Aku memang sedang berusaha untuk menyelamatkan perusahaan dan Ben. Kemana saja kau? Kau tidak ada ketika dokter berkunjung. Kau bahkan sudah tidak pulang dan menjengguk Ben berhari-hari."

"Aku sibuk." Patrick mendesis. "Bersama si rambut merah?" Amber membalas sinis. Patrick merasa geram, ia mengeraskan cengkramannya dan membuat Amber mengernyit kesakitan. Ia tidak mau mengaduh kesakitan di depan Patrick.

"Dengar, Frigid. Aku tidak perlu wanita mana pun untuk merecoki kehidupanku, terutama jka wanita itu adalah dirimu."

"Aku tidak peduli apapun yang kau lakukan, Patrick. Yang kuminta hanya satu, jagalah imagemu di depan Ben dan perusahaan. Diluar itu, kau bebas melakukan apa pun." Amber kembali menarik tangannya dari Patrick, dan berhasil. "Saat ini seluruh partner Ben sedang duduk di sana. Kalau kau ingin berselingkuh, setidaknya perhatikan sekelilingmu." Dan dengan itu, Amber berjalan meninggalkan Patrick.

Forgetting HimWhere stories live. Discover now