Chapter 3

19.9K 394 5
                                        


"Tidak, Patrick. Kumohon padamu, jangan lakukan ini lagi." Amber menjilat bibirnya dengan gelisah. Ia berjalan mondar – mandir dalam ruangannya dan semakin gelisah ketika mendengar balasan Patrick.

"Ayolah, Sayang. Mengapa makan bersama Calleb begitu menyiksa dirimu? Kau hanya cukup menghabiskan sejam waktumu menemaninya makan di Allesandro's. Aku sudah membuat reservasi di sana."

Amber menggenggam teleponenya semakin erat, "kau yang membuat janji, mengapa tidak bisa kau laksanakan sendiri?"

"Bukan mauku, Babe. Tapi ada beberapa hal yang membutuhkan perhatianku. Dan kau tahu mengapa aku tak bisa mengcancel janji makan siang ini. Kita harus menjadi tour guide yang baik untuk Calleb. Selama beberapa hari ini, kita tidak memiliki kemajuan dalam merayunya sebagai partner kita."

"Patrick, kau tak bisa menyerahkan segala sesuatunya padaku. Aku juga memiliki beberapa hal yang membutuhkan perhatianku."

"Sayang, tidak ada yang mampu melampaui kemampuanmu dalam merayu, bernegosiasi, dan tidak ada yang mengenal perusahaan ini sebaik kau."

Amber menghembuskan nafasnya keras – keras, bersumpah akan mencincang Patrick jika mereka bertemu.

"Ayolah, kau memiliki phobia yang aneh pada Calleb. Kalau aku boleh menambahkan, kau, Manisku, adalah wanita pertama yang enggan bertemu dia." Amber mendengus kesal. Wanita mana yang tidak ingin bersama seorang pria muda yang tampan, pintar, serta sukses di umurnya yang bahkan belum 30 tahun. Sangat menggiurkan bahkan untuk Amber hingga dua tahun lalu.

"Sayang, jika aku boleh menambahkan, betapa pun rasa tidak sukamu bersama Calleb, tapi dia satu – satunya orang yang mampu membantu kita dalam menghadapi masa krisis ini. Dan jika ia bersedia menuangkan bantuan kepada kita, kita akan selalu bertemu dengannya. Kau harus membiasakan diri dengan hal itu."

Amber menutup matanya. Dalam hati, ia membenarkan perkataan Patrick. Bukankah hingga dua jam lalu ia membuat janji dengan dirinya akan belajar menghadapi masa lalunya.

"Baiklah, Patrick. Aku akan melakukannya. Tapi sebaiknya kau benar – benar melakukan hal penting hingga berani membuatku melakukan hal ini." Ancam Amber keras. Ia kemudian menutup teleponnya dan mengepalkan jarinya hingga memutih.

Patrick lalu meletakkan teleponnya kembali pada ganggangnya dan menatap wanita muda berambut merah yang duduk di pangkuannya. "Bagaimana?"

"Tentu saja aku tidak akan pergi, Babe." Patrick meraih pinggang gadis itu, dan menciumnya penuh hasrat. "Bersamamu jauh lebih menyenangkan."

*****

"Maaf atas ketidak hadiran Patrick, dia ada sebuah urusan."

Amber dan Calleb telah berada di Allesandro's. Pelayan menempatkan mereka berdua di salah satu sudut, sebuah tempat yang strategis untuk membicarakan bisnis. Dari tempatnya, Amber dapat melihat, siapa – siapa saja yang mendatangi Allesandro's untuk makan siang, dan rata – rata adalah para pebisnis.

Calleb berdeham ketika membaca menu yang diberikan kepadanya. Amber meletakkan buku menunya, "kebingungan dalam memilih menu? Allesandro's menawarkan berbagai menu lezat. Apa yang kau suka?"

Calleb menatap mata Amber dalam – dalam hingga membuat gadis itu gugup.

"Kau tahu apa yang aku suka."

Amber menjilat bibirnya dengan gugup dan berkata, "a – apa maksudmu?"

Calleb menarik nafas panjang, "sampai kapan kau mau memainkan permainan ini?"

Forgetting HimWhere stories live. Discover now