Chapter 008: Those Signs...

19.5K 1.2K 27
                                    

DALAM TAHAP EDITING UNTUK RILIS EBOOK. AKAN DIRILIS DALAM JANGKA WAKTU DEKAT!

Alexandra Rosselini

Alexa memacu mobilnya menuju rumahnya. Hatinya terasa sangat amat sakit. Lebih sakit dari lebam di wajahnya. Salahnya memang ketika dengan tiba-tiba datang dan memaksa Bella untuk menjadi miliknya. Memaksakan orang lain untuk mencintainya. Menyedihkan. Namun itu tidak seberapa dengan sakit hati yang dirasakan ketika Kara menolaknya. Apa yang ada dipikiran Kara sampai mengira dia hanya menjadi pelampiasan saja? Selain itu untuk apa dia memberikan tanda bahwa dia cemburu ketika aku bercinta dengan Clara di atas pesawat? Bukankah dia jatuh cinta kepadaku juga? Mengapa dia mau repot-repot mengobati luka dan lebamku jika dia tidak jatuh cinta kepadaku? Kenapa dia bahkan menyambut ciuman sampai akhirnya pikiran gila itu terlintas di kepalanya? Kenapa?

Alexa membelokkan mobilnya ke sebuah rumah yang luar biasa besar. Pintu pagar terbuka, dan para penjaga keamanan mengangguk kepadanya. Dia sudah sampai di rumahnya. Dia masuk ke dalam rumahnya tanpa membalas sapaan Martín, sang kepala pelayan. Dia lanjut masuk ke dalam kamarnya, dan di sana tangisnya pecah. Anehnya, dia merasa sakit bukan karena harga dirinya terluka, namun karena perasaan lain.

Perasaan itu seperti cinta bertepuk sebelah tangan. Apakah benar aku jatuh cinta? Sejenak sebuah pikiran jahat melintas di benaknya. Singkirkan saja dia dari perusahaanmu, apa kamu masih mau bekerja dengan orang seperti itu? Namun membayangkan jika dia sehari saja tidak bertemu dengan Kara sudah menyesakkan. Memecatnya bukan menyelesaikan masalah. Membuat Kara jatuh cinta padanya adalah solusi terbaik.

Namun bagaimana caranya? Bahkan Alexa sendiri tidak tahu. Mungkin menelepon Sergio dapat membantuku, pikir Alexa, lalu dia menekan kontak Sergio. Percuma saja, ponselnya tidak dapat dihubungi. Pasti dia sedang bekerja. Akhirnya dia nekat menelepon Mama.

"Ciao Alexa!" Suara riang Mama terdengar di seberang. Langsung saja tangis Alexa pecah. Mama terdengar panik ketika mendengar Alexa menangis. Dengan terbata-bata, Alexa menceritakan semuanya kepada Mama. "Kamu ini gimana sih? Kamu minta maaf sama Lily dan Bella sekarang juga! Jangan kayak orang gak laku gitu dong mau rebut pacar orang! Dan kalau Kara berpikiran dia cuma jadi pelampiasan kamu, dia benar dong. Kamu datang ke dia dan kamu cium dia tiba-tiba setelah kejadian di rumah Lily, siapa sih yang gak berpikiran kayak gitu. Mama tuh gak pernah ajarin kamu kayak gitu, Alexa! Pokoknya sekarang kamu minta maaf ke Lily, Bella, dan Kara," omelan Mama sangat panjang, dan diakhiri dengan Mama memutuskan teleponnya. Alexa menangis lebih kencang lagi.

Bagaimana jika Kara mengundurkan diri? Masih teringat dengan wajah Kara yang terlihat lelah namun terus tersenyum dan tertawa. Suara tawa Kara yang kencang, wajahnya yang ekspresif, tubuhnya yang hangat, wanginya, hangat bibirnya...

Alexa berteriak kencang. Dia meraung. Hatinya sangat sakit dan sedih. Membayangkan cinta pertama ternyata benci kepadanya karena ulahnya sendiri sungguh sangat menyakitkan. Apakah aku benar-benar jatuh cinta kepadanya?

Entah sudah berapa lama Alexa menangis. Dia lalu mengusap air matanya, lalu berusaha menenangkan diri. Hal pertama yang menjamin Kara tidak akan pernah lepas dari sisinya adalah...

"Malam Bayu, saya Alexandra Rosselini. Saya minta jika kamu mendapatkan surat pengunduran diri dari Kara Humatari, langsung kamu tolak ya. Saya ada, hmm, sedikit kesalah pahaman dengannya. Ya. Bagus. Malam," lalu Alexa menutup teleponnya. Menelepon manager HRD merupakan langkah cerdas. Namun entah mengapa, Alexa kembali menangis. Itu semua belum cukup.

Terdengar suara ketukan pelan di pintu kamarnya. "Excuse moi, Mademoiselle, quelqu'un veut vous rencontrer," (Seseorang ingin bertemu Anda) terdengar suara Martín dari luar. Alexa membuka pintunya. "Qui?" (Siapa?) tanya Alexa. Jawaban dari Martín membuat Alexa ingin terlonjak bahagia. "Mademoiselle Kara Humatari."

Alexa berjalan menyusuri lorong. "L'envoyer à la bibliothèque," (suruh dia ke perpustakaan) katanya sambil berjalan menuju perpustakaan dan ruang kerjanya. Begitu dia masuk ke perpustakaan, Alexa merapikan penampilannya. Tak lama terdengar ketukan dan pintu terbuka. Alexa menghadap ke jendela, tidak bergeming. "Please, Mademoiselle Humatari," Martìn mempersilakan Kara masuk dengan bahasa Inggris beraksen Perancis yang kental.

"Merci, Martìn," kata Alexa tanpa membalikkan tubuhnya. Bagaimana pun dia tidak ingin terlihat habis menangis oleh Kara. Terdengar pintu tertutup. Hening. "Ada perlu apa, Humatari?" tanya Alexa dingin. Terdengar suara gugup Kara. "S-saya mau minta maaf atas kejadian tadi. Saya juga mau memastikan kalau Anda gak kenapa-kenapa, soalnya Anda nyetir sendiri dalam keadaan, umm... emosi lagi gak stabil, Miss," kata Kara. Jadi dia khawatir sama aku.

"Kenapa kamu gak SMS atau telepon saya aja? Saya gak suka diganggu di rumah saya," ketus Alexa. "Saya... Saya udah coba telepon ke ponsel Anda, Miss, tapi gak aktif. Saya pikir... Saya pikir Anda... Oh iya, saya juga mau kasih ini," kata Kara, terdengar dia meletakkan sesuatu. Alexa langsung membalikkan tubuhnya dan menatap sebuah amplop di atas meja kerjanya.

Oh, jangan bilang... Segera saja Alexa membukanya. Tubuh Alexa langsung limbung ketika membaca isinya. Surat pengunduran diri. Tanpa pikir panjang Alexa merobek surat itu, lalu melemparnya ke dalam tempat sampah. "Saya tolak pengunduran dirimu," kata Alexa. Terdengar suara isakan Kara. "Saya... Saya pamit, Miss Alexandra," katanya lalu membalikkan tubuh hendak pergi. Entah pikiran apa yang terlintas di kepala Alexa, dia menarik tangan Kara dan memeluknya erat.

"Siapa yang suruh kamu pergi, hmm?" Alexa memeluk Kara dengan erat. Kara menangis makin kencang. "Kamu bikin aku bingung, Kara. Kamu bukanlah sekedar pelampiasanku. Kara, tanpa aku sadari aku udah sakitin kamu, dan bodohnya aku gak sadar kalau aku... Aku jatuh cinta sama kamu, Kara," akhirnya terlontar pengakuan Alexa. Tangis Kara langsung terhenti. "Ya, aku jatuh cinta dengan kamu sejak kejadian di toilet. Kamu pasti gak sadar waktu kamu interview, yang kasih kamu tissue itu aku," Alexa tersenyum sedikit, air matanya turun.

Kara tidak menanggapi. Ucapan Alexa yang selanjutnya membuat Kara menahan napas. "Kara, aku gak perduli ini salah atau benar, karena jatuh cinta gak pernah salah. Dan izinkan aku, Kara Humatari, untuk membuatmu jatuh cinta kepadaku."

-----

Hi, Dear Readers! Aku mau promosi cerita baruku dengan judul Keep Me. Vote dari kalian sangat kuhargai di seluruh ceritaku!

Hey Boss Take Me, Please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang